Sabtu, 17 Desember 2016

Lost - Part 7

Dewa mengerjapkan matanya berulang kali di pandangnya arah ke sekeliling, ruang tamu rumahnya dan suasana sepi hanya ada suara di dapur dan aroma masakan. Dewa tersenyum lega, ayah dan ibunya pasti sudah pulang dan ayahnya yang membawanya ke dalam. “Akhirnya kamu udah sadar,” suara seseorang membuatnya menoleh, Dia baru sadar kalau suara berisik itu sudah berhenti. Namun bukan itu yang membuatnya terkejut, orang yang menyapanya yang membuatnya terkejut. “Kok kamu??” orang tersebut yang merupakan seorang gadis itu hanya memutar bola matanya sebal, meletakkan nampan berisi semangkuk bubur, segelas air putih dan beberapa butir obat. “Iya, Aku disini aku yang tadi kamu lihat, baru tahu kalau Kamu satu kompleks sama aira,” dewa hanya mengerjapkan matanya polos, memandang sang gadis dengan terkejut, hingga lambaian tangan sang gadis menyadarkannya. “Kamu kenapa??” dewa menggeleng, ingin mengucapkkan terima kasih, namun suaranya seperti tercekat, dan gadis itu menyodorkan air minum ke hadapannya, dewa menerimanya dan langsung meneguknya. “Makasih, Ly..” gadis itu, lyara hanya mengangguk tersenyum manis. “Orang tua kamu kemana??”  dewa menatap kosong arah pintu yang terbuka lebar. “Pergi, gak tahu kemana,, mungkin malam baru pulang,” lyara hanya mangut – mangut. “Owh iya, kata dokter setelah kamu sadar, kamu harus makan habis itu minum obat, asam lambungmu hampir merengut nyawamu tahu,” dewa hanya tersenyum menatap semangkuk bubur di atas penampan. “Makan gih, masa’ harus di suapin??’ mendengar gerutuan lyara membuat dewa terkekeh dan menerima mangkuk yang lyara sodorkan kemudian memakannya dengan lahap. Sedangkan lyara hanya menggeleng – gelengkan kepalanya. “Owh, iya Wa, kata dokter sampai obatnya habis Kamu makan – makanan yang lembut dulu yaa, jangan makan mie instans, kasihan lambung Kamu, tadi nyaris bocor lho, kalau gak cepet – cepet dapat penanganan,” dewa menghentikan aktivitas makannya, menatap lyara dengan tatapan ragu, namun saat melihat sang ayah berada di ambang pintu dewa merasa kalau dunianya akan berakhir. “Wa..?” lyara yang posisinya membelakangi pintu tidak melihat kehadiran Tuan Park di ambang pintu. Saat menoleh gadis yang memiliki lesung pipi itu tersenyum manis. “Ekh.. Om,” sapanya malu – malu. Itu membuat Tuan Park merasa khawatir yang melandanya sejak tadi meluruh, saat melihat beberapa obat dengan bentuk berbeda dan melihat wajah dewa yang pucat alisnya bertaut. “Nak, bisa Kamu ulangi ucapan Kamu yang tadi??” Tuan Park melangkah maju kepada lyara yang terlihat gugup dipandang dingin oleh ayah teman sekelasnya. “Eu..” Lyara kikuk. “Dewa sakit apa?? Kenapa?? Coba ceritakan nak,” lyara menegakkan tubuhnya kemudian membalas tatapan tuan park. “Tadi Saya, main ke rumah sahabat dekat Saya di kompleks ini, lalu Saya jalan – jalan sebentar disini, kemudian tidak sengaja melihat dewa lagi menahan sakit di depan pintu utama,, eeuu.. Saya mencoba berbicara dengannya namun Dia tidak menjawab sama sekali, sepertinya saat itu kesadaran dewa sudah hampir hilang, akhirnya Saya pergi untuk membelikannya obat Magh, dan saat Saya kembali dewa sudah pingsan, itu artinya kondisi dewa sangat tidak baik, lalu Saya menelfon dokter untuk memeriksanya, dan kondisinya memang buruk, lalu..” lyara menggantungkan ucapannya saat melihat seorang wanita seumuran tuan park datang dengan sempoyongan menatapnya tajam, “Siapa Kamu !!” suara teriakan sang wanita membuat atensi semua orang beralih, Melisa istri tuan park memandang tajam lyara namun lyara tahu kalau pandangan wanita itu adalah pandangan kosong. Lyara balas menatap, membuat wanita itu segera pergi ke kamarnya. Lyara menghela nafas panjang, menatap dewa yang memandang arah perginya sang ibu, sekarang Dia tahu kenapa wanita itu tidak pernah menyentuh putra bungsunya. Ponselnya bergetar, dengan segera Dia mengambilnya dari tas selempang kecilnya, lana mengiriminya pesan. “Eu.. Om, intinya selama beberapa hari ini, dewa makannya yang lembut – lembut dulu yaa, jangan makan mie instans, perhatikan juga gizinya, Saya mau pamit ke rumah sahabat saya lagi, permisi..” lyara menyalami tangan tuan park, kemudian membungkukkan badan di depan tuan park. “Nak, tunggu, berapa biaya dokternya??” lyara tersenyum. “Dokter itu Om Saya, jadi diskon 100%,” setelah mengatakan itu, dan membuat dewa dan tuan park tercengang, lyara langsung berlari kecil ke rumah aira. Dewa menatap kepergian lyara dengan kecewa, kemudian menatap sang Ayah takut. Tuan park, menatap putra bungsunya yang terlihat sangat pucat. “Minum obatnya, besok Papa carikan pembantu untuk melayanimu,” dewa menggeleng, Dia tahu betul kenapa sang Ayah tidak menyewa pembantu di semarang. “Gak usah Pa, nanti dewa beli bubur sendiri aja, di sini pasti banyak yang jual,” tuan park menatap dewa tajam. “Papa yang akan belikan, dan libur sekolah Tiga hari.. ini perintah, papa mau mandi dulu.. jangan lupa obatnya diminum,” dewa mengerjapkan matanya berulang kali, merasa terkejut dengan sikap sang ayah. Dan satu yang mengganjal, kenapa sang ibu yang tadinya menatap tajam lyara, langsung ke kamarnya saat lyara balas menatapnya??. Ada apa dengan lyara??, kenapa lyara terlihat berbeda?? Memikirkan itu membuat kepalanya pening, dewa memutuskan segera meminum obatnya dan membereskan semuanya, Dia ingin beristirahat sebentar sejenak melupakan masalah kehidupannya yang begitu rumit.
            Lana berkacak pinggang menatap lyara tajam, entahlah setidaknya itu adalah ekspresi kakak perempuannya saat kesal karena ada yang mengganggunya. Sedangkan yang ditatap terkekeh, merasa lucu dengan ekspresi lana. Sedangkan lana mengerenyit, heran kenapa lyara bisa mentertawakannya. “Kenapa malah ketawa??” lyara menggeleng menatap lana dengan tatapan yang tidak bisa di artikan, melihat lyara kembali terkekeh membuat lana mendengus sebal. “Jalan – jalan kemana saja?? Heum?” lyara mendesah, menatap lana dengan mata riang. “Aku bertemu dewa tadi, Aku gak nyangka kalau dalam hidup ini banyak sekali kebetulan, kamu yang kebetulan satu kompleks sama kak lusi, dan dewa yang satu kompleks dengan aira, akh.. jangan – jangan Bastian  satu kompleks dengan dea??” lana memutar bola matanya kesal, sifat kekanak – kanakan lyara kambuh lagi. “Jangan memasang wajah seperti itu, tadi dewa sakit jadi Aku menjenguknya, karena dewa adalah teman maka, Aku tidak bisa terburu – buru,benar kan??” lana terdiam, tiba – tiba ada yang bergejolak dalam hatinya. Lyara menghela nafas panjang, melirik jam tangannya. “Kak hamdi pasti khawatir, ayo Kita pulang, aira sudah tidur bukan??” lana mengangguk. “Ya, dan tadi asisten rumah tangganya baru pulang, mungkin Dia bisa berbicara kepada kedua orang tua aira” Lyara mengangguk saja, sorotan matanya mendadak kelam.
Sinar senja mengiringi langkah lana dan lyara, tangan mereka saling bertautan tanpa mereka sadari. “Lan..”
“Hm..”
“Apa Kau sudah meminum obatmu?” setelah lana menatap lyara sejenak, lana segera membawa lyara untuk berlari, kemudian berhenti dan tertawa nafasnya terengah. “Dasar bodoh !! ayo Kita bergegas,!” lana mengangguk sesekali menggoda lyara. Entahlah, Dia hanya merasa kalau lyara membutuhkan sedikit hiburan dan kebahagiaan. Mungkin karena lana mencintai lyara, mungkin karena lana menyayangi lyara, mungkin karena lana tidak ingin kehilangan lyara. Dan mungkin itu yang membuat lana tidak ingin melihat lyara bersedih. Lana tertawa dalam hati, faktanya bisa jadi Dia yang akan membuat gadis mungil itu menangis dan bersedih, ingatannya kembali saat lyara pergi dan meninggalkannya dan aira. “Lana.... Aku kesepian, maukah Kamu menemaniku??” dan kembali mengingat kebodohannya saat Dia mengangguk. Di tatapnya dalam mata lyara yang bersinar terang, bibirnya yang membentuk kurva saat tertawa membuatnya merasa teduh juga gelisah. Kemudian lana menarik lyara dalam dekapannya. Bias senja kota semarang, menjadi saksi betapa hangatnya dekapan lana untuk lyara. Dan bagaimana tenangnya lyara menikmatinya, kehangatan yang menjalar begitu saja, dan lyara tidak ingin kehilangan semuanya, semua yang sudah ada dalam dekapannya. Lyara tidak tahu, kalau sebenarnya lana ingin meminta maaf, maaf karena sudah memberikan harapan terlalu banyak, maaf karena mungkin esok lana tidak lagi bisa mendekapnya seperti ini, maaf untuk cinta yang tak pernah terucap dan terungkap di depannya, maaf untuk pengkhianatan tanpa di sengajanya, sungguh, meskipun raga lana kini menjadi milik orang lain, tapi hati, jiwa dan pikiran lana hanya untuk lyara. Lyara sesungguhnya lana ingin meminta maaf padamu. “Kamu tahu, Aku seneng banget, hari ini,”
“Kenapa??” lana menelan ludah pahitnya. “Akhirnya Aku bisa jadian sama aira, Kau tahu?? Dia yang buat Aku jatuh cinta untuk yang pertama, dan Aku bahagia.. Aku traktir Kamu malam ini,” sedangkan lyara yang masih dalam dekapan lana merasa kalau apa yang ada di hadapannya buram, lyara memejamkan matanya beningnya menetes di pipi putihnya. Dengan segera Dia menyekanya. “Ku kira Kau mencintaiku, Lana..” lyara segera melepaskan diri dari dekapan lana. “Hey.. Kau menangis??” lyara mencoba tersenyum, menggeleng pelan. “Aku bahagia, karena Kamu bahagia.. ciee, akhirnya Kamu bisa ngrasain apa itu cinta,” lana tersenyum manis, memasang wajah bahagianya, meskipun dalam hatinya berteriak. “Aku berharap Kamu bilang kalau kamu sakit, sakit karena kamu mencintaiku, kamu cemburu.. karena sesungguhnya hanya kamu yang mampu buatku jatuh cinta,”. lana menyeka air mata lyara. “Dasar cengeng !!”
“Biarin, ! udah hampir malam, ayo !! Kita harus bergegas !!” lyara melangkah terlebih dahulu, sembari terus berusaha menahan air matanya. Sedangkan lana menghela nafas panjang, wajahnya juga terlihat muram. Akh, andai saja lyara mempunyai spion, pastilah Dia bisa melihat saat lana menyeka air matanya sendiri.
            Hamdi menatap heran lyara yang menjadi sangat pendiam, sejak pergi bersama lana tanpa pamit dan pulang saat langit sudah menggelap, lyara masih betah mengunci mulutnya, hanya berbicara saat ditanya, selebihnya lyara hanya fokus menatap novel yang tengah di bacanya dengan telinga tersumpal earphone, tidak terganggu sama sekali dengan suara berisik dias dan lusi yang tertawa keras, mungkin karena lyara sedang tidak ingin di ganggu. Sedangkan lana sendiri sudah menghilang di balik kamar, karena hari ini dias, lana, lusi dan lyara akan menginap. Lana sudah masuk kamar sedari tadi, sedangkan lyara masih betah duduk di ayunan belakang rumahnya. Hamdi menghela nafas panjang, saat udara dingin menusuk pori – pori kulitnya, di lihatnya lyara tidak memakai baju hangat. Hanya baju lengan pendek dan celana jins yang menempel di tubuh lyara. Hamdi beranjak menuju kamarnya kemudian mengambilkan sebuah selimut. “Selimut buat siapa??” hamdi menghentikan langkahnya, kemudian tersenyum menatap lusi. “Lyara, sepertinya gadis nakal itu sedang tidak enak badan, Aku akan menyuruhnya tidur lebih awal,” lusi hanya mengangguk, meskipun diam – diam dalam hatinya ada rasa kecewa yang menjalar. Hamdi menepuk bahu lyara pelan, kemudian melepas earphone di telinga lyara pelan, namun lyara masih diam, menatap halaman yang tengah di bacanya, hamdi mengerenyit, lyara tidak membaca novelnya. “Ly..” lyara terlihat tersentak, memegang dadanya, kemudian menyadari sebuah selimut menyelimutinya. “Udah malam, angin malam gak baik buat kamu, tidur yuk !! Kakak nyanyiin lagu yang bagus malam ini, besok harus jemput Ayah dan Ibu kan??” lyara hanya mengangguk, mendahului hamdi yang menghela nafas panjang, masih menerka – nerka apa yang terjadi dengan lyara.



