Kamis, 19 November 2015

Bolehkan Aku mencintaimu???


            Aku masih memandang arah lapangan basket, Dia disana dengan lincahnya mendrible si bundar oranye itu dan itu membuatku mau tak mau tersenyum. Rasanya sudah lama Aku menghabiskan waktu istirahatku untuk duduk disini menatapnya yang berpeluh, setiap hari Rabu Dia mendrible bolanya dan itu semakin membuatku menyayanginya. Namun selama itu pula Dia tidak tahu siapa Aku, begitupun denganku yang tak tahu siapa Dia, yang Aku tahu saat Aku sedang bersedih atau gelisah atau bahkan gugup Aku akan memandangnya kemudian mendapatkan kedamaian dalam hatiku. Aku ingat waktu itu Aku mengikuti olimpiade matematika, dan Dia dengan senyumnya mencegatku memberi semangat padaku.
“Tunggu...” Aku menghentikan langkahku saat suara seseorang mampir di gendang telingaku.
“Ada apa??”
“Kamu mau ikut lomba kan?? Semangat yaa kalau gugup panggil namaku Tiga kali.. semoga berhasil,” Aku mengerenyit heran memandang kepergiannya Dia sangat lucu,  bagaimana Dia bisa menyuruhku untuk memanggil namanya Tiga kali, sedang Aku tidak tahu siapa Dia, dan yang Aku lakukan adalah, kembali mendengarkan suaranya Tiga kali, suara yang masih bergeming dalam telingaku, yang selalu mendamaikan hatiku.
            Hari ini pelajaran olahraga, pelajaran yang tidak mungkin Aku ikuti, dan ini adalah kesempatanku untuk melihatnya bergerak lincah di lapangan, ya jam olahraganya selalu bergabung dengan kelasku, dan itu membuatku tersenyum, namun hari ini Dia tidak terlihat dimanapun dan itu membuatku mendesah kecewa.
“Sendirian aja, Mau ditemenin??” suara seseorang membuatku menoleh, dan rasa kecewa yang sedari tadi menjamah hatiku sirna saat Aku tahu siapa yang sedang berbicara padaku.
“Tumben,”
“Kok jawabannya beda sih?? Harusnya jawabnya Iya atau tidak,” Aku terkekeh malu.
“Maaf, boleh kok,”
“Iya atau tidak,”
“Iya,,”
“Iya apa??” sungguh ternyata Dia itu menyebalkan.
“Iya boleh kok, mau aja ditemenin Kamu,”
“Haha..” Dia tertawa mengacak rambutku asal, dan rasa damai langsung menjamah hatiku. “Kamu lucu deh,”
“Apanya yang lucu??”
“Kamunya??”
“Aku?? Lucu??”
“Iya,”
“Apanya??”
“Ish.. dari tadi diputer – puter mulu,” Aku terkekeh melihat ekspresinya. “Tumben gak ikut Olahraga,?”
“Owh, Aku Cuma mau nemenin Kamu aja, pengen ngrasain enaknya gak ikut pelajaran olahraga, ternyata menyenangkan juga,”
“Menyenangkan???”
“Ya, Kita bisa tertawa saat ada adegan aneh yang lucu tanpa harus ditertawakan balik,”
“Tapi untuk ukuran seorang atlet seperti Kamu, gak olahraga itu malah akan menyakiti Kamu,”
“Perhatian banget sih Kamu,”
“Karena Aku selalu memperhatikanmu,”
“Memperhatikanku??”
“Ya, sudah lama Aku memperhatikanmu,”
“Lancang sekali Kamu??”
“Maafkan Aku, Kamu adalah damaiku saat Aku melihatmu semua rasa gundah itu hilang, lenyap seketika,”
“Maksud Kamu,”
“Kamu itu Moodboster buat Aku,”
“Kamu gila,”
“Aku tidak gila,” ya Aku tidak gila, Aku hanya menyayanginya, mencintainya, apa salahnya?? Mungkin faktor diriku, Aku yang sudah tidak sempurna lagi.
“Kamu gila, sumpah,”
“Aku gak mau apa – apa kok, Aku Cuma mau tahu nama Kamu,”
“Kamu gak tahu nama Aku, dan gak kenal Aku??”
“Iya, itulah kenapa Aku memperhatikanmu, dan Aku menyayangimu,”
“Sayang??” Aku mengangguk, tersenyum manis padanya matanya nampak berbinar terang membuatku mengerenyit.
“Aku juga sayang sama Kamu,”
“Aku bahkan mencintaimu, bolehkan kalau Aku mencintaimu???”
“Aku.. juga mencintaimu,”
“Tapi Aku tak mengenalmu,”
“Aku Andra, kelas XII IPA 1, Aku tak mengenalmu,”
“Aku Andrea, XII IPA 2,” Aku tersenyum manis padanya, dan Dia nampak kebingungan menatapku. “XII IPA 2?? Kok Kita tidak saling mengenal?? padahal kelas Kita  berdampingan.” Aku hanya tersenyum manis padanya, tak menjawab pertanyaannya rasanya saat tahu siapa Dia dan tentang perasaannya Aku merasakan kedamaian yang sebenarnya dan Aku tenang dibuatnya.
“Woy Dra!!! Gila Lo yaa?? Ngomong sama Siapa???” suara seseorang membuat Dia menoleh ke arah suara yang terdengar mengejek itu.
“Lagi sama Andrea??”
“Andrea??? Jelas – jelas gak ada siapa – siapa di deket Lo,” Dia menoleh kearahku, Aku tersenyum manis padanya.
“Aku pergi dulu, selamat tinggal..”
“Andrea.. Andrea...” Aku melangkah pergi meninggalkannya yang duduk kebingungan.
“Woy Dra sadar !!!” Dia tersentak kaget menatap temannya malas. “Kedatangan Lo membuat Andrea pergi tahu,”
“Andrea siapa sih?? Gue gak liat siapa – siapa kecuali Lo, waktu Gue ke sini mau jemput Lo,”
“Lo gak liat perginya??”
“Ngaco deh Lo, emang Andrea siapa sih??”
“Anak XII IPA 2,” Dia mengerenyit saat menyadari perubahan raut wajah dari temannya itu, ditambah saat temannya menyeretnya menuju koridor tempat mading terpasang, menunjukkan sebuah foto dan rangkaian kata – kata.
Turut berduka cita, atas meninggalnya Andrea Dewata XII IPA 2
Selamat jalan kawan, sang juara olimpiade matematika..
Tubuhnya oleng, berulang kali membaca rangkaian kata itu dan memastikan foto yang terpajang.
“Ini gak mungkin, baru beberapa menit yang lalu Gue ngobrol sama Dia,”
“Tapi pada kenyataannya, Dia udah gak ada 2 Minggu yang lalu, setelah penyerahan piala olimpiade, waktu Lo kecelakaan, dan dirawat,”
“Gak mungkin, Ini gak masuk akal tahu gak, Andrea belum meninggal, gak..”
“Dra.. sabar Dra.. tenangin diri Lo,”
“Aku mencintainya, Lo harus tahu itu,”
“Iya, Gue ngerti tapi gak gini,” Dia berlari menjauh dari mading dan temannya, berlari mencariku dan Aku melihat tubuhnya tersambar mobil dan Dia bangkit dari raganya wajahnya nampak sumringah dan langsung memeluk jiwaku.
“Andrea, Aku tahu kalau Kamu belum meninggal, Aku tahu..”
“Kembalilah, belum saatnya Kamu pergi,”
“Tapi..”
“Relakanlah Aku..” Aku pergi menjauh darinya, menuju titik cahaya yang berkilau, menjemput keabadianku.
“Andrea !!!!” Andra terbangun dengan pelipis penuh keringat, di sampingnya sang Ibu menyambutnya penuh haru.
“Kamu udah sadar sayang...”
“Mama???” Andra menatap kesekeliling, Andrea sudah pergi itu yang Dia tahu, gadis yang sudah sejak lama Dia perhatikan, gadis yang sudah lama Dia sayang bahkan mungkin cinta, gadis itu sudah pergi menyisakan kedamaian dalam batinnya, menyisakan pusara bertuliskan nama Andrea, dan Cinta berpihak padanya, saat takdir menuliskan Dia akan menyatakan perasaannya kepada Andrea, meskipun itu terjadi hanya kepada Jiwa Andrea saja.

Backsong : CJR “Damai”

The End

#Khichand_Lee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar