Jumat, 19 Juni 2015

Mungkin

Kadang Aku berfikir,, tentang diriku yang sebenarnya
Ntahlah mungkin...
mungkin.....
mungkin....
yaaa begitulah
banyak kemungkinan yang akan terjadi seiring dengan ketakutanku..
berfikir tanpa pernah sadar
dan
berfikir untuk yang tak seharusnya di fikirkan,,
karna aku mungkin.....

Kamis, 11 Juni 2015

Love Hurt part 2

Suasana bandara nampak ramai oleh orang yang berlalu lalang, Gadis dengan bandana biru karibia ini tersenyum lebar, setelah memohon mohon kepada keluarganya untuk tingal di Indonesia membuatnya lebih semangat meskipun harus mendapat pengawasan ketat dari kedua kakaknya.
"INDONESIA I'M COMING !!!!"
"Berisik Lo dek ! jangan katro napa??"
"Iya malu maluin aja"
"Hehe :) ya maaf yaudah ayo kak!!" kedua kakaknya hanya geleng gelang kepala dan mengikuti langkah sang adik
"Owh iya, besok Lo sekolah di SMA D'ASCALIS yaaa"
"Apa?? kalis kalis??"
"D'ASCALIS Vana.."
"Iya iya Aku tau kok D'ASCALIS.. iya kan?"
kedua kakaknya hanya mengangguk.

*
Gadis bername tag Silvana itu melangkah santai di koridor disebelahnya sudah ada kepala sekolah yang merupakan sahabat ayahnya, langkahnya terhenti di depan mading, matanya memandang sebuah poster.
"Aryandika Arvan?? sepertinya tidak asing." batinnya bertanya-tanya. "Ada ap Sil??"
"Sil?? panggil Vana aja Om.." lelaki paruh baya itu menepuk jidatnya yang penuh kerutan "Iya.. ada apa Van?"
"Itu nama siapa yaa? Aryandika Arvan?'
"Owh. itu ketua OSIS disini juga ketua kelasmu,"
Silvana hanya meng~oh~kan saja, mereka melanjutkan perjalanan meuju kelas XI IPA 1.
"Perkenalkan namaku Silvana putri panggil aja Vana Aku pindahan dari Jepang mohon bantuannya," Vana mengakhiri perkenalannya dengan membungkukkan badannya sedang Arya menatap Vana penuh tanya
"Silva.." lirihnya, tapi buru buru Ia tepis pikiran itu karna Silva itu semu tomboy, Silva juga tak pernah memakai bandana cukup dengan mengepang rambutnya atau menggeraikannya begitu saja tanpa aksen apapun. "Kamu duduk di sebelah Andri" titah Mr.Bryan yang saat itu sedang mengajar "Kita lanjutkan pelajaran hari ini..." lamat lamat suara Mr.Bryan terdengar, Arya tidak bisa konsentrasi melihat Silvana gadis berbandana biru karibia itu, mengingatkannya dengan seseorang. Riris yang menyadari gerak gerik kekasihnya menegurnya.
"Kalau mau kenalan nanti aja, Aku juga mau kenalan, sepertinya Dia gadis menarik dan energik,"
"Ya, Kau bisa memasukkannya ke team cheers,"
"Yups, Kau selalu mengerti apa yang ada di fikiranku," Arya mencoba fokus meski kadang bayangan masa lalunya terngiang.

"PP itu apa? pulang pergi ya?"
"Rahasia, enak aja pulang pergi terus Arya N.A itu apa?"
"Ini?? Aryandika Ar..."
"Arum jeram kan?? haha cewek banget namanya.."
"Awas Kamu yaa..." Arya terhenyak, mencoba menepis pikirannya

*
Kehadirannya tak ada yang mengerti, semua yang terjadi selalu berkaitan dan kadang tanpa disadari. Kadang dengan menelisik masa lalu di setiap langkah kaki kita, bukan sesuatu yang benar. ibarat mobil kaca depan lebih besar dari pada kaca spion, jangan melirik kaca spion terus menerus siapa tau ada truk kontainer di depanmu berhati hatilah !

"Vana.."
"Riris,"
"Arya,"
"Emm.. Kamu Aryandika Arvan ya?"
"Kok Kamu tau nama panjang kekasihku?"
"Aku tidak sengaja melihatnya di mading,"
"Owh,"
"Kata kepala sekolah Kamu ketua OSIS ya?"
"Iya,"
"Kamu pantas kok,"
"Emm.. Van Lo mau gak? jadi anggota cheers?"
"Emmmm Aku. maksudku Gue..."
"Kalau belum terbiasa jangan di paksain"
Silvan hanya mengangguk "Maaf Ris Aku tidak bisa Kedua orang tuaku melarangku, Aku kan ikut ekskul musik". Riris hanya mengangguk pasrah merasa sedikit kecewa.Arya menatap mata Silvana berharap menemukan seseorang disana. "Kamu.. ekh!! Lo kenapa Ar??" Arya terkesiap "Ada yang salah denganku??" Silvana menatap setiap inci tubuhnya tidak ada yang salah dengannya.
"Gak kok,, sayang banget yaaa? Lo cantik ideal lagi tapi gak masuk cheers,, padahal Riris butuh partner kaya Lo,"
"Iya, sayang banget,"
"Haha.. Aku juga tidak terlalu mengharapkan itu, Mama bilang Aku tidak boleh beraktivitas fisik berlebihan jika Aku ingin duduk lebih lama dengan Dia,"
"Emangnya Lo kenapa??"
"Gak.. gapapa kok, Mamanya aja yang lebay,"
"Eumm,, Ris, Van, Gue sama Andri cabut dulu yaa,?" Riris dan Silvana hanya mengangguk pertanda setuju.

Arya melamun menatap gitar di pangkuannya, mengingat kembali masa itu.
"Ekh , nanti kalau liburan Kamu jangan lupa tatap mata Aku yaa.."
"Emangnya kenapa?"
"Karna dengan mata Aku bisa kenal Kamu, siapa tau dua minggu gak ketemu kita lupa wajah,"
"Iya - iya"
"Kalau kita berpisah juga yaa.."
Arya menghela nafas sejenak, mulai memetik gitar dipangkuannya, Dia menyesal seharusnya Dia menatap mata Silva lebih lama bukan malah membuat mata itu memproduksi air mata dan Dia meninggalkannya begitu kecewa, Ia egois yaaa egois mementingkan perasaannya sendiri "Gue bodoh!" rutuknya dalam hati.
"Ar, Lo di cari Riris," suara Silvana membuyarkan lamunannya "Iya Van, Ririsnya mana?"
"Lapangan basket,, lagi nungguin Lo "
"Udah mulai terbiasa ya Lo.." Arya mengacak poni Silvana dan berlalu menuju lapangan basket, sepanjang koridor Ia memegang dadanya merasa tidak asing dengan kehangatan yang tengah Ia rasakan namun hanya hatinya yang bertanya, hanya hatinya yang tau.
Silvana menggeleng-gelengkan kepalanya merasa tidak asing dengan sentuhan itu, Ia melangkah menghampiri sebuah gitar yang digeletakkan begitu saja oleh Arya tiba-tiba Ia merasa pusing dan bayangan dua anak kecil berlarian di sepanjang ilalang yang tak terlihat wajahnya samar, Ia memegang kepalanya erat "Auww, Ishh.." Ia hampir ambruk kalau saja tidak ada Andri.
"Lo gapapa kan?"
"Gue.. gapapa kok,"
"Syukurlah, nih minum dulu" Andri menyodorkan sebotol air mineral dengan segera Silvana menerimanya dan meneguknya. "Kok Lo disini?"
"Gue bukan anak basket, Gue anak seni dan musik,"
"Owh," Andri tersenyum menatap Silvana kagum ntah sampai batas mana kekagumannya yang jelas Ia sendiripun tidak tau. "Van Lo bisa main alat musik?"
"Bisa, ngapain masuk kelas musik kalau gak bisa main musik, mau apa? Gue bisa main biola,piano,gitar,harmonika. dan banyaklah main drum aja bisa,"
"Hehe :) tapi.. kaya'nya gak pantes deh kalau Lo main Drum,"
"Lo mau bilang Gue feminim gara gara bandana yang Gue pake?"
"Emm.."
"Gue buktiin, pulang mampir ke studio musik kakak Gue, Gue bakal buktiin kalau Gue juga bisa dalam urusan gebuk menggebuk drum,"
"Ok ! Kita battle,"
"No, problem"
"gue main gitar Lo main piano atau biola?"
"Biola," Andri mulai memetik senar gitarnya dan menghasilkan nada yang mengalun indah, Silvana memejamkan matanya mulai mengiringi suara gitar Andri dengan biola. Andri terkejut sekaligus kagum, padahal nada yang dimainkannya adalah ciptaannya dan tidak mudah untuk mengikutinya bahkan ketika nada cepat Silvana bisa mengimbanginya bahkan seperti duel nada yang sangat indah.
"Lo baru seminggu ini jadi anak baru, tapi.."
"Jangan berkata seperti itu dihadapanku Aku hanya ingin Kau mengenalku sebagai Silvana"
"Ya.. Aku akan mengingat itu Silvana putri," Obrolan itu berada di sela permainan indah Mereka, hingga tiba di akhir nada Mereka tersenyum, Andri sudah tidak lagi meragukan kemampuan Silvana. "Van, Lo hebat !!, Gue kagum sama Lo,"
"Sama permainan Gue kan tepatnya?"
andri menghela nafas memeluk gitar di pangkuannya menatap Silvana yang duduk sejauh satu meter darinya yang juga tengah memangku biola "Lo, Gue gak nyangka bisa ketemu cewek kaya Lo," Silvana tersenyum tipis "Lo terlalu memuji Gue,, dan Gue gak suka itu,"
"Lo pantes dapat itu,"
"Ya, tapi apa saat senar biola atau senar gitar putus ditengah permainan Kau akan tetap memujiku? Kau pasti akan bersorak padaku, benar tidak?" Andri terdiam meresapi ucapan Silvana dalam hati Ia membenarka perkataan Silvana.

kadang saat kita berada dalam puncak kesuksesan semua orang akan memuji kita dan melontarkan banyak kata kata yang indah juga banyak menerima hadiah. Namun saat kita jatuh terperosok kedalam palung kegagalan orang orang akan meragukan kemampuan kita dan merendahkan kita, itulah kenapa mempertahankan suatu prestasi adalah hal yang sulit, mendapatkannya memang mudah tapi mempertahankannya sukar. 
 

To Be Continue
#Khichand_Lee