September
2003
Naura berdiri di depan
pintu kelas Jihan dengan senyum mengembang di bibirnya, rambutnya berkibar
ditiup sang bayu, senyum Naura semakin lebar saat guru yang asik berceloteh di
kelas Jihan mengakhiri celotehannya. Naura sempat menyapa sang guru dengan
cengiran khasnya, sedang sang guru hanya menggeleng – gelangkan kepalanya.
“Jihan,” Jihan menoleh saat Naura
memanggilnya, menatap kekasihnya heran.
“Tumben,” celetuk Jihan tak sadar dan
itu membuat Naura berdecak sebal, tanpa basa basi Naura menarik tangan Jihan
menuju parkiran.
“Anterin Aku ke butik, s e k a r a n g”
Jihan mendesah sifat menyebalkan Naura kambuh lagi.
“Jangan bengong, ayo!!” Jihan mengangguk
pelan, sebenarnya Dia merasa kesal dengan Naura yang sejak pagi mempersulitnya
dan bersikap sangat menyebalkan, padahal hari ini ulang tahunnya dan Naura bahkan
tidak mengucapkan selamat padanya, malahan Naura menyuruhnya menjemputnya pagi
– pagi sekali dengan alasan ingin jalan – jalan sebelum masuk sekolah dan
Mereka kembali tepat saat bel masuk berbunyi, dan lagi Naura bersikap
menyebalkan lagi padahal dalam hatinya Jihan berharap Naura mengucapkan selamat
ulang tahun dan memberinya hadiah, namun nihil bahkan Naura sangat jahil dan
usil hari ini hampir membuatnya meledak.
“Ra.. Kamu tahu gak ini hari apa??”
tanya Jihan di tengah perjalanan.
“Hari Rabu kan??”
“Ada apa hari ini??”
“Sekolah, terus pelajarannya kimia,
matematika, biologi dan tik” jawaban Naura membuat Jihan mendesah kesal.
“Ya sudahlah kalau Kamu tidak ingat,”
“Kamu aneh,” Naura tersenyum kecil,
ingin tertawa melihat ekspresi kesal Jihan.
ARA’S BUTIK
Tulisan itu yang terpampang di pintu
masuk, Jihan menatapnya malas kesal dengan Naura.
“Aku menunggu disini,”
“Tidak, Kau harus ikut Aku ingin meminta
pendapatmu tahu..” Jihan mengangguk pasrah mengikuti langkah Naura.
“Naura.. how are you honey??” sapa seorang wanita cantik kepada Naura dan
memeluk Naura erat saat Mereka memasuki butik.
“I’m
Okay Aunty,” wanita itu tersenyum menatap Jihan penasaran.
“Who
Is??”
“Boy
Friend, special Boy friend” wanita
itu terkekeh.
“Kelihatannya Dia kesal,” Naura hanya
tersenyum simpul. “Siapa namanya??”
“Jihan,”
“Jihan?? Terdengar seperti gadis”
celetukan wanita yang dipanggil Aunty
oleh Naura membuat mata Jihan melotot.
“Haha... jangan mengatakan itu, kalau
marah Dia seperti singa dewasa liar yang buas yang siap menerkam
mangsanya,” wanita itu terkekeh, sedang
Jihan mendesah sebal meniup poninya yang nampak memanjang.
“Wah,, Aunty baju disana bagus sekali..” Naura menunjuk salah satu baju
yang terpajang, sebuah kemeja lengan panjang berwarna ungu gelap, dengan garis
– garis sebagai penegas dan itu ukuran Jihan, Naura mengambilnya menyodorkannya
kepada Jihan.
“Ku rasa, jika Kamu mau coba akan
mengurangi rasa kesalmu hari ini, sayang..”
“Tidak Naura, bukannya Kamu yang akan
mencari baju??”
“Aku sudah ada Jihan, Aunty yang memilihkannya untukku,
sekarang cobalah ayolah Kamu tidak ingin gadismu ini merajuk kan??” Jihan
mengangguk menerima kemeja itu dari tangan Naura kemudian memasuki kamar ganti
meletakkan semua barangnya, sedang Naura dan wanita itu tersenyum puas kemudian
bertos ria.
“Aku harus cepat – cepat ke salon Aunty, dan ini kunci motor Jihan kalau
bisa buatlah Jihan menjadi tampan untuk keponakanmu ini Aunty,”
“Don’t
Worry Honey, percayakan semuanya pada Aunty
lihat supirmu sudah menjemput,” Naura mengangguk kemudian berlalu dari butik,
meninggalkan tantenya yang tersenyum puas menatap keponakannya yang begitu
riang, wanita bernama Sara itu menjalankan tugas berikutnya.
Jihan mematut dirinya sekali lagi
didepan kaca, bibirnya melukiskan senyum Dia merasa sangat tampan sekarang,
kemeja yang dipilihkan Naura sangat pas untuknya dan cocok tidak kurang
sedikitpun. Jihan menoleh saat mendengar suara gaduh, tapi kemudian mengangkat
bahunya acuh kembali mengagumi dirinya sendiri.
Jihan mendesah kecewa saat wanita yang dipanggil
Aunty oleh Naura melaporkan bahwa
Naura telah pergi dengan membawa tasnya dan motornya di ambil pencuri.
“Kami sudah berusaha, maafkan Kami,”
“Terus ini yang bayar siapa??”
“Naura sudah membayarnya, pakailah ini,
Kamu tidak mungkin memakai kemeja sebagus itu dengan celana Abu – abu,” Jihan
pasrah menerima celana jeans yang disodorkan wanita itu.
Jihan mendesah pasrah saat Sara menyisir
rambutnya dan memakaikannya parfum, itu membuatnya semakin kesal.
“Naura bilang Dia akan menjemputmu,”
“Tan..”
“Aunty,
Jihan”
“Aunty,
kenapa Aku harus di dandani?? Aku laki – laki Aunty bukan perempuan,”
“Naura yang meminta, Kamu gak mau jika
gadismu itu merajuk kan??” Jihan menghela nafas pasrah. “Ada apa dengan gadisku
itu, sedari pagi Dia membuatku sangat kesal padahal ini hari ulang tahunku,”
“Sudah, tuh sudah dijemput Kamu terlihat
sangat tampan, pakai sepatumu Aunty akan
mengantarmu ke depan” Jihan hanya mengangguk mencoba mengikuti alur cerita,
tidak banyak protes. Jihan mulai takut saat supir yang mengantarnya membawanya
ke sebuah kafe yang sepi bahkan sangat sepi setelah sebelumnya di putar – putar
dulu keliling kota. “Dimana Naura??”
batinnya bertanya – tanya. Tiba – tiba semua lampu mati dan membuat Jihan
terlonjak, ingin sekali Jihan keluar namun niatnya urung saat mendengar
lantunan merdu sebuah lagu, Jihan kembali duduk menikmati suara lembut itu dan
terlihatlah seorang gadis yang sedari tadi membuatnya sangat kesal sedang
bernyanyi diiringi dentingan piano yang Dia mainkan sendiri berkolaborasi
dengan saksofon yang dimainkan oleh Gilang, mata Jihan tak berkedip melihat
Naura yang terlihat sangat cantik, mungkin itu alasannya yang membuat supir
berlama – lama di jalanan, menunggu gadisnya berdandan seperti cinderella.
“Selamat ulang tahun sayangku, cintaku, Jihanku...
maaf yaa udah buat Kamu kesal, semoga Kamu tambah dewasa yaa..” Naura kembali
bernyanyi suaranya yang bening begitu lembut menyapa telinga. Jihan tersenyum
matanya berkaca – kaca, kekesalannya lenyap saat itu juga, Naura tidak
melupakannya dan Naura tetap menjadi yang pertama mengucapkannya. Mereka
mengakhiri permainan Mereka, tepat saat itu pula kedua orang tuanya datang
membawa roti ulang tahun.
“Happy Birthday Jihan, happy birthday
Jihan, happy birthday, happy birthday, happy birthday Jihan,” Mereka bernyanyi
kompak, ada Bundanya, Ayahnya , Andre, Binta, Hendra dan Aunty Sara
“Bunda, Jihannya udah mau nangis tu,”
Naura berceletuk membuat seisi ruangan itu tertawa.
“Selamat ulang tahun ya sayang...” Pak
Arif dan Bu Salma memeluk putra semata wayangnya erat jagoan Mereka.
Kemudian Pak Arif menyerahkan sebuah
kunci motor.
“Buat apa Yah??”
“Motormu tidak hilang, diganti dengan
yang baru Kamu tidak mungkin mengantar gadis secantik Naura dengan motor
bebekmu,” Jihan memeluk ayahnya, mengucapkan terima kasih, kemudian Aunty Sara menyerahkan sebuah kado.
“Ini apa??”
“Kejutan honey, your special
girlfriend yang menyiapkan semuanya, idenya lumayan juga” Jihan menatap
tajam ke arah Naura, membuat Naura berlindung di belakang Gilang.
“Apa?? Pangeran kecil??” Naura diam
sebentar memberanikan diri keluar dari perlindungannya, “Aku hanya ingin
memberi kejutan untuk seseorang yang telah rela menjadi alat tulis dalam
hidupku, pensil yang mengoreskan tawa dan kebahagiaan, penghapus yang selalu
menghapus kesedihan dan kesakitan, penggaris yang membuat hidup selalu lurus,
jangka yang membuat Kita bisa keliling dunia, krayon yang selalu mewarnai hari
– hari, rautan yang selalu mengingatkan saat ingatan mulai tumpul dan kotak
pensil yang selalu menjaga apa yang ada didalamnya, makasih maaf kalau Aku gak
sempurna seperti yang Kamu mau, Aku gak bisa jaga image seperti mantan – mantan
Kamu saat di hadapan Ayah dan Bunda, Aku gak bisa selalu ada di samping Kamu,
Aku sering buat Kamu kesel, sering ngrepotin Kamu, sering manja sama Kamu dan
terlalu bergantung sama Kamu, Aku cengeng, lemah dan gak seperti mantan –
mantan Kamu, Aku gak bisa ngasih sesuatu yang indah buat Kamu, selalu buat Kamu
cemburu dan was – was setiap waktu, maaf dan terima kasih karena telah
mengajakku untuk menemani perjalananmu,” hening, seisi ruangan itu hening
semuanya terharu mendengar apa yang diucapkan Naura, kata – kata yang sangat tulus dan menyentuh hati Mereka.
“Aku mencintaimu, sama seperti Kamu
cinta sama Aku, sama seperti saat pertama kali Kamu melihatku, saat pertama
kali Kamu menginjakkan kaki di SMA baru Kamu, sama... cinta yang mungkin tidak
bisa dicegah, cinta yang akan tumbuh setiap waktunya, cinta yang menimbulkan
rindu setiap detiknya, rindu yang tidak akan pernah terbayar, rindu yang bahkan
Aku rasakan saat Kamu ada disampingku, Aku tidak tahu apakah saat ini Aku benar
– benar melihatmu atau tidak, tapi yang Aku tahu aku sangat merindukanmu
meskipun Aku baru berkedip satu detik, rindu yang terus mengalir seperti air
yang deras, seperti cinta yang telah tumbuh subur hijau lebat, cinta yang sudah
berubah menjadi hutan lebat, mengalahkan hutan hujan tropis atau bahkan amazon,
Aku tidak tahu kalau Aku sangat mencintaimu sampai tanpa sadar mungkin Aku akan
sulit melepasmu,” Jihan tersenyum, tak mampu berkata apapun kemudian beranjak
menuju panggung dimana Naura berada dan memeluknya erat, Naura membalas.
“Aku memelukmu, apakah rindu itu
berkurang?? Atau bahkan semakin bertambah, Aku juga mencintaimu sampai rasanya
sulit untuk melepasmu meninggalkanmu cintaku berhenti di Kamu, Aku gak bisa
kemana – mana lagi, tetap berdiri disamping Kamu agar Kamu tenang, Aku
mencintaimu lebih dari cinta manapun, luasnya samudra pun kalah, Aku
mencintaimu hingga tanpa sadar Aku tak bisa jika tidak mencintaimu, terima
kasih juara mewarnaiku, juara satu mewarnai hidupku,” seisi ruangan menyeka air
matanya terharu.
“Sudahlah, kalian membuat suasana
menjadi haru biru, sekarang acara potong kue,” Gilang mengingatkan, namun
melihat Jihan yang nampak panik membuat Gilang panik, Naura pingsan sesak
nafasnya kambuh lagi, seisi ruangan panik, pesta kejutan itu cukup sampai
disitu, tak ada yang tahu apa yang membuat Naura kambuh, tidak ada yang tahu
hanya Naura yang tahu dan tentunya Tuhan dan ini berhubungan dengan cerita masa
lalu.
Satu
minggu sebelum pesta kejutan
Naura
memutar bola matanya kesal, saat mendapati Ryan ada didepan rumahnya dan
langsung menariknya menuju motornya dan pergi ke taman.
“Mau Kamu apa lagi sih??”
“Aku Cuma mau Kamu,”
“Gila,” Naura berdecih. Ryan hanya
tersenyum simpul kemudian mencium pipi Naura sontak Naura marah dan langsung
menampar pipi Ryan.
“Maksud Kamu apa ha??”
“Aku hanya ingin menciummu, lalu
menunjukkan fotonya pada Jihan, dan Kamu akan kembali padaku,”
“Maksud Kamu??”
“Kamu pikir Aku rela?? Lihat Kamu
berduaan,bermesraan bersama pria lain, apa menurut Kamu Aku rela?? Enggak!!”
“Tapi bukan gini caranya !!!”
“Aku tahu apa yang Aku lakukan Naura!!!”
Ryan menjambak rambut Naura kemudian mendorongnya kasar, Naura mengaduh sikunya
tepat menghantam bangku.
“Hai Nona Naura terhormat..” Naura
mengaduh saat rambutnya kembali dijambak, bukan oleh Ryan, tapi Putri yang tiba
– tiba datang dan langsung menjambak rambutnya.
“Apa mau kalian??!!” Naura berteriak
marah, dan itu membuat Putri semakin menguatkan jambakkannya, sedang kedua
tangan Naura dipegang kuat oleh Ryan, Naura meringis.
“Mau Kita?? Pengen tahu?? Sederhana aja,
Kita pengen Kamu sama Jihan putus,” Naura menggeleng
“Gak akan!!”
“Gak mau?? Berarti nih foto bakal sampai
ke tangan Jihan,” Naura menggeleng merasa dilema. Semua pilihannya menjebak dan
tidak menguntungkan.
“Kami saling mencintai,”
“Omong kosong, Aku tahu kenapa kalian
jadian,”
“Jangan sok tahu,” Naura melotot tajam.
“Aku punya rekamannya kok,” Putri
memutar rekaman itu dan Naura mengenalnya, itu percakapan antara dirinya dengan
Binta saat Mereka tengah curhat.
“Dari mana Kamu dapat itu??”
“Dari partner Kita lah..” Sandra muncul
dengan senyum sinisnya, menatap remeh Naura yang bersimpuh terduduk.
“Sandra..”
“Kenapa?? Terkejut??”
“Sebenarnya apa motif kalian?? kenapa
kalian menyakitiku???”
“Karena hidupmu terlalu sempurna
Naura!!” Sandra berdesis tajam, Naura tertawa remeh tidak habis pikir dengan
pikiran orang – orang yang kini ada dihadapannya.
“Sempurna?? Sebenarnya apa yang dipikiran
kalian?? Hidup Aku tidak sesempurna seperti apa yang kalian pikirkan,”
“Dan Kami hanya percaya pada pendapat
Kami,” Putri menarik rambut Naura lebih
kuat dan membuat rambut Naura rontok di tangan Putri. Naura meringis, air
matanya semakin deras menetes.
“Kamu mencintai Jihan bukan?? Dan tidak
ingin Dia terluka,?” Naura mengangguk pasrah Dia merasa sangat lemah sekarang.
“Kesepakatan, demi keamanan Jihan, dan
terjaganya rahasia ini Kamu harus sujud di kaki Ryan, minta maaf dan bilang
kalau Kamu mencintainya,”
“Tapi..”
“Tidak ada tapi – tapian, cepat lakukan
!!” Naura mengalah, menuruti permintaan Putri, dengan linangan air mata sedih
Naura mengucapkan maaf kepada Ryan, seperti apa yang Mereka mau.
“Ryan..” Naura bersimpuh di hadapan
Ryan, untuk saat ini Dia merasa sangat rendah, Dia tidak pernah diperlakukan
seperti ini, semua orang selalu memperlakukannya seperti seorang Putri raja.
“Aku minta maaf, udah salah sama Kamu, Aku janji gak akan ngulangi lagi,” Naura
menjeda ucapannya, menghirup nafas dalam “Ak..u Menci..ntaimu,” Naura menjerit
dalam hati, hatinya terasa sangat sakit apa yang diucapkannya sendiri sangat
menyakiti hatinya, Naura terisak menangis senggukan. Putri tersenyum puas
begitupun dengan Ryan dan Sandra.
“Dan untuk memastikan jika apa yang
terjadi hari ini tidak menyebar, Putuskan Jihan Kami akan beri waktu sampai
setelah UN, jika setelah UN hari terakhir kalian belum putus, semua ini akan
ada di tangan Jihan, dan Jihan sendiri yang akan memutuskanmu,” Naura
mengangguk pasrah, membiarkan Mereka meninggalkannya sendiri, Naura bangkit
dengan tertatih kakinya terasa sangat sakit, rasanya terlalu menyakitkan,
hatinya hancur hanya dalam hitungan bulan Dia akan memutuskan Jihan dan itu
pasti akan sangat menyakitkan baginya, Naura menatap punggung Ryan nanar, Ryan
yang kini tengah merangkul Putri dan tertawa bersama, bukankah tempo hari pria
itu berkata bahwa Dia sangat mencintainya?? Naura tertawa lirih, Ryan sudah
tidak mencintainya, seseorang tidak akan membuat orang yang dicintainya tersakiti,
Naura masih terisak mengerang mengeluarkan semua sesak di hati dan jiwanya,
Ryan tak lagi mencintai dirinya tapi kenapa sangat ingin memilikinya, oh Tuhan
Ryan sudah gila.
Sejak hari itu Naura berubah menjadi
lebih pendiam dan menunduk takut saat berpapasan dengan Mereka, selama satu
minggu Naura memikirkannya, nafsu makannya berkurang, dan itulah yang
membuatnya drop, surprise party Jihan adalah hiburan untuknya meskipun tidak
berakhir seperti apa yang telah direncanakan.
Jihan
menatap penuh harap saat perlahan Naura membuka matanya, Jihan tersenyum lebar
menyambutnya dengan haru, Naura tersenyum lagi – lagi dirinya membuat Jihan
menangis.
“Kamu gapapa??”
“Aku baik,”
“Om Rizki bilang, Kamu kurang makan,
kurang tidur Kamu ada masalah??” Naura menggeleng pelan, melirik tangannya yang
digenggam erat oleh Jihan, mulai saat itu Naura berjanji pada dirinya sendiri
untuk beberapa bulan sebelum hari itu datang, Dia ingin menciptakan kenangan
yang indah, agar dirinya tetap tersenyum saat mengingatnya meskipun air mata
menetes di pipinya.
“Gak, maaf yaa pestanya kacau,”
“Aku gak butuh pesta, Aku butuh Kamu
baik – baik aja, istirahat dulu Kamu pasti capek Aku temenin,” Naura
mengangguk, memejamkan matanya yang baru saja terbuka, Naura ingin saja
terlelap selamanya sebelum hari itu terjadi namun Dia tak bisa, tak sanggup
tanpa sadar air matanya menetes, tangannya semakin erat menggenggam tangan
Jihan.
“Jihan.. maaf jangan tinggalin Aku,,”
lirih Naura di tidurnya dan Jihan hanya mampu mengangguk lemah, Dia tahu apa yang
membuat gadisnya seperti ini sangat tahu dan jujur Jihan akan sangat menderita
tanpa Naura, dan saat itu pula Jihan berjanji akan menciptakan kenangan indah
agar Dirinya tetap tersenyum saat mengingatnya meskipun air mata menetes di
pipi. Jihan mendesah pelan apa yang dilihatnya di taman membuatnya merasa
sangat di khianati, namun karena cinta Jihan hanya diam.
To Be Continued
#Khichand_Lee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar