Sabtu, 22 Agustus 2015

Schommel

Dorongannya lenbut searah dengan angin dan selembut sepoi yang masih membelai. Sejenak dorongan itu terhenti setelah angin berlalu dan isakan tangis langit yang mendung, suram... semuanya suram, saat angin mendorongnya lalu membawanya pergi jauh.. ke tempat yang bahkan tak ada yang tau benar adanya atau tidak dan ke tempat dimana semua orang bilang tempat para bintang yang berkerlip.
Hanya mereka yang meyakininya yang mampu merasakannya.

*
Agustus 2011
Seorang Gadis berjalan gontai, pundaknya terasa dirantai dan seperti ada bola baja di rantainya.
"Salsha !!!" seseorang berteriak padanya membuat Gadis itu mendengus, ini masih pagi dan Ia harus menerima masalah di rumah sehingga membuatnya nyaris terlambat dan sekarang sahabatnya yang super toa itu berteriak memanggil namanya.
"Apa sih Tan??? pagi pagi udah teriak gak tau orang lagi kesel apa??"
Gadis bernama Tania itu hanya mendengus merasa kesal dengan tingkah sahabatnya itu.
"Sal, Lo itu bego atau bodoh sih? cowok itu, cowok yang kemaren katanya gak sengaja Lo tabrak nyariin Lo," Salsha hanya mendengus
"Terus....??"
"Ikh.. !! pantesan aja tu cowok kesel sama Lo, telmi sih.."
"Tunggu, Lo bilang cowok yang Gue tabrak kemarin?" Tania mengangguk
"Astaga !! Kenapa Lo gak bilang?? Gue harus sembunyi, iya sembunyi.."
"Tadi Gue udah bilang Sal," Tania mendesah pasrah melihat kepanikan sahabatnya itu.
"Sembunyi.. sembunyi... AHA !! Gue tahu ! Tan Lo jangan bilang kalau Gue disini Oke??"
"Tapi..."
"Gak pake tapi.." Salsha segera berbalik dan tubuhnya langsung terjengkang karna menabrak seseorang, "Tapi orangnya udah dibelakang Lo Sal," ujar Tania lirih merasa iba dengan tatapan Salsha yang begitu nelangsa saat melihat sosok tampan bertubuh tegap yang baru saja Salsha tabrak ~Lagi~ , sedang Salsha hanya mampu menelan ludah pahitnya.
"Hey, gadis gak punya mata!" nada otoriter itu membuat Salsha sulit bernafas. "A.. pa?" Salsha mencoba membalas tatapan pria dihadapannya dengan mata yang dibingkai kacamata fantasi.
"Lo utang sama Gue," Salsha bangkit memegang pinggulnya yang terasa patah.
"Utang? Gue gak kenal yaa sama Lo,dan Lo udah main nagih utang aja," sewot Salsha meski dalam hatinya merasa takut dan tidak nyaman, karna Dia membenci Pria di hadapannya dan ingin menghindar dari Pria tampan dihadapannya, dan Salsha tidak tertarik dengan ketampanan itu meskipun pernah, dan Salsha menyesali rasa tertariknya. Pria itu tersenyum miring semakin mendekat kearah Salsha, sontak Salsha mundur beberapa langkah.
"M.... mau apa LO !!!" Pria itu semakin mendekat
"Gue teriak nih !" ancam Salsha, "Silahkan,"
"Gue aduin ke kepsek , ini pelecehan.."
"Lo gak tahu siapa Gue?'
"Anak pak kepsek yaa? mau pake kekuasaan Lo? dasar pengecut, minggir!" Salsha menangkis lengan pria itu berusaha menghindari tatapan itu, Salsha menyeret lengan Tania untuk kembali ke kelas.
"Sal, Lo mau dicium?"
"Amit - amit, deh Gue dicium sama tu orang,"
"Ati- ati, kena omongan sendiri tahu rasa Lo!"
"Udah deh tan, jangan ngncurin mood Gue," Tania yang dihadiahi tatapan sangar dari Salsha hanya menyengir lebar. Tiba - tiba angin berhembus kencang, Salsha mengeratkan sweaternya.
Sedang pria bernametag Keynan itu tersenyum menatap punggung Salsaha yang semakin jauh tertelan koridor, Gadis itu membencinya dan tak mau mengenalnya dan Dia sadar akan itu.
"Kamu masih kaya dulu Cha, gengsian dan agak menyebalkan," kemudian Keynan mengeratkan jaketnya saat angin berhembus kencang.

September 2011

Salsha berlari menuju halte depan sekolah saat hujan turun dengan derasnya membuatnya terpaksa berteduh dihalte , sebagian tubuhnya basah membuat angin yang bertiup kencang menembus pori pori kulitnya Salsha kedinginan, Dia merogoh tasnya mencari ponselnya lalu menempelkannya di telinga, terdengar nada sambung disana "Kak, angkat plisss.."
Salsha mendengus sebal kembali memeluk dirinya sendiri kemudian merasa ada yang menyampirkan jaket di pundaknya dan Salsha melihat seseorang duduk disampingnya, hangat, nyaman yang dirasakannya saat ini, hawa panas yang ditularkan pria disampingnya membuatnya merasa tenang. Pria itu menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya dan menempelkannya di kedua pipi Salsha, sejanak pandangan Mereka bertemu. Salsha tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, seharusnya Dia marah dan menendang pria yang asatu bulan ini terus mengganggunya, pria yang tidak ingin Dia kenal lagi.
"Aku.. Ke.."
"Jangan pernah sebut namamu," salsha memalingkan wajahnya dari pria itu, pria dengan nametag Keynan Yudhistira.
"Kalau begitu, liat nametag.."
"Aku gak akan pernah liat,"
"Gue punya nama dan seharusnya Lo manggil Gue dengan nama,"
"Terus?? Aku peduli?' Salsha menatap tajam mata elang kepunyaan Keynan.
"Nama Lo cuma buat Gue sakit, dan Lo harus tau itu... bahkan lidah Gue kelu buat nyebutin nama Lo," Keynan mendesah menggenggam tangan Salsha yang terasa dingin, sangat dingin. Dengan segera Keynan memeluk tubuh Salsha
"Gue tahu, Lo kedinginan Cha, maafin Aku Cha,, maaf"
"Kamu jahat, Kamu ninggalin Aku gitu aja," Keynan meletakkan dagunya dipuncak kepala Salsha, membiarkan Salsha berlindung didadanya.
"Aku akan mengantarkanmu pulang, rumah Kamu masih yang dulu kan?" Salsha mengangguk pelan membiarkan Keynan menggendong tubuhnya yang memang terasa sangat lemas ditambah kakinya yang kram karna kedinginan. Perlahan Salsha memejamkan matanya, mengingat kembali masa itu seolah menjadi film penghantar tidur untuknya.

Januari 2006
Salsha sedang duduk merenung di pendopo rumahnya, menunggu Keynan yang berjanji akan menjemputnya untuk bermain ayunan di taman kota.
"Lama ya Cha? maaf," suara Keynan membuyarkan renungannya.
"Banget, sampai Bete Akunya."
"Maaf deh, Yuk !" Salsha membiarkan Keynan menarik lengannya.
"Kita naik sepeda?" Keynan mengangguk. "Terus Aku?"
"Naik di belakang, pegangan yang kuat," Salsha mengangguk menuruti apa kata Keynan.

"Cha, kenapa sih ?? kamu suka ayunan?" tanya Keynan saat mereka sedang bermain ayunan yang saling berhadapan.
"Karna.. ayunan itu menyenangkan , kaya pengganti gendongan Mama, Aku seneng karna ayunan membuat Kita seolah diterbangkan angin dan Aku akan merasa sangat senang,"
"Cha, boleh gak kalau Aku jadi ayunan buat Kamu?" Salsha menatap Keynan bingung,
"Maksud Kamu??"
"KEYNAN !!!!" teriakan seseorang yang memanggil nama Keynan membuat keduanya menoleh,
"Kita harus pergi !" Keynan menarik lengan Salsha berlari dan menghindari dua sosok tegap yang Dia ketahui merupakan bodyguard Ayahnya. Keynan mebawa Salsha berlari jauh. "Key... hh..hh.. Aku.. hh.. capek," Keynan melirik Salsha, gadis itu sudah sangat kelelahan, Keynan melihat kesekeliling saat matanya menagkap areal pemakaman Keynan segera membawa Salsha menuju ke pemakaman, diliriknya sekali lagi gadis itu, Salsha menggeleng "Aku udah gak kuat,"
"Aku gendong!" Salsha menurut menenggelamkan wajahnya di bahu keynan, Dia sudah merasa sangat lelah. Keynan meletakkan tubuh Salsha pelan dibawah pohon rimbun. 'Kita udah aman," mengambil tempat disebelah Salsha.
"Kamu mau jadi ayunan yang buat Aku takut jatuh yaa?" Keynan menggeleng dan menarik Salsha agar bersandar didadanya.
"Gak lah.."
"Emang, orang-orang tadi siapa?"
"Orang jahat yang mau nyulik Kita,"
"Owh, Key.. Aku pengen Pulang.. sakral tau tempatnya," Keynan mengangguk dan bangkit dari posisinya. "Aww... ish kram lagi kan?'' gerutu Salsha saat Dia tak merasakan kedua kakinya.
"Aku gendong,"
"Gapapa?"
"Gak kok," Keynan kembali menggendong Salsha menuju rumah Salsha, Keynan tak mempedulikan sepedanya, Dia bisa mengambilnya nanti atau membelinya lagi.
"Turunin Aku, kramnya udah mendingan kok,"
"Bener??"
"Iya, tapi tetep rangkul Aku yaa.." Keynan mengangguk menurunkan Salsha dari punggungnya pelan.
"Tuh kan !! bisa, horeee,, m akasih Key," sorak Salsha gembira dan mengecup pipi Keynan lalu berlari menuju rumahnya yang memang hanya tinggal lima meter lagi. Keynan meraba pipinya tersenyum lalu terkekeh, Tangannya melambai saat Salsha juga melambaikan tangannya di depan pintu gerbang sebelum akhirnya menghilang.
Keynan memberontak saat mulutnya dibekap, kaki dan tangannya dipegang lalu tubuhnya diangkat dan dibawa ke mobil, kemudian Keynan merasa dunia gelap.
Salsha menarik tangannya dari gagang pintu, dan kembali ke depan gerbang berharap masih menemukan Keynan disana tapi saat Dia kembali Keynan sudah menghilang. Salsha jadi merinding dan memilih masuk kedalam rumah.

Keynan membuka matanya pelan menyesuaikan dengan cahaya yang masuk "Dasar bandel, terpaksa Papa bawa Kamu ke Amerika dengan cara kasar," Keynan membulatkan matanya dan bangkit dari tidurnya "Apa??? ini di Amerika? PA! Papa gak bisa kaya gini dong, Aku ada janji sama Salsha," Pria paruh baya itu menggeleng, "Kamu sudah di Amerika , sudah mandi sana Kita akan kesekolah baru," Keynan menunduk Dia tidak bisa tenang, bagaimana dengan Salshanya?
"Key, cepat!" Keynan mendesah pasrah dan melangkah menuju kamar mandi.

Salsha pulang dalam keadaan kusut, airmata masih berbekas di pipinya, matanya sembab.
"Cha? Kamu kenapa?" Salsha mendongak dan langsung menghambur ke pelukan Faren, kakaknya,
"Keynan jahat kak, Keynan jahat," Salsha menangis di pelukan sang kakak, "Keynan udah jadi ayunan yang buat Aku jatuh hiks..." Faren mendekap adiknya, tangannya mengepal keras tidak boleh ada yang menyakiti adiknya.

September 2011
Keynan  menatap rumah Salsha ragu, menatap Salsha yang terkulai pingsan kedinginan. Keynan menggendong tubuh Salsha untuk masuk rumah, sesampainya di depan pintu Keynan mengetuknya dengan ujung sepatunya.
Faren yang baru saja pulang dan baru sampai di depan kamarnya terpaksa kembali ke pintu utama saat mendengar pintu di ketuk. Sejenak Faren termenung menatap tamunya kali ini "Lo apain lagi adek Gue?" tanyanya dingin
"Gak kok," Faren merebut Salsha dari gendongan Keynan "Pergi LO !!" titah Faren, sedang Keynan  hanya mengangguk pasrah, Dia menunduk saat pintu jati itu tertutup kasar, sekarang Dia tahu sebesar apa, Dia menghela nafas pendek lalu melangkah lesu menuju viosnya.

Keynan menatap ibunya iba, "Ma..." panggilnya pelan pada wanita paruh baya yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis menempel di tubuhnya. "Salsha tambah cantik Ma, tadi Key melihat Dia kedinginan, Dia masih kaya dulu Ma, lemah dan rapuh, tau gak Ma, Aku masih sangat mencintainya, Aku rela Ma kalau nyawaku jadi taruhannya asalkan Dia maafin Aku , lagian hidup Aku udah gak lama lagi kan Ma? kelak Key juga akan kaya Mama.. usaha Papa sia-sia tapi Aku ingin Mama tetap disamping Papa kaya dulu" Keynan memainkan jemari sang Mama dan menengelamkan wajahnya disana, Dia merasa sangat lelah.

Salsha melangkah lesu sepanjang koridor sekolah, tubuhnya terasa lelah, tapi Dia berniat untuk menemui Keynan ntah untuk alasan apa. Pandangannya tertuju pada seorang pria dibawah pohon dimana ada ayunan disana, itu permintaanya pada ayahnya yang memang pemilik sekolah ini. Keynan sedang membaca buku di atas saat Salsha melihatnya, Dia heran kenapa ada banyak ayunan di sekolah menengah atas ini, membuatnya kembali mengingat sosok Salsha.
"Makasih," Keynan mendongak dan melihat Salsha yang tidak memakai kacamata tengah menyodorkan sebah paperbag berisi jaketnya. Dia tersenyum lalu mengangguk , "Udah mendingan?" Salsha mengangguk lalu beranjak "Tunggu Cha, duduklah, Kamu masih suka Ayunan kan?" Salsha mengangguk kemudian mengambil tempat disebelah Keynan.
"Maaf,"
"Tidak apa, Aku sudah memaafkannya,"
"Cha, kamu masih inget gak? waktu di taman kota, Aku pernah ingin menjadi ayunanmu?"
"Ya, Kau menjadi ayunan yang terdorong kasar dan itu membuatku jatuh terjungkal,"
"Maaf, Cha.." Keynan menggenggam tangan Salsha.
"Aku sayang sama kamu , sangat.... Aku merasa gak punya semangat hidup di Amerika," Keynan meletakkan kepala Salsha di dadanya sedang tangan krinya memainkan jemari Salsha.
"Aku juga,"
"Maaf karna Aku gak nepatin janji buat main ke taman, Aku akan menebusnya.. Aku ja.."
"Jangan berjanji,"
"Baiklah, Cha Aku mencintaimu,"
"Ik Hou Ook Van Jou, Key"
"Apa artinya?"
"Aku juga mencintaimu, Key,"
"Cha, ayunan adalah favorimu, Kau tahu Aku ingin jadi ayunan untukmu yang membuatmu nyaman dan bahagia, Cha dorongan angin yang membuat ayunan bergerak, apalagi di bulan Agustus"
"Apa Kau bersungguh-sungguh?"
"Tentu,"
"Peluklah Aku, Aku kedinginan," suara Salsha semakin lirih, tangannya terasa sangat dingin, dengan segera Keynan mendekap Salsha semakin erat dan menyelimuti tubuh Salsha dengan jaketnya yang baru saja dikembalikan, "Cha Aku cinta Kamu,"
"Aku juga, Aku ingin menghabiskan hari tuaku bersamamu selalu, sama seperti saat kita menghabiskan waktu bersama dulu..." Keynan mengangguk, meringis saat sakit itu hadir dan kembali mengganggunya "Seperti dulu... selalu bersama,"
"Cha,"
"Key,"
"Aku mencintaimu,"

Desember 2011
Angin berhembus membuat ayunan yang tengah menggantung tenag terdorong lembut menciptakan decitan yang memekakan telinga. Salsha tengah duduk disana sembari memeluk sebuah pigura, airmatanya mengalir sesekali terisak, Dia merindukannya, merindukan cintanya berharap angin yang mendorong ayunannya adalah Dia, Keynannya.
"Keynan..." lirihnya diringi isak tangis membuat malam semakin pekat dan larut. Dengan langkah pelan Faren menghampiri sang adik lalu mendekapnya.
"Cha, Keynan udah tenang disana... Keynan pasti gak mau Kamu kaya gini,"
"Keynan jahat kak,"
"Dia berkorban karna Dia sangat mencintaimu Cha,"
"Kenapa Kak?" Faren tak menjawab semakin mengeratkan dekapannya.

September 2011
Keynan terbangun dari tidurnya saat merasakan belaian seseorang, Ibunya sadar dan itu adalah pertanda baik dengan segera Dia memencet tombol di samping ranjang dan tersenyum kepada sang Ibu yang sudah membuka matanya "Mama, KAu seneng Mama kembali," Wanita itu tersenyum. Keynan merasa heran dengan tingkah dokter yang selama ini merawatnya dan sang Mama.
"Kenapa Dok? kok kaya'nya kesel gitu?"
"Itu pasien Saya, kalau disuruh rawat inap susah banget,"
"Kok bisa? emang Siapa?"
"Salsha Candrawinata, anak itu mentang - mentang cucu direktur jadi seenaknya," Keynan tak membalas. "Itu berarti Salsha sakit?" batinya bertanya-tanya.
"Stadium berapa Dok?"
"Tiga, mendekati stadium empat.. dan Dia harus segera mendapatkan donor hati," Keynan terdiam lalu mendesah, apa yang harus dilakukannya? mati bersamakah?.

Januari 2015
Salsha mendengus sebal dan berulangkali menghentakkan kakinya kesal. "Lo kenapa pake mogok segala sih?" umpatnya kepada vios hitam yang bertengger anggun di pinggir jalan.
"Emang Lo itu mewah, tapi bego' pake mogok segala.. ish mana hp ikut - ikutan bego lagi pake mati segala !!! Ish kesel !!"  teriaknya mencak - mencak.
"Mereka gak salah, Kamunya yang ceroboh, mobilnya lupa di isi bensin dan hpnya gak di charge" Salsha menoleh mendapati seorang pria tengah berdiri di hadapannya, sejanak Salsha tertegun kemudian bergegas masuk ke mobil. "Aduh.. Keynan, kenapa Lo datang lagi? Kita kan udah beda alam," lirihnya merasa takut dengan sosok tampan yang dipangil Keynan. Pria itu mengetuk kaca mobil Salsha, sejanak Salsha tertegun hantu tidak mungkin menyentuh kaca mobil. "Keynan?"
"Ekh mbak, Aku bukan hantu, pantes aja mobil sama hp mbak bego, orangnya juga bego,," Salsha tercengang, Dia membuka pintu mobil kasar dan itu membuat Pria itu terjungkal. "Lo.." telunjuk Salsha menekan hidung sang pria yang kemerahan "Bilang apa tadi?"
"Lo.. Ish bego," Salsha mendengus sebal "Tapi Lo lebih bego karna berurusan sama orang bego, dasar laki laki ! Arggh ! Gue benci!!"
"Ish, mbak lepasin telunjuk mbak dari hidung seksi Saya," Salsha melotot tajam, tapi Pria itu bisa melihat kerapuhan dan luka jauh disana, dan itu pasti karnanya.
"Seksi?? Hidung Lo udah kaya badut tahu gak Lo !!" pria itu memegang tangan Salsha membalas tatapan Salsha yang perlahan meredup.
"Aku, Keynan Yudhistira.. Salsha Candrawinata," Salsha menunduk melepaskan genggaman pria yang ternyata adalah Keynan itu. "Lepasin !! Kamu bohong !!!"  mata yang baru saja melotot tajam kearah Keynan berubah drastis saat airmata menetes begitu saja Salsha berjongkok menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya menangis senggukan sesekali mengerang. Keynan bangkit memegang pinggulnya yang terasa patah. kemudian Keynan menhela nafas tangisan Salsha terdengar menyakitkan
"Lo jahat ! Lo bego ! Lo bodoh !! hiks,... hiks.. Lo gak tahu kalau selama ini Gue menderita , Gue benci sama LO! Lo udah buat Gue hampir gila dan kehilangan minat hidup Gue !! Gue benci karna udah cinta sama Lo !!" Salsha berteriak tak jelas, tangannya memukul dada Keynan yang tengah mendekapnya.
"Maaf," Keynan melepaskan dekapannya, Salsha masih senggukan "Cha," Keynan menegakkan tubuh Salsha agar berdiri dan Dirinya kembali berjongkok di hadapan Salsha sembari Menggenggam tangan Salsha.
"Maukah Kamu jadi istriku?" Keynan melihat Salsha membungkuk
"Kamu jahat !! Lo pikir Gue mau gitu? jadi istri Lo?" Salsha memukul mukulkan wedgesnya ke tubuh Keynan "Gue butuh penjelasan !!"
"Setelah adegan konyol Kita waktu itu, Aku tahu kalau Kamu sakit dan Aku pengen mempertaruhkan nyawa untukmu, bisr terkesan romantis, tapi dokter bilang kamu udah dapat donor dan akhirnya Aku balik ke Amrik lagi buat berobat dan Aku sembuh total , Aku melakukan itu karna Aku sayang sama Kamu, Aku cinta sama Kamu," Keynan kembali mendekap tubuh Salsha.
"Makanya jangan sok tahu, Aku emang udah dapat donor, Mau jadi pahlawan kesiangan??" Keynan hanya menyengir lebar.
"Jadi maukan?"
"Gak..." bahu Keynan melemas "Gak mau kalau Kamu belum bantu Aku dorongin mobil Aku ke pom bensin cuma lima ratus meter kok," Keynan menganga , matanya melotot menatap Salsha yang tengah memainkan jemarinya.

THE END


Sabtu, 08 Agustus 2015

Apa sih yang Kita dapat dari sebuah perenungan?



Apa sih yang Kita dapat dari sebuah perenungan??
Apa sih yang kita raih dari sebuah harapan??
Apa hanya angan semu dan pelajaran hati?
Pelajaran semu yang kadang tak pernah diminta untuk hadir,
Renungkan, apa yang telah kita renungkan,
Pikirkan harapan yang telah kita angankan, berfikir dan berfikir....
Owh, ternyata seperti itu,
Owh ternyata selama ini semua itu kurang tepat
Owh, ternyata bukan beban berat
Owh ternyata itu bukan pekerjaan ringan
Bercakaplah di hati, pikirkan lagi sebuah resiko dan dampak-dampaknya
Renungkan lagi apa yang sekarang dirasa, apa yang sekarang dibutuhkan.
Teman?
Keluarga?
Kebersamaan?
Hanya diri sendiri yang tau jawabannya,
Pertanyaan yang dikira tanpa jawaban itu ada jawabannya
Jawabannya ada pada diri kita sendiri
Bagaimana kita mampu memahami dan mengendalikan apa apa yang ada dalam diri kita,
Kita tak akan tak pernah tahu , hari seperti apa yang akan kita hadapi kelak,
Tidak pernah tahu apa apa yang membuat kita menangis nantinya,
Tidak pernah tahu apa apa yang membuat kita tertawa nantinya
Tidak pernah tahu siapa siapa yang membuat kita menangis nantinya
Tidak pernah tahu siapa siapa yang membuat kita tertawa nantinya
Tidak...
Karena esok adalah misteri,
Dan kebanyakan misteri tidak bisa tertebak dengan pasti
Pasti itu hari ini, sekarang
Bukan nanti, atau satu jam lagi atau bahkan satu detik lagi
Coba pikirkan apa yang bisa membuat diri kita terlena, apa yang bisa membuat seseorang menjadi acuh,
Coba pikirkan bila semua wanita di dunia ini cantik, coba bayangkan, lalu renungkan
Sudahkah kita mensyukuri apa yang kita punya?
Sudahkah kita menjadi pribadi yang sangat baik
Sudahkah kita menjadi orang baik
Sudah,
Tentu saja, Aku orang baik?
Lalu seberapa banyak kebaikan yang telah kita lakukan sampai saat ini kita berdiri??
Bungkam, tak ada yang mampu menjawabnya,
Renungkan kembali,
Kenapa kita begitu pongah mendewakan diri kita sebagai orang yang terbaik, individu yang sempurna,
Coba bayangkan dan renungkan kembali, tengok kebelakang
Masih samakah kita dengan masa lalu?
Tidak Aku berubah
Itu tidak mungkin, setiap orang pasti mengalami sebuah perubahan
Lalu kenapa masih tinggi hati? Masih berharap tentang angan kosong yang berlalu
Lalu kenapa masih memusingkan diri dengan berbagai masalah yang ada,
Kita pernah hidup di masa lalu, pernah menghadapi duri duri di jalan,
Pernah terjatuh atau bahkan menjatuhkan
Tidak !! Aku tidak seperti itu,
Pernahkah kita bersyukur?
Mensyukuri setiap cuil karunia Maha Kuasa
Bungkam, tak ada yang mampu menjawabnya
Aku bisa, Aku menikmati karunia Maha Kuasa setiap hari
Dengan apa?
Apakah dengan berulang kali sujud syukur, di setiap hembusan nafas kita?
Lalu bagaimana dengan kita yang berdisko ria di diskotik, yang menari riang di atas gadget.
Lalu bagaimana dengan kita yang selalu menunda pekerjaan dan mengeluh karna makanan yang tersedia di meja
Lalu bagaimana dengan kita yang tak sekalipun menghormati orang tua dan guru?
Bagaimana dengan kita yang terjebak kelamnya dunia?
Sudahkah berfikir, kenapa kita melakukannya.
Karna Aku bersyukur.
Tidak, bukan !! bukan seperti itu mensyukuri karunia Maha kuasa
Bukan dengan pesta kembang api dan tiupan lilin,
Bukan,
Bukan dengan raga yang berjoget ria yang tanpa malu memperlihatkan bagian tubuhnya
Bukan,
Bukan dengan mentelusuri tempat sepi lalu berbuat semaunya,
Bukan
Bukan seperti itu, ...
Jadilah pribadi yang lebih baik,
Hari ini sedikit baik,
Besok lumayan baik
Esoknya lagi baik
Esoknya lagi sangat baik
Hingga esok dan seterusnya, tak selamanya kita menjadi insan yang sangat baik, tapi tak selamanya pula kita menjadi insan yang buruk.
Teguh pendirian, yakini dan lakukan apa yang menurut kita dan di kaca mata orang orang disekeliling kita baik.
Sudahkah merenung,
Renungkan kembali, betapa sulitnya menjadi orang yang lebih baik,
Tidak, Tidak sulit
Asal ada kemauan dan tekad, disertai dengan prinsip yang kuat, semua orang bisa menjadi lebih baik
Sudah siapkah kita menjadi pribadi yang lebih baik?
Sudah siapkah kita melakukan banyak kebaikan hari ini?
Sudahkah kita mensyukuri karunia Tuhan??
Berlomba lomba dalam kebaikan,
Coba renungkan,
Orang baik seperti apakah kita dimata orang lain?
Sebaik apakah kita di mata mereka?
Hanya kita yang mampu mencari jawabannya.