To Be Continue
#Khichand_Lee

Minggu, 06 November 2016

Lost - Part 6

Suasana kota semarang di malam hari sungguh menakjubkan warni – warni lampu kota membuat malam terasa damai, ramai kendaraan berlalu lalang di persimpangan membuat suasana semakin romantis, jejeran tanaman kota yang terterpa cahaya membuatnya terlihat seperti pohon natal. Suasana di depan gedung lawang sewu begitu tentram, lyara dan hamdi duduk di bangku panjang di depan gedung lawang sewu menatap keramaian kota dengan tenang.
“Katanya Simpang Lima?” hamdi terkekeh mengaduk es tehnya pelan. “Tadi kan udah,” lyara hanya mengangkat bahunya acuh. “Kenapa harus disini Kak??” lyara menjilat es krimnya dengan asal – asalan sampai tidak sadar meninggalkan sisa di bibirnya. “Jorok, ikh !!” hamdi menyekanya lembut membuat lyara terkekeh malu. “Ajaran apel sama kak lusi yaa??” pernyataan lyara membuat hamdi terkekeh, bahkan Dia tidak pernah memperlakukan lusi seperti itu. “Enggak, Kakak pengen jadi Kakak dulu, belum siap jadi suami,”
“Suami?? Ngarep banget,” hamdi terkekeh mengacak puncak kepala lyara gemas. “Aish !! rusakkan??” hamdi tidak menjawab. “Harapan kakak gak muluk – muluk Ly,” hamdi menyenderkan tubuhnya di kursi, meletakkan cup es tehnya di sampingnya. “Kamu tahu gak?? Satu – satunya hal yang membuat kakak bahagia??” hamdi menghadap ke arah lyara.
“Tahu,” hamdi memencet hidung lyara gemas. “Sotoy !” lyara mengerucutkan bibirnya mengelus – ngelus hidungnya yang memerah. “Kebahagiaan kakak adalah datangnya om panca dan tante shilla kesini,” hamdi menggeleng pelan, laki – laki yang saat itu memakai T-Shirt bergambarkan Tugu Yogya dibalut jaket abu – abu dengan bawahan Jins hitam dengan sandal eigger itu semakin menatap lyara intens. “Kebahagiaan kakak adalah kamu,” lyara tersenyum manis kemudian terkekeh. “Kakak suka gombal,!!” hamdi terkekeh jarinya menari di pinggang lyara, membuat lyara tertawa karena geli. “Hentikan !! Ku mohon.. hahaha.. geli Kak !!” hamdi melepaskan jemarinya, “Karena hidup hanya satu kali lyara, dan Kita gak tahu apa yang akan terjadi besok,” lyara mengangguk. “Kakak sayang Kamu,” hamdi membawa lyara dalam dekapannya mengecup puncak kepala lyara lama, sungguh lyara sangat menyayangi hamdi melebihi apapun, karena bersama hamdi Dia merasa aman. Mereka terlarut dalam pelukan hangat persaudaraan, dan tidak sadar kalau ada beberapa pasang mata menatap mereka penuh api kecemburuan, bukan hanya satu atau dua melainkan banyak mata yang iri dengan mereka, sepasang mata yang berfikir bahwa mereka adalah seorang kekasih. Dan itu tidak lama saat hamdi maupun lyara merasakan sebuah sensasi dingin menjalar di tubuh mereka, refleks mereka menjauh kemudian memandang bingung lusita yang menatap mereka penuh amarah. “Lusi?? Apa yang kamu lakukan??,” Hamdi menatap lyara yang terlihat lebih basah darinya “Lyara bisa sakit ! bisa gak sih Kamu bercandanya gak keterlaluan??” melihat hamdi yang terlihat sangat marah karena melihat lyara yang basah membuat lusita menggelengkan kepalanya penuh amarah. “Kamu yang keterlaluan !! dan satu Aku serius !! Aku marah hamdi !!” lyara yang melihat itu menunduk, tidak ingin melihat kemarahan di wajah lusita. “Keterlaluan?? Maksud Kamu apa??” nada suara hamdi merendah lyara masih ditempatnya. “Aku bingung sebenarnya hubungan Kalian itu apa sih?? Kenapa bisa seromantis itu??” hamdi mengusap wajahnya kasar “Lusi.. Kamu salah paham,” lusi menggeleng “Gak ada yang salah, Aku yang salah percaya sama Kamu !!” tanpa menunggu penjelasan dari hamdi lusi langsung berbalik meninggalkan hamdi dan lyara, sedangkan hamdi menghela nafas panjang merengkuh lyara yang bergetar ketakutan, sungguh lyara tidak pernah melihat orang yang suka membentak, dan lyara tidak bisa dibentak. “Kakak, kenapa tidak mengejar kak lusi??” suara lirih lyara membuat hamdi merasa bersalah, hamdi menatap wajah lyara yang terlihat pasi dan itu membuatnya semakin merasa bersalah. “Maaf, Kamu gapapa kan??”
“Kenapa tidak mengejar kak lusi??” hamdi menggeleng, hanya menatap jengah kearah perginya lusi. “Kita pulang sekarang,” hamdi melepas jaketnya, mengenakannya di tubuh mungil lyara, kemudian menggendong tubuh mungil lyara menuju mobilnya yang tak jauh dari tempat mereka. “Maafkan Kakak,” hamdi terus mengelus pipi lyara yang terasa dingin. “Kakak, kejar kak lusi” lyara berkata lirih membuat hamdi menghela nafas panjang. “Nanti, yang penting Kamu dulu, kalau Kamu di rumah Kakak akan tenang, tante nirma masih dirumah kan??” lyara hanya mengangguk lemah. Hamdi mempercepat laju mobilnya.
#####
Hamdi menatap punggung yang diterangi rembulan itu, punggung yang bergetar hebat, punggung lusita. Hamdi menghela nafas panjang, setelah mengantar lyara pulang dan mengatakan tidak usah menunggunya pulang kepada tantenya. Ya, hamdi ingin tidur di rumahnya yang sepi. Hamdi ingin menemui lusita, Dia butuh penjelasan kenapa lusita bisa semarah itu, dan beruntungnya hamdi sangat tahu dimana lusita.
“Lus,” lusita yang sedang menangis segera menyeka air matanya. “Ngapain Kamu kesini??”
“Aku butuh penjelasan,”
“Aku yang harusnya butuh penjelasan !!” hamdi menghela nafas panjang. “Kamu kenal Kita berapa hari sih?? Kenapa kamu bisa mempunyai fikiran seperti itu, Lus... Kita itu tumbuh sama – sama, Kita main bareng – bareng, Kita jaga lyara bareng.. apa yang salah??”
“Karena..” lusita menggantung ucapannya. “Karena apa??” hamdi menatap lusita lembut. “Aku cemburu,,” suara lusita terdengar lirih hamdi terkekeh, dalam hati lusita tertawa benar dugaannya kalau hamdi akan menertawakan kecemburuannya. “Sedangkal itukah pikiranmu??, Aku menyayangi lyara seperti revan menyayanginya, seperti revan mencintainya, dan lyara menyayangiku seperti Dia menyayangi revan, mencintai revan, gak lebih,” lusita menatap hamdi sebentar, kemudian menengadah menatap langit yang tenang.
“Aku kesepian, waktu kamu habis untuk lyara, Kamu gak pernah ngutamain Aku, kamu tahu gak?? Aku balik ke semarang karena Aku tahu disini Aku bisa ketemu kamu, disini aku dapat perhatian, di sini aku akan dimanja kamu, Aku juga ingin ada di posisi lyara ham.. dan kamu selalu saja nganggap kalau Aku itu sudah dewasa, kalau Aku kuat, Aku gak sekuat itu ham..” hamdi menghela nafas panjang. “Maaf untuk itu, tapi lyara tetap priaoritas pertamaku, lus.. bukankah kita bisa jaga lyara bareng – bareng?? Seperti dulu?? Aku tetap cinta kamu lus, sampai kapanpun, Aku cinta kamu, Aku cinta sama kamu, Aku sangat mencintaimu..” hamdi membawa lusita dalam dekapannya membiarkan lusita menangis di dadanya. “Tidak ada yang lain lus, lyara tetap prioritas Aku, dan Kamu juga, jangan pernah tinggalkan lyara, lyara hanya mempunyai Dua Kakak sekarang, oke??” lusita mengangguk, hamdi selalu bisa meredakan amarahnya. “Jangan keluarkan bentakanmu di hadapan lyara, jangan marah – marah di hadapan lyara, itu menyakitinya, Kita jaga lyara sama – sama, Aku mencintaimu sangat mencintaimu, dan tolong Kamu percaya kan sama Aku??” lusita mengangguk semakin mengeratkan dekapannya kepada hamdi. Sedangkan hamdi menghela nafas panjang saat malam semakin merangkak larut, mendadak kepalanya terasa sakit. “Lus, udah malam.. pulang yuk!! Aku antar,” lusita melepaskan diri dari dekapan hangat hamdi kemudian menggeleng. “Aku bawa motor, makasih, Aku bisa pulang sendiri, Kamu pulang duluan gih !” hamdi mengangguk. “Aku tinggal yaa..” hamdi segera berlalu dari hadapan lusita, tanpa menoleh sedikitpun saat menyadari ada yang mengalir dari hidungnya, dengan segera Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, meskipun setelahnya Dia melajukan mobilnya pelan saat merasakan sakit itu semakin menusuk dan beruntung karena pintu gerbang rumahnya yang selalu di jaga banyak orang itu mulai terlihat, hamdi segera membersihkan hidungnya, kemudian mengklakson. Seorang satpam menghampiri mobilnya. “Ekh, mas hamdi, kenapa gak bilang kalau mau pulang?? Mas hamdi kenapa?? Kok mimisan gitu?” hamdi menggeleng, berusaha tersenyum. “Anterin saya, masuk kedalam.. tolong,” satpam itu mengangguk membuka pintu mobil kemudian memapah tubuh hamdi yang terasa dingin. “Gak ke rumah sakit aja mas??” hamdi menggeleng lemas. “Saya panggilin Tuan Farkhan yaa??” lagi – lagi hamdi menggeleng. “Saya hanya perlu istirahat hh.. ya istirahat,” satpam itu hanya mengangguk, menurut saja memanggil salah seorang pelayan untuk membantunya memapah tubuh hamdi yang semakin memberat. “Mas hamdi kenapa tho??” seorang perempuan paruh baya terlihat cemas melihat hamdi terlihat begitu payah. “Dia sakit, mending kamu cari kompresan, badannya panas dingin kaya’ gini,, nanti biar aku yang gantiin bajunya,” wanita paruh baya itu hanya mengangguk sedangkan hamdi berusaha tersenyum sebelum akhirnya hanya suara teriakan yang memanggil namanya yang Dia dengar, setelahnya gelap dan sunyi.
#####
Lyara menatap hamdi intens, hari ini hamdi terlihat pucat meskipun wajahnya terlihat sangat sumringah, hamdi dengan di bantu lusi juga para pelayan sedang menyiapkan sebuah pesta untuk menyambut kedua orang tuanya. Sedangkan lyara hanya di suruh berdiam diri di sofa bersama lana yang kebetulan ikut bersama kakaknya dias yang juga tengah asyik membantu hamdi menghias ruang tamu dan ruang keluarga.
“Ra,” lyara menoleh menatap lana dengan alis berkerut. “Kenapa sih Kita gak boleh bantu mereka?? Emang kita selemah itu apa??” lyara terkekeh kembali menatap hamdi. “Karena mereka menyayangi kita,” Lana mengangguk pandangannya beralih kepada ponselnya disana nama ibu memanggil. Lana mendesah sebelum akhirnya menjauh dari lyara untuk mengangkatnya. Lana kembali dengan wajah ditekuk, membuat lyara meletakkan buku yang sedang dibacanya. “Kenapa??” lana hanya mengangkat bahu acuh, meminum minuman jatah kakaknya. “Diceramahin ??” lana mengangguk malas. Lyara terkekeh menepuk pundak lana pelan. “Karena dengan begitu, Mereka tidak akan khawatir, karena dengan begitu mereka akan tahu kalau Kita baik – baik saja, dan tetap dalam zona aman dan nyaman,” lana terdiam menatap lyara yang kembali membaca buku yang dibawanya. Lana merasa kalau lyara yang kali ini duduk disampingnya bukanlah lyara yang hampir setiap hari berdebat dengan wali kelas Mereka, lyara yang kali ini duduk disampingnya sangat berbeda, begitu dewasa, tenang dan bijak, juga pendiam, tidak banyak bertanya. Mendadak lana bingung, juga sangsi kalau lyara memiliki kepribadian ganda. Namun apalah daya jika cinta sudah berkata, semua yang buruk pun akan menjadi hal sangat dirindukan. Lana kembali menghela nafas panjang saat ponselnya kembali bergetar, lyara masih membaca buku, tidak menoleh sedikitpun. Lana membuka pesan baru di ponselnya, sebuah pesan dari aira. Raut wajahnya berubah, kemudian lana memandang lyara yang masih tetap pada aktivitas membaca bukunya. “Ra..” bisiknya pelan di telinga lyara, membuat lyara tersentak kemudian menatapnya heran. “Lihat ponsel Kamu,” lyara mendesah berat memberikan ponsel yang sedari tadi ada di sampingnya kepada lana. Sedangkan lana mengusap wajahnya kasar, lyara benar – benar tidak bisa diganggu, dengan sedikit sentakan lana menutup buku yang tengah lyara baca kemudian menyodorkan ponsel gadis nakal itu ke hadapannya. Lyara yang melihat deretan kata itu matanya membulat menatap lana yang menampakkan wajah khawatir. Apa Kalian Tahu dimana tempat paling asyik untuk mengakhiri hidup ini??.
#####
Aira memandang kosong televisi yang tengah di tontonnya, bukan lebih tepatnya menontonnya. Menontonnya yang tengah berantakan, dengan mata sembab dan rambut acak – acakan, dengan sebuah luka di sudut bibirnya. Pertengkaran kedua orang tuanya masih terngiang di pikirannya, teriakan juga bentakan membuatnya semakin merasa sesak. Awalnya kehidupannya tidaklah seperti sekarang, dulu kedua orang tuanya sangat memanjakannya, memperhatikannya juga sangat melindunginya, namun semuanya mendadak berubah beberapa tahun belakangan ayahnya jarang terlihat di rumah dan ibunya sering pulang malam dengan keadaan mabuk. Sungguh Dia tidak mengharapkan keluarganya menjadi hancur seperti ini. Aira menatap ponselnya, kemudian mengetikkan sesuatu di luar kesadarannya dan dikirim kepada orang yang tidak pernah dikiranya.
#####
Lyara menatap lana yang terlihat cemas disampingnya, setelah mendapat pesan dari aira, tanpa pamit mereka langsung bangkit dan mencari taksi. Saat ini mereka tengah duduk dengan gelisah di taksi. “Bisa cepet lagi gak pak?? Temen Saya bisa mati,” lyara memandang lana dengan raut wajah lelah. “Gak usah ngebut – ngebut pak,”
“Kok gitu?? Kalau Kita terlambat gimana??” lyara memutar bola matanya kesal menatap tajam mata lana yang terlihat sangat khawatir. “Kalau Kita ngebut, bukan Cuma aira yang gak selamat, tapi juga Kita !! standar aja pak,” supir taksi itu mengangguk saja, sedangkan lana menghela nafas panjang, terlalu khawatir membuatnya pening. Tunggu, khawatir ?? lana memandang lyara yang tengah melanjutkan membaca bukunya, sesekali memandang ke arah luar jendela, kemudian kembali ke posisinya, khawatir?? Bahkan lyara saja yang sudah lama mengenal aira tidak sekhawatir Dia, kenapa Dia begitu khawatir??, apa yang terjadi padanya??. Pertanyaan lana terpotong oleh suara lyara yang membayar taksi kemudian keluar, lana segera menyusul. Lana memandang rumah paling mewah di kompleks itu, memandang lyara yang langsung membuka pintu gerbangnya tanpa permisi. “Kenapa tidak izin dulu??” lyara memutar bola matanya kesal. “Sampai lebaran monyet juga gak bakal di izinin, pembantu di rumah aira lagi liburan, gimana sih??” lana mengerjapkan matanya polos kemudian mengangguk saja, bahkan diam saat lyara membuka paksa pintu utama. “Aira.. Kamu dimana??” sapaan lyara dibalas oleh sebuah isakan, dan mendadak hati lana bergemuruh.
#####
Lyara meletakkan baskom berisi es yang sudah di bungkus handuk di atas meja, menatap aira yang terlihat menyedihkan didekapan lana. Lyara mengambil posisi di sisi aira, menyisir rambut aira hati – hati, tanpa kata kemudian mengambil baskom dan mengompres luka disudut bibir aira yang terlihat membiru. Dengan lembut lyara menyeka air mata aira, lana yang melihat itu tertegun, selama ini yang dia tahu lyara adalah gadis yang manja dan tidak bisa berbuat apapun, namun lyara kali ini berbeda lyara terlihat sangat dewasa dan bisa di andalkan, sama seperti lyara saat hamdi jatuh sakit, dan berbeda saat lyara berdebat dengan wali kelas mereka. “Ra.. kalau emang Kamu masih pengen nangis, dan belum mau cerita, gak masalah, tapi makan dulu yaa..” lana menatap bubur yang masih hangat, lyara baru saja membuatnya. “Aku buatnya bubur kok, gak bakal sakit kalau kena luka,, langsung telen juga gak masalah, Lan.. suapin gih,” lana yang sedari tadi melamun langsung tersentak, kemudian menerima mangkok yang disodorkan lyara, dilepaskan pelan – pelan dekapan aira, kemudian mulai menyuapi aira. Sedangkan lyara menatap pemandangan itu dengan perasaan campur aduk, entah kenapa air matanya tiba – tiba ingin menetes. “Aku ke belakang dulu yaa..” Mereka mengangguk, dengan segera lyara meninggalkan mereka kemudian meratap sendiri di dinding kamar mandi keluarga aira. Apakah ini yang namanya patah hati??. Lyara membasuh wajahnya dengan air, kemudian memutuskan untuk jalan – jalan, sudah lama rasanya Dia tidak jalan – jalan di kompleks rumah aira. “Lan, Aku pergi keluar sebentar, jagain aira yaa.. buat Aira tidur dengan lelap,” bisiknya di telinga lana, sedangkan aira yang baru saja menyelesaikan makannya masih betah di pelukan lana.
#####
Dewa memandang langit – langit kamarnya hampa, hari ini terasa membosankan ya, begitu kesimpulan yang dapat Dia ambil. Suasana rumah sangat sepi, padahal biasanya ibunya sibuk memasak di dapur, meskipun masakan itu bukan untuknya setidaknya mendengar sang ibu sibuk di dapur membuatnya merasa lega. Dewa memegang perutnya yang sedari tadi belum di isi apapun, kemudian tersenyum miris Dia tidak pernah mengenal rasa masakan sang ibu, karena sang ibu langsung membuangnya atau memberikannya kepada kucing setelah beliau selesai makan, tak ada sisa sedikitpun untuknya. Selama ini Dia makan mie instans, hanya itu yang dapat Dia masak sendiri terkadang Dia bisa makan nasi kalau sang ayah ada di rumah dan membawakannya sebungkus nasi dan lauk pauk sederhana untuknya. Hari ini ayah mengajak ibu pergi, entah kemana dewa tidak begitu tahu namun itu adalah suatu hal yang mengejutkan untuknya. Kalau saja dewa boleh bercerita, kalau saja dewa boleh bertanya, kenapa saat kecil sang ibu tak pernah menyentuhnya sama sekali? Hanya ayahnya yang menyentuhnya meskipun agak kasar namun itu membuatnya sedikit bahagia, setidaknya sang ayah pernah menyentuhnya. Dewa mendesah saat sakit di perutnya semakin bertindak anarkis, sepertinya penyakit maghnya sudah naik ke level yang lebih tinggi. Dewa hanya mampu mengerang pelan, percuma meminta tolong, meminta tolong kepada siapa? Tidak ada orang di rumah ini. Dengan sedikit di paksakan dewa bangkit dari posisi rebahannya kemudian berjalan tertatih keluar kamar, Dia butuh obat dan Dia harus membelinya. Setidaknya jarak warung kecil di kompleksnya dengan rumahnya tidak terlalu jauh. Namun sia – sia, sakit itu justru semakin melumpuhkannya, langkahnya berhenti di depan pintu utama pandangannya sudah berkunang – kunang. Samar Dia melihat seorang gadis yang terlihat familiar menghampirinya. “Dewa?? Are you okay??” pertanyaan itu terdengar samar, dewa masih berusaha mempertahankan kesadarannya saat orang itu pergi menjauh, ingin sekali dewa mengatakan bahwa Dia butuh bantuan, namun sakit itu tidak hanya melumpuhkannya tapi juga membuatnya bisu, nafasnya mendadak terengah, Dia terbatuk kemudian memuntahkan cairan bening dan gelap.
To Be Continue
#Khichand_Lee

Jumat, 04 November 2016

Lost - Part 5

Hamdi menghela nafas panjang, sakit di kepalanya tidak kunjung hilang tapi Dia harus tetap berangkat sekolah, hari ini ada pertandingan. Suara pintu terbuka membuatnya mengalihkan atensinya, Dia baru saja selesai memakai seragamnya. “Ya ampun Kakak,,,” suara naura membuatnya tersenyum. “Ada apa??”
“Kakak masih sakit, kenapa berangkat sekolah??” hamdi tersenyum menuntun lyara duduk di pinggir ranjang. “Dengar, Aku baik, Aku sehat, lagian hari ini ada pertandingan,Aauuu !! kenapa Kau memukulku gadis nakal??” lyara menatap mata hamdi galak. “Kakak masih sakit, jangan kemana – mana dulu!! Di rumah saja,”
“Bosan, lyara..” lyara menggeleng tegas. “Tidak !! hari ini Ayah dan Ibu pulang kan?? Aku menelfon Ibu untuk menjagamu,” hamdi tersenyum, mengelus puncak kepala lyara lembut, kemudian menyibak poni yang selalu menutupi dahi lyara itu, ada bekas jahitan disana dan itu membuatnya pilu. “Tante Nirma dan Om dharma sudah pulang sejak kemarin lyara,” lyara menghela nafas panjang. “Aku membenci ini,” lyara menutupi dahinya kembali menatap hamdi, kemudian menghela nafas panjang. “Baiklah, hari ini Kakak boleh berangkat, Aku hampir saja lupa kalau di kelas kak hamdi ada kak lusita yang pastinya akan menjaga Kakak dengan baik, akh iya !! tidak ada pertandingan untuk hari ini,!” cerocosan lyara membuat hamdi terkekeh. “Dan satu lagi, harus di antar, aku gak mau nerima resiko kecelakaan kalau tiba – tiba Kakak pingsan,” hamdi terkekeh, kemudian merangkul tubuh mungil lyara untuk bangkit. “Ayo sarapan !!” lyara mengangguk semangat. “Aku menyayangimu Kak,” hamdi tersenyum mengecup dahi lyara penuh sayang, “Aku juga”
            Hamdi tersenyum melepas kepergian lyara di ambang pintu, gadis nakal itu ngotot ingin mengantarnya sampai ke kelas, lyara gadis itu selalu menyayanginya melebihi apapun, sama seperti dirinya. Dia jadi ingat saat lyara dengan telaten menyuapinya kemarin, saat lyara memeluknya saat rapuh, saat lyara mengusap air matanya saat lyara melontarkan kata sayang setiap paginya. Lamunannya pecah saat mendengar suara yang sangat di kenalnya, hamdi tersenyum sumringah. Dias dan lusita asyik bercanda, sampai tidak menyadari Dia tengah menatap Mereka. “Wah.. kalian asyik sekali mengobrolnya,” teguran hamdi membuat dias dan lusita menoleh, kemudian tersenyum canggung. “Kamu kok udah berangkat??” lusita menghampiri hamdi yang berdiri tegak di ambang pintu, mengelus pipi hamdi pelan, membuat hamdi tersenyum. “Udah sehat emang Ham??” pertanyaan dias membuat hamdi lagi – lagi tersenyum. “Aku baik kok, Cuma nanti gak bisa ikut tanding,, bisa lepas ni kepala,” lusita dan dias mengerenyit, menatap hamdi yang tersenyum menerawang. “Kok bisa lepas ??”
“Lyara, tadi pagi Dia memukul kepalaku karena Aku kekeuh berangkat sekolah,” hening sesaat, hingga suara tawa dias dan lusita menggema, membuat hamdi mengerenyit. “Kenapa kalian berdua tertawa??” lusita dan dias menghentikan tawanya. “Aku tidak menyangka akan mempunyai kekasih/sahabat yang lebay sepertimu,” dias dan lusita mengucapkan kata itu bersamaan membuat hamdi yang giliran tertawa. “Kalian lucu sekali, haha.. kompak sekali,, jangan – jangan kalian jodoh,” ucapan hamdi membuat tawa Mereka terhenti kemudian ada sesuatu yang menyengat di tubuh Mereka.
            Lyara menatap tajam hamdi yang berusaha mengambil kaos olahraganya di loker, hamdi menghembuskan nafas panjang. “Ly...”
“Tidak !!” lyara berkata dengan tegas membuat hamdi menghela nafas panjang, “Ly..Kak..” ucapan hamdi terpotong oleh suara isakan tangis lyara, tangannya yang sedari tadi menahan pintu loker hamdi terlepas, kemudian lyara berlalu. “Lyara !! Ya Tuhan...” hamdi memegang kepalanya yang terasa pening, kemudian berlari menyusul lyara. Baginya, marahnya lyara adalah kebaikan untuknya.
            Hamdi menghela nafas panjang, menatap lyara yang tengah memandang kosong ke arah depan, air mata masih menetes di pipinya, angin sepoi membelai rambutnya yang sengaja di gerai, menyibak poni yang menutupi dahi lebar lyara. Atap sekolah adalah tempat favorit lyara saat bersedih.
“Ly..” hamdi menyeka air mata lyara, menata poni lyara agar kembali menutupi bekas jahitan di dahi lyara itu. “Maaf,” lyara hanya terisak pelan, kemudian hamdi memutuskan untuk membawa lyara ke dalam pelukannya. “Jangan.. jangan lakukan itu, jangan sakit.. Kak Hamdi jangan sakit, Aku gak mau kakak pergi,” air mata hamdi menetes dieratkan dekapannya, gadis mungil di pelukannya begitu rapuh. “Aku gak mau kehilangan lagi,,” hamdi mengangguk, menahan isakannya tidak pernah sekalipun hamdi merasa seberharga ini, tidak pernah bahkan kedua orang tuanya tidak peduli dengannya, lyara benar – benar menyayanginya dengan sangat tulus, sampai – sampai hamdi tidak bisa berkata apapun untuk membalas ucapan lyara. “Cukup kak revan yang ninggalin lyara, jangan kak hamdi jangan yang lain,” hamdi menjerit keras dalam hati, lyara tidak mengerti. Dalam hidup seseorang pasti akan mengalami kehilangan bertubi – tubi, tanpa bisa menawar dan menego. Kehilangan, hal paling menyakitkan itu akan menghampiri siapapun, dimanapun dengan jabatan apapun. “Kakak sayang Kamu..” hamdi hanya mampu mengatakan itu selebihnya Dia semakin mendekap erat lyara. Dan lagi itu membuat seseorang yang melihatnya merasa terkhianati.
            Dewa memijat pelipisnya yang pening, Dia masih betah meletakkan kepalanya di atas meja, punggungnya terasa pegal. Tidak sedikitpun mempedulikan bastian yang sudah beberapa kali berdecak kesal, pemuda berkaca mata persegi itu terlihat menghembuskan nafasnya panjang berulang kali. Dewa mencoba mengangkat kepalanya yang terasa berat, menatap bastian yang terlihat resah. “Ada apa denganmu?? Suara serak dewa membuat bastian menoleh, kemudian menggeleng. “Harusnya Aku yang bertanya padamu, Kamu kenapa?? Dari tadi pagi pucat banget, terus kaya’ malas – malasan..” dewa hanya mengangkat bahunya, tidak mau bercerita banyak, kembali menenggelamkan wajahnya diantara lengannya yang terlipat di atas meja. Bastian berdecak melihat kelakuan teman sebangkunya itu. “Dewa, kalau sakit bilang aja, minta surat ijin pulang,” dewa melenguh sebentar, dalam hati Dia merasa aneh kenapa saat bersama lyara Dia bisa berterus terang panjang lebar, bahkan mungkin Dia akan bercerita kepada lyara bahwa Dia tidur di teras, kemudian bermimpi jika Ayahnya memeluknya dan Ayahnya mengatakan bahwa Ibunya gila. Dewa menatap bastian, entah kenapa Dia tidak bisa berterus terang kepada teman sebangkunya yang rajin itu. Pikirannya masih tenggelam dalam mimpi itu, Dia ingin tidur kemudian masuk dalam mimpi yang sama. Andai saja dewa tahu, bahwa mimpi itu nyata, bahwa itu benar adanya terjadi, sebuah kenyataan yang nyata, benar – benar nyata. Mimpi yang dari kenyataan, bukan mimpi yang menjadi kenyataan. “Bas, Kulihat lyara sedang bersedih?? Ada apa dengannya??” dewa sedikit mendongakkan wajahnya, kepalanya masih terasa berat, bastian menoleh, menatap dewa dengan ekspresi yang tidak terbaca, ada yang berusaha disembunyikan olehnya. Dewa yang melihatnya mengerenyit, ada sesuatu di mata bastian, sesuatu yang istimewa untuk lyara. “Mungkin sedang bersedih,” dewa mengerenyit pasalnya, bastian terlihat bergumam kecil dan khawatir, dewa tidak ambil pusing, Dia ingin tidur sebentar, gelap.
            Lana masih betah menenggelamkan wajahnya diantara lipatan lengannya di atas meja, sesekali melirik lyara yang juga tengah meletakkan kepalanya di meja, menghadap ke arahnya, namun mata gadis nakal itu terpejam. Lana bingung sekaligus heran, karena hari ini, kelas yang biasanya ramai terasa sepi, karena hampir sebagian penghuninya meletakkan kepalanya di atas meja. Sepi, siswa yang biasanya buka suara juga diam, tidak enak dengan teman – temannya yang terlihat lelah, menyandarkan kepalanya di atas meja. “Ra...” lana bergumam memanggil lyara, gadis nakal itu membuka matanya, menatap lana lurus, seolah mengatakan `ada apa??`. “Ada apa denganmu?? Kenapa hari ini Kamu diam saja??” lyara menghembuskan nafas kasar, bahkan lana bisa merasakan aroma kekesalan di hembusan nafas lyara. “Kak hamdi,, aish.. Dia benar – benar keras kepala,” dahi lana berkerut heran. “Bukannya Kau juga??” lyara mendengus sebal membuat lana terkekeh, namun perlahan luntur saat melihat ekspresi sedih lyara. “Aku tidak ingin kehilangannya sungguh,” lyara memejamkan matanya. “Aku takut Lan,,” lana tersenyum, mengangkat tangannya, mengelus rambut lyara lembut. “Kak hamdi menyayangimu, Dia tidak akan meninggalkanmu,” lyara menghela nafas panjang, memejamkan matanya. “Entahlah, Aku hanya merasa lelah hari ini,” lana tersenyum, tidak membalas, masih mengelus rambut lyara yang terurai panjang dan tebal itu. Lana menarik nafas panjang,memandang lyara adalah salah satu kesukaannya, gadis dengan wajah blasteran keturunan itu, benar – benar memikat hatinya. Dalam hati lana berharap, semoga di sisa waktunya Dia bisa mengatakan bahwa Dia mencintai gadis nakal yang duduk di sampingnya, yang saat ini rambutnya tengah dibelainya.
            Aira duduk termenung di kursinya, merasa heran dengan sikap dea yang terlihat tenang, sahabatnya yang biasanya tidak bisa diam itu terlihat lemas. Bahkan tadi pagi mata dea juga bengkak, seperti habis menangis, namun dea menjawab tidak apa – apa saat ditanya, dan itu membuatnya menghembuskan nafas sebal. Aira tidak mampu berkata apa – apa lagi,  namun yang Dia tahu, mata bengkak dea pasti ada kaitannya dengan tugas pak herman, guru sejarah yang sekarang menjadi wali kelasnya itu memang menyebalkan. Pandangannya beralih kepada bastian yang sesekali melihat ke arah lyara, disampingnya anak baru yang Dia tahu bernama dewa itu menenggelamkan wajahnya diantara lengannya yang terlipat di atas meja, dan posisi itu dilakukan hampir seluruh isi kelas. Aira kembali mengalihkan atensinya kepada lyara, sahabatnya yang satu itu memilih posisi berbeda, sahabat yang dikenalnya sejak lama itu memilih menyandarkan kepalanya saja di atas meja, sedangkan kedua tangannya Dia biarkan terkulai di sisi tubuhnya, aira tersenyum melihatnya. Namun senyumnya luntur saat lyara terlihat membuka matanya, cemberut, kemudian bersedih, dan yang paling menyakiti hatinya adalah, tangan lana yang nota bene duduk semeja dengan lyara membelai rambut lyara lembut. Aira memang tidak tahu bagaimana ekspresi lana saat melakukan itu, namun pastilah lana tengah tersenyum. Aira memegang dadanya yang terasa aneh, ada yang menusuknya dalam sekali. “Lalu apa arti yang kemarin Tuhan??” batinnya perih kemudian memutuskan untuk mengikuti teman – teman sekelasnya, menenggelamkan wajahnya diantara lengannya yang terlipat di atas meja. Untuk saat ini, aira tidak ingin ditanya siapapun. Namun aira sadar, siapalah dirinya dibanding lyara dengan kehidupan sempurnanya.
            Dea melirik aira yang terlihat gusar, mungkin juga kesal karena dirinya tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Dea menghela nafas panjang, merapalkan maaf dalam hati, bukan inginnya tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu, namun berbicara membuatnya ingin menangis keras dan menjerit. Dea sedikit melirik ke arah bastian, pemuda itu terlihat curi – curi pandang ke arah meja lyara dan lana, dea mengikuti arah pandang bastian, kemudian menghembuskan nafas lelah. Lana dengan lembut membelai rambut lyara, membuatnya iri dengan kemesraan mereka, mungkin juga bastian iri. Namun dea lebih berharap bastian mengingat bahwa bastian pernah melakukan itu kepadanya, pernah bahkan senyum tak pernah lepas dari bibir pria dengan rambut cepaknya itu, dengan kaca mata perseginya, selalu terlihat tampan meskipun semua orang mencacinya, bastian itu anak haram, begitu yang orang – orang bilang, namun dea tidak peduli. Karena cinta itu membutakan, karena cinta tidak butuh alasan, karena cinta menerima dan karena cinta melemahkan juga menguatkan. Tak terasa air mata dea kembali menetes, dengan segera Dia menyekanya, tidak Dia tidak ingin terlihat lemah, orang lemah hanya akan ditindas, dan tidak akan bahagia.
            Bastian kembali menghela nafas panjang, saat melihat pemandangan dimana lana tengah membelai rambut lyara, romantis, mesra, sungguh namun Dia tidak tahu apa hubungan mereka berdua, Mereka seperti langit yang tidak tergapai, tidak tertebak apa saja isinya. Atensinya beralih kepada dea, gadis itu terlihat menyedihkan dari pagi, tidak banyak bicara seperti biasanya, gadis itu sangat pendiam hari ini. Bastian menghembuskan nafas panjang, mengingat itu membuatnya semakin merasa bersalah, karena pernah memberikan harapan palsu kepada gadis itu. Atensinya beralih kepada dewa yang masih tenggelam dalam tidurnya, entahlah Dia tidak tahu persis apa yang terjadi dengan teman barunya itu, yang jelas dewa terlihat sedang tidak sehat. Bastian kembali menghembuskan nafas panjang. Memutuskan untuk membuka bukunya, baru kali ini kelas yang biasanya paling berisik sesunyi ini, ini jam kosong, seharusnya kelas ini ramai dan mengundang guru di kelas sebelah, namun kelihatannya hampir semua penghuninya terlelap di tempat duduk masing – masing, atau tenggelam di dunianya masing – masing dengan gadget di tangan atau bagi yang rajin sepertinya sudah tenggelam ke dalam soal – soal rumit. Mungkin lelah mengerjakan tugas pak herman, pikir bastian pendek. Kalau saja bastian tahu, kalau Mereka sedang lelah dengan kehidupannya, sama sepertinya yang terkadang ingin mengakhiri hidupnya.
            Lusita menatap hamdi yang masih betah menenggelamkan wajahnya di atara lipatan tangannya, pria yang sudah hampir Lima tahun menjadi kekasihnya itu terlihat payah. Lyara benar, hamdi memang keras kepala sudah tahu sakit namun masih kekeuh berangkat sekolah, lyara benar kalau hamdi harus di pukul kepalanya agar sadar. Pandangannya beralih ke arah lapangan basket, kemudian tersenyum tipis saat melihat dias mendrible bola basket. Entahlah sebuah kebetulan atau apa, kelas XII IPA I terletak di dekat lapangan basket, mungkin agar yang latihan basket bisa mendengar materi yang disampaikan guru, maklum saja sebagian besar siswa di kelas XII IPA I adalah tim basket atau tim olahraga lainnya. Namun kali ini , kapten basket Mereka sedang tergeletak lemas di kursinya dengan baju hangat masih setia menempel di tubuhnya, wajah kapten Mereka terlihat sangat pucat. Lusita tersenyum, menatap dias yang terlihat lihai memainkan si bundar oranye itu. Dalam hatinya ada rasa yang aneh saat melihat dias, apalagi saat melihat senyum dias. Lusita mengingat lagi kejadian di lapangan basket kompleks kemarin sore, kemudian tersenyum. Dia tidak menyangka kalau pria yang dikenalkan kepadanya oleh hamdi itu satu kompleks dengannya, benar – benar sebuah kebetulan yang tidak disengaja. Lusita juga mengingat lagi lelucon saat berangkat sekolah bersama dias tadi pagi. Dias asyik juga diajak ngobrol, namun senyumnya luntur saat melihat hamdi mengubah posisinya, mengingat hamdi membuatnya tidak bisa berfantasi lebih jauh. Namun tidak dipungkiri oleh hatinya, bahwa hamdi sudah terlalu banyak mengabaikannya. Andai saja lusita tahu bahwa hamdi akan selalu dan terus menyayanginya dan mencintainya, andai saja manusia bisa mengerti isi hati orang lain.
            Dias memantulkan bolanya teratur, kemudian melemparkannya kepada teman satu timnya yang langsung memasukkan bola ke ring. Suara peluit membuat dias menghela nafas lega, kemudian duduk di pinggir lapangan, masih mengatur nafasnya yang terengah. Matanya menatap kosong ke langit, kemudian atensinya beralih ke arah kelasnya dan kembali menghela nafas panjang. Dias merasa aneh hari ini, ada yang kurang dengan basket, olahraga yang begitu dicintainya itu, dan itu adalah absennya hamdi hari ini di latihan. Memanglah sahabatnya itu berangkat sekolah, meskipun harus di tuntun paksa oleh lyara dan dipaksa memakai pakaian hangat oleh gadis nakal itu, gadis yang sempat dicintainya, dan tentunya gadis itu juga memaksa hamdi untuk tidak mengikuti latihan. Dias menghela nafas panjang, merasa iri dengan hamdi yang mendapat perhatian seperti itu dari lyara, dan mungkin dias ada di posisi yang sama dengan lyara, karena Dia menjaga lana, adiknya yang ringkih dan rapuh. Dias mengusap wajahnya kasar, saat satu wajah lagi membayanginya, kemudian menghela nafas panjang, dan memilih berbincang dengan teman di sebelahnya, tidak ingin terlibat jauh dengan bayangannya, tidak. Karena Dia sadar terkadang bayangan itu tidak sesuai dengan kenyataan.
            Hamdi mendongak, menatap langit senja yang terlihat tenang hari ini kemudian tersenyum tipis dalam hati merapal syukur berulang kali. Dalam hidupnya, Dia tidak pernah merasa sepi, selalu ada lyara yang menemani, dalam hidupnya Dia tidak pernah merasa ditinggalkan karena lyara selalu ada untuknya, dalam hidupnya Dia tidak pernah merasa kekurangan karena uang selalu ada  setiap bulannya, tidak bahkan uang yang dikirimkan kedua orangtuanya sudah lebih dari cukup. Dalam hidupnya Dia tidak pernah merasa dikhianati, karena orang – orang disekitarnya selalu bisa dipercaya.
“Kakak... !!!!” teriakan lyara diikuti dekapan membuat hamdi tersenyum, mengecup gemas pipi lyara. Lyara, sepupunya yang sudah seperti adik kandungnya, selalu memberikan kebahagiaan tersendiri untuknya, yang membuatnya tidak perlu merasa sedih dan berduka. Hamdi menghela nafas pendek, melepas dekapannya, menatap lyara yang tersenyum senang dan sumringah. “Ada apa Ly??”
“Kakak.. Kakak pasti seneng denger ini,” hamdi mengerenyit, menatap lyara heran. “Om Panca dan Tante Shilla bakal liburan ke Indonesia Kak !!,” raut wajah hamdi berubah menjadi sumringah. “Benarkah??” lyara mengangguk membenarkan. “Iya, lusa bakal sampai sini, jadi..”
“Jadi,??”
“Kakak harus sembuh,” hamdi tersenyum mengangguk,kembali mengucap syukur berulang kali, dalam hidupnya yang nyaris tanpa masalah berarti Dia selalu ingin membaginya kepada orang lain. “Kalau gitu, gimana kalau malam ini Kita jalan – jalan ???”
“Jalan – jalan??”
“Iya,”
“Kakak kan belum sembuh,” hamdi tersenyum, menyentil hidung lyara gemas. “Kakak sehat, bahkan Kakak gak sabar menanti lusa,” lyara tertawa lebar, kemudian mengangguk. “Ke Simpang Lima yaa..” hamdi tersenyum. “Siap !! bobok siang gih!” lyara menggeleng. “Aku gak sabar nunggu malam, lagian ini udah sore, wleee...” kemudian lyara terkekeh meninggalkan hamdi sendiri, hamdi yang tersenyum manis, sangat manis. Hamdi ingat hanya hitungan jari Mereka bermain di Simpang Lima, padahal hampir seumur hidup Mereka, Mereka tinggal di Semarang, kondisi kesehatan lyara membuat waktu Mereka terbatas, karena terkadang Mereka harus bolak – balik Jakarta – Semarang juga ke Bandung. Hamdi menghela nafas panjang, menatap senja yang terlihat tenang.
            Lana terduduk lesu di pinggir ranjang, hari sudah sore saat Dia membuka mata, sepulang sekolah tadi penyakitnya kambuh, Dia pun tidak tahu kenapa yang jelas ada yang mengganjal dalam hatinya. Lana bangkit menatap korden yang masih tertutup, kemudian menyibaknya cahaya matahari senja langsung menyeruak masuk dengan kecepatan cahaya, sangat cepat tanpa lana sadari, pemandangan taman hias sang ibu yang baru saja disiram membiaskan cahaya matahari senja membuatnya merasa tentram. Lana kembali menghela nafas, melangkahkan kakinya menuju meja belajarnya membuka sebuah buku yang tergeletak di meja. You And I itu yang tertulis disampulnya, perlahan lana menyibak lembar demi lembar yang berisi kata – kata terkadang juga berisi foto atau terkadang berisi karikatur. Tangannya berhenti membuka saat sampai di sebuah halaman, terdapat foto usang terselip disana, dengan tangan bergetar lana mengambilnya. Tak terasa matanya berkaca – kaca,namun enggan menetes. Foto yang terlihat usang itu di ambil saat Dia harus menginap di rumah sakit saat kecil, Dia baru saja mengerjai dokter dan perawat di rumah sakit itu bersama seorang gadis kecil yang manis. “Lyara, apa Kamu masih ingat sama Aku??” pertanyaan yang sejak pertama kali Dia melihat lyara hanya mampu di lafalkan dalam hati. Lana kembali menghela nafas panjang, rasanya terlalu menyakitkan, baginya hari dimana foto itu di ambil adalah hari paling membahagiakan yang sangat membuatnya sedih, karena setelah itu Dia tidak lagi melihat gadis kecil yang merangkulnya erat sembari menampakkan gigi kelincinya. Memang bukan pertemuan pertama, namun itulah yang membuatnya sedih, ditambah dengan lyara yang tidak mengingatnya sama sekali. Dan lana yang sadar bahwa bukan hanya Dirinya seorang yang berharap memiliki lyara, sungguh lana tidak ingin lyara jatuh ke tangan siapapun, namun apalah daya saat lyara hanya menganggapnya sebagai sahabat dan teman semeja. Lana menghela nafas panjang kembali meletakkan foto itu dengan hati – hati kemudian menutup buku yang terlihat sangat tebal itu. Lana memandang ponselnya yang sedari tadi diam di atas meja belajarnya kembali termenung. Aira, nama itu tiba – tiba masuk dalam pikirannya, tidak ingin terlarut lana bangkit menyambar handuknya kemudian masuk kamar mandi, ingin menghilangkan lelahnya sejenak.


To Be Continue
#Khichand_Lee

Sabtu, 15 Oktober 2016

Hidupmu masih gitu - gitu aja?? Ayo Berubah !

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ(QS. Ar – Ra’ad : 11).
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”
Apa yang ada di pikiran kita saat meresapi kembali sebuah penggalan firman Allah di atas??. Coba renungkan kembali bagaimana kehidupan Kita, dari dulu hingga sekarang. Adakah perubahan ??. ada, fisikku berubah. Bukan, jika perubahan fisik itu mutlak terjadi, lalu bagaiman dengan perubahan sifat karakter dan nasib kita??. Tentulah berbeda, ada grafik tersendiri yang bisa mengukur sejauh mana perubahan itu terjadi.
Bagi orang yang sudah bekerja, pernahkan berfikir bahwa pekerjaan Kamu  begitu monoton?? Begitu menjemukan, begitu nyaman??. Pernahkan Kamu berfikir, bahwa anda hanya menjalankan rutinitas layaknya robot hidup, seperti seonggok daging yang mempunyai nama. Sudahkah Kamu melakukan suatu hal yang luar biasa ?? berlari pagi misalnya, bangun tengah malam untuk sholat misalnya, atau mau mencoba bisnis baru. Apakah kamu nyaman dengan semuanya?? Semua rutinitasmu?. Kalau begitu apakah nasib kamu akan berubah??.
Bagi yang masih bersekolah, baik pelajar maupun mahasiswa. Bagaimana kegiatan di sekolah?? Asyikkah??. Tidak, terlalu banyak PR. Masa Bodo’ yang penting sekolah. Aku gak mau tahu apa yang ada di sekolah, tugasku hanya belajar. Ayolah, kawan ikut kegiatan sekolah gak semengerikan apa yang kalian pikirkan. Cobalah ikuti salah satu ekstrakulikuler di sekolahmu, pasti asyik, memiliki banyak teman, banyak kenalan, banyak pengalaman, dan banyak kegiatan positif yang tentunya akan membuat harimu tidak monoton. Sekolah – pulang. Kuliah – pulang. Gak asyik ! percaya deh. Apakah kamu mau mencobanya??.
Manusia di ciptakan begitu sempurna, mempunyai otak sekaligus akal untuk berfikir. Lalu kenapa kita harus berdiam diri, merasa nyaman dengan apa yang kita punya. Tidakkah berfikir bagaimana kita nanti?? Tidakkah berfikir apa jadinya jika apa yang kita punya melayang satu – persatu?. Mengeluh?? Pasrah??. Lantas, kenapa Kita tidak mencoba untuk membuat dinamika, kenapa kita tidak mencoba untuk keluar dari zona nyaman kita. Kenapa kita masih saja berdiam diri menunggu keputusan, kenapa kita masih saja diam dan melakukan apa yang kita suka seenaknya, menghamburkan harta seakan yang telah di buang akan kembali.
Ingatkah bagaimana kota baghdad hancur oleh tentara mongol?? Tentu saja kita tidak menyaksikan, namun sejarah telah mencatat peristiwa itu. Sejarah mencatatnya begitu jelas, sebagai peringatan, agar Kita Ummat manusia tidak lagi lupa, dan lalai. Pada saat itu, manusia para ulama, mengalami kebekuan dalam berfikir, mereka hanya mengikuti aturan tanpa protes. Lantas, apa kita akan kembali melakukannya??. Kalau begitu kita belum belajar.
Wahai para penjahat berhati baik yang ada di luar sana. Yang mengatakan bahwa menjadi penjahat adalah takdirnya, bahwa Allah tidak melarang untuk menjadi penjahat. Sadarlah, Allah memang mengatur hidup kita, namun kita sebagai manusia yang di bekali otak dan akal untuk berfikir harus mampu merubah semuanya. Melakukan improvisasi dalam kehidupan kita. Pelajar yang tugasnya hanya belajar, bisa juga ikut andil dalam organisasi atau mulai berfikir bagaimana nanti. Pegawai yang tugasnya itu – itu saja, bisa saja menyisihkan waktu untuk menekuni hobi, siapa tahu bisa jadi penghasilan tambahan.
Tahu film kan?? Pasti tahulah. Tahu bagaimana proses pembuatannya??. Mana saya tahu. Paling simple deh, pas sekolah pernah pentas drama??. Pasti pernah. Apakah drama benar – benar mengikuti naskah yang sudah di buat?? Apakah drama yang di tampilkan sesuai dengan kehendak sutradaranya??. Tidak, pastilah ada improvisasi di beberapa bagian drama tersebut, sutradara tidak marah. Sutradara hanya akan menegur saat improvisasinya mulai melenceng dari alur cerita.
Apa hubungannya dengan perubahan??. Banyak yang mengatakan bahwa dunia adalah panggung sandiwara. Dan Allah SWTlah yang menjadi sutradaranya. Kita sebagai manusia, makhluk ciptaannya yang menjalankan skenarionya bisa atau pasti dapatlah melakukan sedikit improvisasi dalam kehidupan kita, apalagi Allah adalah maha Pengasih dan Penyayang. Allah juga menegur apabila kita melenceng, bukan selalu setelah kita melakukan kesalahan. Tapi jauh sebelum itu, jauh sebelum kita lahir, saat al – qur’an di turunkan ayat – ayatnya satu persatu. Allah sudah membuatkan kita undang – undang sebagai pedoman.  Wahai para penjahat yang suka mabuk, bukankah Allah sudah melarangnya, lewat Al – Qur’an dan Sunnah-Nya. Apakah Kalian tidak membacanya?? Wahai manusia, saudaraku sesama muslim di dunia. Buka kembali mushaf yang tersimpan di Almari usap debu yang menyelimuti, baca kembali, pelajari dan resapi kembali.
Ayo ! buat kamu yang dengan suntuk membaca coretan ini, yang lagi bingung mau ngapain. Coba lakukan hal yang positif, buka kembali buku  tuntunan sholat dan kumpulan do’a – do’amu yang sekian lama tersimpan. Kamu yang biasanya makan tanpa berdo’a, mulailah melakukan perubahan sederhana. Saat makan yang biasanya makanannya di foto terus di upload, kemudian memakannya dengan lahap tanpa berdo’a. Kini coba tambahi, sempatkan untuk berdo’a sebelum dan sesudah makan. Yang biasanya suka melakukan apapun tanpa bismillah, coba sempatkan untuk membaca. Yang merasa ibadah wajib rutin menjemukan, cobalah tambahi dengan sunnah – sunnahnya. Yang mengeluh uang jajannya habis coba untuk berhemat dengan puasa sunnah senin kamis. Yang merasa suka malas, ayo ! belajar bangun pagi untuk memulai hari dengan hal yang positif.
Ayo !! jadilah power rangers yang berubah untuk melawan hawa nafsu. Ayo berubah ! bangkit kembali dan putar kembali otakmu. Bagaimana agar Kamu keluar dari zona nyamanmu dan maju untuk meraih apa yang kamu inginkan. Tapi, jangan lupa undang – undangnya yaa.

Berubah Itu Kece ! ayo ! Lawan malasmu !
#Khichand_Lee

Dampak Pacaran


            Kata pacaran tentunya sudah tidak asing lagi bukan??? Di tahun yang semakin maju ini pacaran menjadi hal yang biasa bagi kalangan anak muda. Tentunya setiap pasangan memiliki karakter pacaran yang berbeda. Kalau dilihat dari sisi modern, pacaran itu trend kalau gak punya pacar berarti ketinggalan jaman, bahkan ada sebutan jomblo atau bahkan Jones (Jomblo Ngenes) untuk yang tidak mempunyai pacar. Coba kalau dilihat dari sisi agama, dari sisi keburukan dan kebaikan dari sisi dapat pahala dan dosa. Apakah pacaran masih bisa dikatakan trend saat ternyata pacaran banyak menimbulkan masalah tersendiri.


Dosa Orang Pacaran 

1. Mendekati Zina (Saat Jadian)
 

 Tentu sudah tidak asing bukan dengan dalil tentang zina?? “Dan Janganlah Kamu mendekati zina karena itu merupakan perbuatan yang keji..” .
Lalu apa saja perbuatan yang mendekati zina ?? banyak, salah satunya adalah Pacaran. Memang gak semua pacaran itu zina, tapi kebanyakan zina berawal dari pacaran.
Dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran Syar’i, islam hanya mengenal ta’aruf yang itupun dilakukan saat sudah siap untuk menikah.

2. Zina (Bagi Yang Kebablasan)


Pacaran adalah perbuatan mendekati zina bukan?? Itu yang tersebut diatas. Lalu bagaimana bisa orang pacaran berbuat zina??.
Sudah banyak contohnya, di berita banyak kasus pembunuhan terhadap seorang perempuan oleh kekasihnya gara – gara hubungan intim.
            Tidak usah jauh – jauh, coba keluar lihat kesekeliling banyak para pemuda dan pemudi yang asyik bergandengan tangan, boncengan tanpa jarak, berpelukan, padahal bukan mahramnya, berduaan, bahkan ciuman. Tidak jarang ada yang dengan Pedenya mengunggah foto mesra bersama kekasih. Masih SMP lho, masih SD lho.
Sebuah ironi. Bukankah kalau berduaan yang ketiga adalah setan?? Nah Loh Setan bisa melakukan apa saja untuk membuat manusia menjadi temannya di neraka.
3.  Berbohong Kepada Orang Tua (Izin Berkencan)



“Bu..Pak.. Aku mau ke rumah teman dulu yaa,, mau belajar kelompok..”
“Iya hati – hati !!” pergi, di rumah orang tua mendo’akan anaknya, berharap banyak,
tahu – tahunya si anak pergi ke rumah teman “Spesial” kemudian berkencan. Jalan –
jalan ke alun – alun kota. Berbohong itu dosa lho, apalagi bohongnya sama orang tua.
Pasti diantara semuanya pernah melakukan itu saat tidak mendapat izin untuk pacaran. Hayooo ngaku !! mengatas namakan teman atau sekolah atau bahkan oraganisasi seperti OSIS atau Pramuka untuk berkencan, padahal teman – temannya masih menikmati tidurnya dirumah.
4.  Menyakiti Orang Lain (Saat Putus)

 


 Sekali lagi, di dunia ini tidak ada yang abadi. Yang bertemu pasti juga bisa berpisah yang jadian pasti putus juga. Ada yang karena perselingkuhan, ada yang karena sudah bosan dan masih banyak yang lain.
Dan seperti pengalaman teman – teman saya, kalau diputus pasti nangis (Bagi Perempuan) terus maki – maki mantannya, mengutuk biar dapat karma. Mengatakan bahwa si mantan telah memporak porandakan hatinya. Bukankah sesama muslim itu harus saling menyayangi?? Kenapa harus menyakiti ??.

Itu adalah dosa orang pacaran, bagi yang melakukan itu semua hati – hati. Meskipun sudah sama – sama menjaga diri, setan lebih pintar dari manusia, lebih mengetahui sampai mana batasan manusia.
Pahala Orang Pacaran
            Pacaran ada pahalanya?? Kok bisa??. Tentunya kalau ada dampak negatif pasti ada dampak positifnya.
1.      Amar Ma’ruf Nahi Munkar
 
Bagi yang pacaran dan mempunyai pacar yang perhatian dan seorang muslim, pasti pernah dong diingetin saat sholat. Ngajak sholat lewat pesan singkat. Pasti pernah dong, kalau tidak berarti memang sudah..
Mengajak sholat itu, mengajak kebaikan dan setiap mengajak kebaikan itu pasti dapat pahala.
Pernah juga dong diingetin supaya belajar yang rajin?? Belajar adalah kebaikan dan setiap kebaikan pasti diberi pahala. Asyik kan??
Tapi kenapa gak ngingetin kalau pacaran itu dosa?? Salah?? Mungkin karena setan sudah menang.

Nah itu diantaranya antara dosa dan pahala mempunyai perbandingan 4 : 1. Teman – teman semuanya termasuk yang mana?? Yang berlumur dosa 4 atau berpahala 1 atau kedua – keduanya??. Ini hanya asumsi penulis, jujur penulis juga pernah pacaran satu kali, pegangan tangan sekali tapi Dua minggu kemudian penulis milih mutusin pacar penulis. Soalnya seperti ada beban yang bertambah, ada pikiran yang tidak biasa dan penulis merasa terganggu dengan itu semua. Kalaupun suka sama seseorang penulis lebih memilih Diam.

Mohon krisannya :)