Kamis, 19 November 2015

The Cloudy And Rainbow (Part 8)


September 2003         
Naura berdiri di depan pintu kelas Jihan dengan senyum mengembang di bibirnya, rambutnya berkibar ditiup sang bayu, senyum Naura semakin lebar saat guru yang asik berceloteh di kelas Jihan mengakhiri celotehannya. Naura sempat menyapa sang guru dengan cengiran khasnya, sedang sang guru hanya menggeleng – gelangkan kepalanya.
“Jihan,” Jihan menoleh saat Naura memanggilnya, menatap kekasihnya heran.
“Tumben,” celetuk Jihan tak sadar dan itu membuat Naura berdecak sebal, tanpa basa basi Naura menarik tangan Jihan menuju parkiran.
“Anterin Aku ke butik, s e k a r a n g” Jihan mendesah sifat menyebalkan Naura kambuh lagi.
“Jangan bengong, ayo!!” Jihan mengangguk pelan, sebenarnya Dia merasa kesal dengan Naura yang sejak pagi mempersulitnya dan bersikap sangat menyebalkan, padahal hari ini ulang tahunnya dan Naura bahkan tidak mengucapkan selamat padanya, malahan Naura menyuruhnya menjemputnya pagi – pagi sekali dengan alasan ingin jalan – jalan sebelum masuk sekolah dan Mereka kembali tepat saat bel masuk berbunyi, dan lagi Naura bersikap menyebalkan lagi padahal dalam hatinya Jihan berharap Naura mengucapkan selamat ulang tahun dan memberinya hadiah, namun nihil bahkan Naura sangat jahil dan usil hari ini hampir membuatnya meledak.
“Ra.. Kamu tahu gak ini hari apa??” tanya Jihan di tengah perjalanan.
“Hari Rabu kan??”
“Ada apa hari ini??”
“Sekolah, terus pelajarannya kimia, matematika, biologi dan tik” jawaban Naura membuat Jihan mendesah kesal.
“Ya sudahlah kalau Kamu tidak ingat,”
“Kamu aneh,” Naura tersenyum kecil, ingin tertawa melihat ekspresi kesal Jihan.
ARA’S BUTIK
Tulisan itu yang terpampang di pintu masuk, Jihan menatapnya malas kesal dengan Naura.
“Aku menunggu disini,”
“Tidak, Kau harus ikut Aku ingin meminta pendapatmu tahu..” Jihan mengangguk pasrah mengikuti langkah Naura.
“Naura.. how are you honey??” sapa seorang wanita cantik kepada Naura dan memeluk Naura erat saat Mereka memasuki butik.
I’m Okay Aunty,” wanita itu tersenyum menatap Jihan penasaran.
Who Is??”
Boy Friend, special Boy friend”  wanita itu terkekeh.
“Kelihatannya Dia kesal,” Naura hanya tersenyum simpul. “Siapa namanya??”
“Jihan,”
“Jihan?? Terdengar seperti gadis” celetukan wanita yang dipanggil Aunty oleh Naura membuat mata Jihan melotot.
“Haha... jangan mengatakan itu, kalau marah Dia seperti singa dewasa liar yang buas yang siap menerkam mangsanya,”  wanita itu terkekeh, sedang Jihan mendesah sebal meniup poninya yang nampak memanjang.
“Wah,, Aunty baju disana bagus sekali..” Naura menunjuk salah satu baju yang terpajang, sebuah kemeja lengan panjang berwarna ungu gelap, dengan garis – garis sebagai penegas dan itu ukuran Jihan, Naura mengambilnya menyodorkannya kepada Jihan.
“Ku rasa, jika Kamu mau coba akan mengurangi rasa kesalmu hari ini, sayang..”
“Tidak Naura, bukannya Kamu yang akan mencari baju??”
“Aku sudah ada Jihan, Aunty yang memilihkannya untukku, sekarang cobalah ayolah Kamu tidak ingin gadismu ini merajuk kan??” Jihan mengangguk menerima kemeja itu dari tangan Naura kemudian memasuki kamar ganti meletakkan semua barangnya, sedang Naura dan wanita itu tersenyum puas kemudian bertos ria.
“Aku harus cepat – cepat ke salon Aunty, dan ini kunci motor Jihan kalau bisa buatlah Jihan menjadi tampan untuk keponakanmu ini Aunty,”
Don’t Worry Honey, percayakan semuanya pada Aunty lihat supirmu sudah menjemput,” Naura mengangguk kemudian berlalu dari butik, meninggalkan tantenya yang tersenyum puas menatap keponakannya yang begitu riang, wanita bernama Sara itu menjalankan tugas berikutnya.
Jihan mematut dirinya sekali lagi didepan kaca, bibirnya melukiskan senyum Dia merasa sangat tampan sekarang, kemeja yang dipilihkan Naura sangat pas untuknya dan cocok tidak kurang sedikitpun. Jihan menoleh saat mendengar suara gaduh, tapi kemudian mengangkat bahunya acuh kembali mengagumi dirinya sendiri.
Jihan mendesah kecewa saat wanita yang dipanggil Aunty oleh Naura melaporkan bahwa Naura telah pergi dengan membawa tasnya dan motornya di ambil pencuri.
“Kami sudah berusaha, maafkan Kami,”
“Terus ini yang bayar siapa??”
“Naura sudah membayarnya, pakailah ini, Kamu tidak mungkin memakai kemeja sebagus itu dengan celana Abu – abu,” Jihan pasrah menerima celana jeans yang disodorkan wanita itu.
Jihan mendesah pasrah saat Sara menyisir rambutnya dan memakaikannya parfum, itu membuatnya semakin kesal.
“Naura bilang Dia akan menjemputmu,”
“Tan..”
Aunty, Jihan”
Aunty, kenapa Aku harus di dandani?? Aku laki – laki Aunty bukan perempuan,”
“Naura yang meminta, Kamu gak mau jika gadismu itu merajuk kan??” Jihan menghela nafas pasrah. “Ada apa dengan gadisku itu, sedari pagi Dia membuatku sangat kesal padahal ini hari ulang tahunku,”
“Sudah, tuh sudah dijemput Kamu terlihat sangat tampan, pakai sepatumu Aunty akan mengantarmu ke depan” Jihan hanya mengangguk mencoba mengikuti alur cerita, tidak banyak protes. Jihan mulai takut saat supir yang mengantarnya membawanya ke sebuah kafe yang sepi bahkan sangat sepi setelah sebelumnya di putar – putar dulu keliling kota. “Dimana Naura??” batinnya bertanya – tanya. Tiba – tiba semua lampu mati dan membuat Jihan terlonjak, ingin sekali Jihan keluar namun niatnya urung saat mendengar lantunan merdu sebuah lagu, Jihan kembali duduk menikmati suara lembut itu dan terlihatlah seorang gadis yang sedari tadi membuatnya sangat kesal sedang bernyanyi diiringi dentingan piano yang Dia mainkan sendiri berkolaborasi dengan saksofon yang dimainkan oleh Gilang, mata Jihan tak berkedip melihat Naura yang terlihat sangat cantik, mungkin itu alasannya yang membuat supir berlama – lama di jalanan, menunggu gadisnya berdandan seperti cinderella.
“Selamat ulang tahun sayangku, cintaku, Jihanku... maaf yaa udah buat Kamu kesal, semoga Kamu tambah dewasa yaa..” Naura kembali bernyanyi suaranya yang bening begitu lembut menyapa telinga. Jihan tersenyum matanya berkaca – kaca, kekesalannya lenyap saat itu juga, Naura tidak melupakannya dan Naura tetap menjadi yang pertama mengucapkannya. Mereka mengakhiri permainan Mereka, tepat saat itu pula kedua orang tuanya datang membawa roti ulang tahun.
“Happy Birthday Jihan, happy birthday Jihan, happy birthday, happy birthday, happy birthday Jihan,” Mereka bernyanyi kompak, ada Bundanya, Ayahnya , Andre, Binta, Hendra dan Aunty Sara
“Bunda, Jihannya udah mau nangis tu,” Naura berceletuk membuat seisi ruangan itu tertawa.
“Selamat ulang tahun ya sayang...” Pak Arif dan Bu Salma memeluk putra semata wayangnya erat jagoan Mereka. Kemudian  Pak Arif menyerahkan sebuah kunci motor.
“Buat apa Yah??”
“Motormu tidak hilang, diganti dengan yang baru Kamu tidak mungkin mengantar gadis secantik Naura dengan motor bebekmu,” Jihan memeluk ayahnya, mengucapkan terima kasih, kemudian Aunty Sara menyerahkan sebuah kado.
“Ini apa??”
“Kejutan honey, your special girlfriend yang menyiapkan semuanya, idenya lumayan juga” Jihan menatap tajam ke arah Naura, membuat Naura berlindung di belakang Gilang.
“Apa?? Pangeran kecil??” Naura diam sebentar memberanikan diri keluar dari perlindungannya, “Aku hanya ingin memberi kejutan untuk seseorang yang telah rela menjadi alat tulis dalam hidupku, pensil yang mengoreskan tawa dan kebahagiaan, penghapus yang selalu menghapus kesedihan dan kesakitan, penggaris yang membuat hidup selalu lurus, jangka yang membuat Kita bisa keliling dunia, krayon yang selalu mewarnai hari – hari, rautan yang selalu mengingatkan saat ingatan mulai tumpul dan kotak pensil yang selalu menjaga apa yang ada didalamnya, makasih maaf kalau Aku gak sempurna seperti yang Kamu mau, Aku gak bisa jaga image seperti mantan – mantan Kamu saat di hadapan Ayah dan Bunda, Aku gak bisa selalu ada di samping Kamu, Aku sering buat Kamu kesel, sering ngrepotin Kamu, sering manja sama Kamu dan terlalu bergantung sama Kamu, Aku cengeng, lemah dan gak seperti mantan – mantan Kamu, Aku gak bisa ngasih sesuatu yang indah buat Kamu, selalu buat Kamu cemburu dan was – was setiap waktu, maaf dan terima kasih karena telah mengajakku untuk menemani perjalananmu,” hening, seisi ruangan itu hening semuanya terharu mendengar apa yang diucapkan Naura, kata – kata yang  sangat tulus dan menyentuh hati Mereka.
“Aku mencintaimu, sama seperti Kamu cinta sama Aku, sama seperti saat pertama kali Kamu melihatku, saat pertama kali Kamu menginjakkan kaki di SMA baru Kamu, sama... cinta yang mungkin tidak bisa dicegah, cinta yang akan tumbuh setiap waktunya, cinta yang menimbulkan rindu setiap detiknya, rindu yang tidak akan pernah terbayar, rindu yang bahkan Aku rasakan saat Kamu ada disampingku, Aku tidak tahu apakah saat ini Aku benar – benar melihatmu atau tidak, tapi yang Aku tahu aku sangat merindukanmu meskipun Aku baru berkedip satu detik, rindu yang terus mengalir seperti air yang deras, seperti cinta yang telah tumbuh subur hijau lebat, cinta yang sudah berubah menjadi hutan lebat, mengalahkan hutan hujan tropis atau bahkan amazon, Aku tidak tahu kalau Aku sangat mencintaimu sampai tanpa sadar mungkin Aku akan sulit melepasmu,” Jihan tersenyum, tak mampu berkata apapun kemudian beranjak menuju panggung dimana Naura berada dan memeluknya erat, Naura membalas.
“Aku memelukmu, apakah rindu itu berkurang?? Atau bahkan semakin bertambah, Aku juga mencintaimu sampai rasanya sulit untuk melepasmu meninggalkanmu cintaku berhenti di Kamu, Aku gak bisa kemana – mana lagi, tetap berdiri disamping Kamu agar Kamu tenang, Aku mencintaimu lebih dari cinta manapun, luasnya samudra pun kalah, Aku mencintaimu hingga tanpa sadar Aku tak bisa jika tidak mencintaimu, terima kasih juara mewarnaiku, juara satu mewarnai hidupku,” seisi ruangan menyeka air matanya terharu.
“Sudahlah, kalian membuat suasana menjadi haru biru, sekarang acara potong kue,” Gilang mengingatkan, namun melihat Jihan yang nampak panik membuat Gilang panik, Naura pingsan sesak nafasnya kambuh lagi, seisi ruangan panik, pesta kejutan itu cukup sampai disitu, tak ada yang tahu apa yang membuat Naura kambuh, tidak ada yang tahu hanya Naura yang tahu dan tentunya Tuhan dan ini berhubungan dengan cerita masa lalu.

Satu minggu sebelum pesta kejutan
            Naura memutar bola matanya kesal, saat mendapati Ryan ada didepan rumahnya dan langsung menariknya menuju motornya dan pergi ke taman.
“Mau Kamu apa lagi sih??”
“Aku Cuma mau Kamu,”
“Gila,” Naura berdecih. Ryan hanya tersenyum simpul kemudian mencium pipi Naura sontak Naura marah dan langsung menampar pipi Ryan.
“Maksud Kamu apa ha??”
“Aku hanya ingin menciummu, lalu menunjukkan fotonya pada Jihan, dan Kamu akan kembali padaku,”
“Maksud Kamu??”
“Kamu pikir Aku rela?? Lihat Kamu berduaan,bermesraan bersama pria lain, apa menurut Kamu Aku rela?? Enggak!!”
“Tapi bukan gini caranya !!!”
“Aku tahu apa yang Aku lakukan Naura!!!” Ryan menjambak rambut Naura kemudian mendorongnya kasar, Naura mengaduh sikunya tepat menghantam bangku.
“Hai Nona Naura terhormat..” Naura mengaduh saat rambutnya kembali dijambak, bukan oleh Ryan, tapi Putri yang tiba – tiba datang dan langsung menjambak rambutnya.
“Apa mau kalian??!!” Naura berteriak marah, dan itu membuat Putri semakin menguatkan jambakkannya, sedang kedua tangan Naura dipegang kuat oleh Ryan, Naura meringis.
“Mau Kita?? Pengen tahu?? Sederhana aja, Kita pengen Kamu sama Jihan putus,” Naura menggeleng
“Gak akan!!”
“Gak mau?? Berarti nih foto bakal sampai ke tangan Jihan,” Naura menggeleng merasa dilema. Semua pilihannya menjebak dan tidak menguntungkan.
“Kami saling mencintai,”
“Omong kosong, Aku tahu kenapa kalian jadian,”
“Jangan sok tahu,” Naura melotot tajam.
“Aku punya rekamannya kok,” Putri memutar rekaman itu dan Naura mengenalnya, itu percakapan antara dirinya dengan Binta saat Mereka tengah curhat.
“Dari mana Kamu dapat itu??”
“Dari partner Kita lah..” Sandra muncul dengan senyum sinisnya, menatap remeh Naura yang bersimpuh terduduk.
“Sandra..”
“Kenapa?? Terkejut??”
“Sebenarnya apa motif kalian?? kenapa kalian menyakitiku???”
“Karena hidupmu terlalu sempurna Naura!!” Sandra berdesis tajam, Naura tertawa remeh tidak habis pikir dengan pikiran orang – orang yang kini ada dihadapannya.
“Sempurna?? Sebenarnya apa yang dipikiran kalian?? Hidup Aku tidak sesempurna seperti apa yang kalian pikirkan,”
“Dan Kami hanya percaya pada pendapat Kami,”  Putri menarik rambut Naura lebih kuat dan membuat rambut Naura rontok di tangan Putri. Naura meringis, air matanya semakin deras menetes.
“Kamu mencintai Jihan bukan?? Dan tidak ingin Dia terluka,?” Naura mengangguk pasrah Dia merasa sangat lemah sekarang.
“Kesepakatan, demi keamanan Jihan, dan terjaganya rahasia ini Kamu harus sujud di kaki Ryan, minta maaf dan bilang kalau Kamu mencintainya,”
“Tapi..”
“Tidak ada tapi – tapian, cepat lakukan !!” Naura mengalah, menuruti permintaan Putri, dengan linangan air mata sedih Naura mengucapkan maaf kepada Ryan, seperti apa yang Mereka mau.
“Ryan..” Naura bersimpuh di hadapan Ryan, untuk saat ini Dia merasa sangat rendah, Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini, semua orang selalu memperlakukannya seperti seorang Putri raja. “Aku minta maaf, udah salah sama Kamu, Aku janji gak akan ngulangi lagi,” Naura menjeda ucapannya, menghirup nafas dalam “Ak..u Menci..ntaimu,” Naura menjerit dalam hati, hatinya terasa sangat sakit apa yang diucapkannya sendiri sangat menyakiti hatinya, Naura terisak menangis senggukan. Putri tersenyum puas begitupun dengan Ryan dan Sandra.
“Dan untuk memastikan jika apa yang terjadi hari ini tidak menyebar, Putuskan Jihan Kami akan beri waktu sampai setelah UN, jika setelah UN hari terakhir kalian belum putus, semua ini akan ada di tangan Jihan, dan Jihan sendiri yang akan memutuskanmu,” Naura mengangguk pasrah, membiarkan Mereka meninggalkannya sendiri, Naura bangkit dengan tertatih kakinya terasa sangat sakit, rasanya terlalu menyakitkan, hatinya hancur hanya dalam hitungan bulan Dia akan memutuskan Jihan dan itu pasti akan sangat menyakitkan baginya, Naura menatap punggung Ryan nanar, Ryan yang kini tengah merangkul Putri dan tertawa bersama, bukankah tempo hari pria itu berkata bahwa Dia sangat mencintainya?? Naura tertawa lirih, Ryan sudah tidak mencintainya, seseorang tidak akan membuat orang yang dicintainya tersakiti, Naura masih terisak mengerang mengeluarkan semua sesak di hati dan jiwanya, Ryan tak lagi mencintai dirinya tapi kenapa sangat ingin memilikinya, oh Tuhan Ryan sudah gila.
Sejak hari itu Naura berubah menjadi lebih pendiam dan menunduk takut saat berpapasan dengan Mereka, selama satu minggu Naura memikirkannya, nafsu makannya berkurang, dan itulah yang membuatnya drop, surprise party Jihan adalah hiburan untuknya meskipun tidak berakhir seperti apa yang telah direncanakan.
           
            Jihan menatap penuh harap saat perlahan Naura membuka matanya, Jihan tersenyum lebar menyambutnya dengan haru, Naura tersenyum lagi – lagi dirinya membuat Jihan menangis.
“Kamu gapapa??”
“Aku baik,”
“Om Rizki bilang, Kamu kurang makan, kurang tidur Kamu ada masalah??” Naura menggeleng pelan, melirik tangannya yang digenggam erat oleh Jihan, mulai saat itu Naura berjanji pada dirinya sendiri untuk beberapa bulan sebelum hari itu datang, Dia ingin menciptakan kenangan yang indah, agar dirinya tetap tersenyum saat mengingatnya meskipun air mata menetes di pipinya.
“Gak, maaf yaa pestanya kacau,”
“Aku gak butuh pesta, Aku butuh Kamu baik – baik aja, istirahat dulu Kamu pasti capek Aku temenin,” Naura mengangguk, memejamkan matanya yang baru saja terbuka, Naura ingin saja terlelap selamanya sebelum hari itu terjadi namun Dia tak bisa, tak sanggup tanpa sadar air matanya menetes, tangannya semakin erat menggenggam tangan Jihan.
“Jihan.. maaf jangan tinggalin Aku,,” lirih Naura di tidurnya dan Jihan hanya mampu mengangguk lemah, Dia tahu apa yang membuat gadisnya seperti ini sangat tahu dan jujur Jihan akan sangat menderita tanpa Naura, dan saat itu pula Jihan berjanji akan menciptakan kenangan indah agar Dirinya tetap tersenyum saat mengingatnya meskipun air mata menetes di pipi. Jihan mendesah pelan apa yang dilihatnya di taman membuatnya merasa sangat di khianati, namun karena cinta Jihan hanya diam.

To Be Continued
#Khichand_Lee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar