Senin, 18 Januari 2016

Merindukanmu

***
            Hujan masih mengguyur bumi, membasahi setiap jengkal tanah yang terhampar luas, membelai setiap dedaunan yang memenuhi rerumputan. Sedang Anggrek masih berdiri termenung menatap hujan, pandangannya kosong, sesekali terpecah karena terbatuk, di eratkan lagi pelukan tangannya sendiri kebadannya, mencoba mengusir dingin. Namun sia – sia, karena dingin malah semakin menusuk, Anggrek menghela nafas panjang tangannya beralih memegang dadanya, disana lebih dingin dari udara luar, lebih dingin dari terpaan angin yang juga membawa butiran – butiran kasap mata kesejukan. Anggrek merindukan seseorang, seseorang yang sudah lama absen dari hidupnya, seseorang yang tanpa sengaja dilihatnya tadi pagi. Sekilas, tapi cukup mengena dan membuatnya menjadi tidak karuan. Karena alasannya sepele, chemistry itu masih ada, berbekas dan Anggrek masih belum tahu akan mengartikannya sebagai apa, getar – getar yang dulu tidak pernah dirasakannya kini benar – benar mengganggunya.

***
“Kak.. Anggrek,” Anggrek terbangun dari lamunannya, baru menyadari ada jaket yang tersampir di pundaknya dan juga seseorang yang berdiri di dekatnya.“Sudah lama ya Kak..” Anggrek menghela nafas panjang, menatap seseorang yang berdiri disampingnya, wajah putih nan manis itu muram. “Lama banget...” Anggrek menunduk saat orang yang berdiri disampinya menatapnya. Sedang orang itu menatap Anggrek penuh penyesalan.“Maafin Aku Kak,, maafin Adek, yaa??” Anggrek hanya diam, membiarkan orang disampingnya mendominasi percakapan kali ini.“Setelah semuanya, setelah berbulan - bulan Kita bersikap seolah tidak saling mengenal, tentang Kita, maafin Aku,” Anggrek menghela nafas panjang, memberanikan diri menatap mata orang yang berdiri disampingnya.“Kalau saja Aku punya cukup waktu, untuk menyadari bahwa Aku merindukanmu bahkan mungkin Kamu yang membuatku tiba – tiba menangis dan tak bisa terlelap, Andre,” orang yang dipanggil Andre oleh Anggrek itu terdiam. Anggrek menghela nafas panjang kembali menatap butiran – butiran air yang kian lebat dan hebat menerjang bumi.
“Maaf, kalau aja Aku boleh jujur.. kalau aja, Aku bisa jujur dari awal,” Anggrek mengalihkan pandangannya, menatap Andre heran. “Kita emang beda Kak, beda banget.. Aku lebih muda dari kakak, tapi bukan berarti Aku gak ngerti sama apa artinya cinta buat kehidupan Aku, dengan apa artinya melepaskan untuk kebaikan orang yang dicintainya, dan tentang alasan kenapa harus berpaling saat harus bertemu, sakit, kecewa, cemburu,, Aku ngerti semuanya Kak, dan kakak gak pernah peka,” Anggrek semakin tidak mengerti, selama ini Dia cukup peka dengan keadaan sekelilingnya, tapi kenapa Andre berkata bahwa Dirinya tidak peka??.“Mungkin aneh, kakak nyangkal kalau kakak gak peka, semua orang juga tahu kalau kakak itu peka, tapi yang Aku tahu kakak gak pernah peka dengan perasaan cinta, perasaan cinta yang semua orang berikan ke kakak, termasuk Aku,”
“Maksud Kamu??”
“Lihat, Kakak masih gak peka kan?? Aku cinta sama kakak, sayang sama kakak, bukan rasa cinta dan sayang dari adek ke kakaknya, tapi rasa sayang dan cinta seorang laki – laki kepada seorang perempuan,”Anggrek menatap Andre dengan sorot mata tidak percaya, matanya bulatnya menyiratkan banyak pertanyaan.“Dan seharusnya, Aku tahu apa arti jatuh cinta lagi kak, tapi..” Andre menunduk, sedang Anggrek lebih memilih diam. “Aku gak bisa, Aku malah semakin banyak menyakiti perasaan wanita, hal yang gak kakak harapkan dari Aku, kakak kecewa sama Aku, tapi Aku lebih kecewa sama kakak,” Anggrek kembali diam, membiarkan Andre kembali mendominasi pembicaraan. “Angga, Hasbi, Ringgo, Bimo, Mereka semua mencari pelarian Kak, hanya untuk, biar kakak bisa jadian sama orang yang kakak cinta dan juga cinta sama kakak, sama Rendra,, tapi Rendra malah nyia – nyiain kesempatan itu,” Anggrek kembali diam, begitupun Andre. “Rendra beranggapan bahwa kakak itu bunga langka yang diinginkan banyak orang, dan hanya orang yang benar – benar pantaslah yang bisa milikin kakak, hanya orang yang benar – benar peduli dan sayang sama kakaklah yang bisa milikin kakak sepenuhnya, dan Rendra merasa bahwa Rendragak pantas buat kakak, padahal kalian hanya tinggal memperjelas hubungan kalian,”Anggrek menghela nafas panjang.“Dan akhirnya banyak pihak yang tersakiti, kakak, Rendra, mantan – mantan Kami, bahkan sampai saat ini rasa itu belum hilang, kak.." 
***
 Anggrek menunduk perlahan air matanya menetes. Dan suara petir yang menyambar membuat tangis Anggrek semakin terdengar, di rabanya bagian bahunya tidak ada jaket yang tersampir disana dan juga tidak ada Andre di dekatnya. Itu hanya potongan kisah masa lalu bersama Andre, beberapa tahun yang lalu, masih di tempat yang sama dengan suasana yang sama, hanya saja sekarang sudah tidak lagi sama.Anggrek membekap mulutnya, rasanya terlalu sakit saat mengingat kejadian tadi pagi, saat Andre menyadari kehadirannya dan malah memalingkan wajahnya. Masih teringat jelas di ingatannya saat Andre menggumamkan namanya kemudian memalingkan wajahnya. Dan masih teringat jelas juga saat Andre beberapa tahun yang lalu dalam pertemuan yang sama, mengatakan sesuatu yang menghancurkan hatinya.
“Kak.. Kami semua pengen lupain kakak, dengan cara jauhin kakak, karena kakak terlalu jauh dan sulit untuk diraih, maka Kami nyerah.. dan Aku harap Kami tidak akan pernah bertemu kembali, sebelum rasa ini benar – benar hilang,” dan Andre meninggalkannya saat itu juga, mengambil jaket yang disampirkan di pundaknya kemudian berlari menerobos hujan. Air mata Anggrek semakin menetes, di tatapnya lagi bulir – bulir air suci itu, dengan ragu menengadahkan tangannya di bawah hujan, mencoba merasakan kesejukan di setiap partikel – partikel air yang menelusuri setiap sidik jarinya, kemudian perlahan melangkah menuju hujan, dan tubuhnya langsung basah saat hujan menerpa tubuhnya.

***
            Anggrek menengadah, air matanya semakin deras menetes, bercampur baur bersama hujan, menetes bersama dinginnya hujan.“Seharusnya Aku yang berkata seperti itu, Andre !! seharusnya Aku yang berkata bahwa Aku ingin melupakanmu dan tidak pernah ingin menemuimu, !! seharusnya Aku yang mengatakan itu Andre !” Anggrek meraung, mencoba menyatukan kepedihannya dengan hujan, mencoba mengadu tentang apa yang dirasakannya. “Aku tahu ini salah, dan mungkin terlambat untuk mengatakan ini, tapi..” Anggrek menjeda ucapannya, kembali terisak.“Kamu juga gak peka Andre !! kalau Aku juga mencintaimu !! melebihi cintaku kepada Rendra, dan Aku.. hiks” Anggrek berjongkok, tubuhnya terasa lemas, kembali menangis terisak, tidak peduli jika hujan mengejeknya. “Dan Aku juga baru sadar bahwa Chemistry itu mempunyai arti yang dalam Andre, dan sekarang.. arghhh!!!” Anggrek memegang kepalanya erat saat sakit yang tiba – tiba menusuk seakan menembus tengkoraknya. Ini alasannya, kenapa Anggrek tidak bisa mengatakan hal yang sejujurnya bahwa sesungguhnya Dia sangat tahu bahwa semua nama yang disebutkan Andre mencintainya, Anggrek tidak sebodoh itu tapi Andre yang bodoh, Andre yang tidak peka bahwa selama ini Anggrek menderita dengan setumpuk kerinduan yang dipendamnya, dengan berjuta – juta gulungan sakit dan kecewa yang membayangi setiap langkahnya. Andre tidak pernah tahu kalau selama ini Anggrek menderita dengan bayang – bayang masa lalunya, Andre tidak tahu bahwa Anggrek selalu berharap semuanya kembali seperti dulu.
“Kakak !!!” entah dari mana datangnya Andre tiba – tiba merengkuh tubuh Anggrek yang mendadak limbun. “Kak..” panggil Andre pelan, wajahnya penuh sirat kekhawatiran, sejak tadi pagi setelah tidak sengaja berpapasan bayangan Anggrek tidak mau dilepas dari pikirannya, dan mungkin ini jawabannya.“Kak..” panggil Andre sekali lagi, dapat dilihatnya mata Anggrek perlahan terbuka, menatapnya kemudian tersenyum. “Aku merindukanmu, Andre..” setelah itu mata Anggrek tertutup, meski bibirnya terlihat bergerak – gerak pelan, menggumamkan sebuah kata yang menurut Andre adalah kata yang paling indah.“Aku merindukanmu, karena Aku mencintaimu,, Andre, selamat tinggal,” hening, Andre semakin mengeratkan pelukannya, menangis tertahan, ini terlalu menyakitkan untuknya.
“Kak !!! bangun kak !! Aku juga masih mencintai Kakak, hidup Aku kosong tanpa Kakak, Aku mohon bangun kak, kembali, tolong.. Ku mohon,” Andre masih mengguncang – guncangkan tubuh Anggrek yang tidak lagi bergerak, dan tangisan Andre tidak lagi terdengar saat hujan sudah berhenti. Andre masih tidak bisa mengerti , bagaimana sebuah kerinduan merenggut cintanya, cinta yang berbeda dan Andre juga tidak pernah mengerti kenapa kerinduan bisa mengantarkannya kepada kehilangan. ***

#Khichand_Lee

Sabtu, 09 Januari 2016

Sekarang, Antara Kamu Dan Aku


Sekarang, Antara Kamu dan Aku
            Sampai saat ini Aku belum mengerti, sungguh. Mengapa Dua orang yang dulu begitu dekat dan akrab, tak canggung bercengkrama, tak ragu untuk menepis jarak, saat telah sama – sama pergi, sama – sama berlari sendiri – sendiri, menjadi seperti orang asing. Itu yang terjadi antara Kamu dan Aku. Sekarang, Kita seperti orang asing saat bertemu. Seperti kemarin saat jalan sehat HAB KEMENAG KE – 70, Kamu yang masih duduk di kelas Tiga Madrasah Tsanawiyah dan Aku yang sudah duduk di kelas Dua Madrasah Aliyah, berada di tempat yang sama, dalam suasana yang sama dan dalam acara yang sama, tapi sekali lagi Kita seperti orang asing yang tidak saling menghampiri, dan Aku masih tidak tahu kenapa. Yang bisa Aku lakukan hanyalah memandangmu dari kejauhan, berdiri tegak lurus memandangmu yang juga memandangku, bergetar hati ini, gemetar tubuh ini rasanya. Kalau saja hanya ada Kita berdua di tempat itu maka Aku akan menangis, menatapmu, meminta penjelasan tentang semuanya, tentang semua yang Kita lalui dulu dan semua yang Kita lalui sekarang. Sangat berbeda, jauh.. sangat berbeda, jauh.. sangat jauh.
            Awalnya saat pertama kali Aku melihatmu, saat Kamu menjadi anak didikku, dan Aku menjadi mentormu, Ada rasa yang entah dari mana datangnya yang membuatku ingin mengenalmu lebih jauh dan hari itu di hari dimana Aku dengan liarnya memaksamu memberikan nomor telfonmu. Kamu tahu?? Rasanya Aku ingin menertawakan diriku sendiri saat mengingat itu. Sejak itu Kita jadi dekat, Kita sering bercanda bersama, bercengkrama, dan saling memberikan perhatian, Kamu memanggilku Kakak, dan Aku memanggilmu Adek. Impas, sama. Dan yang harus Kamu tahu, Aku merasa sangat bahagia, mengenalmu dan menjadi bagian dari hidupmu. Sekali lagi, itu dulu. Dimana saat bertemu saling melemparkan senyum, dimana saat bertemu saling melemparkan canda, memanggil nama dan Aku tidak bisa mengungkapkannya dengan pasti, yang jelas semuanya begitu indah.
            Aku masih ingat, saat Kamu berterima kasih kepadaku karena Aku menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu, saat Kamu menceritakan tentang Ayah Ibumu, tentang Kamu yang selalu merasa kesepian. Kamu tahu, rasanya Aku ingin sekali menangis, memelukmu, namun sayang Aku tidak bisa melakukannya, Aku hanya menghiburmu, Aku hanya bisa mengucapkan dan mengungkapkan kepedulianku lewat pesan singkat, pesan yang mungkin tidak ada artinya untukmu. Aku tidak tahu, dan Aku tidak pernah tahu bahwa semua itu akan berakhir.
            Aku ingat, saat Kamu dengan manjanya merajuk lewat sebuah pesan singkat, saat Kamu dengan khawatir bertanya kepadaku apakah Aku marah padamu, karena Aku dengan isengnya mengirim sebuah pesan berisi konsep, Aku jahil kan??. Aku ingat suatu malam saat Aku iseng mengiming – imingimu es kelapa muda yang baru saja dibelikan Adikku. Ku pikir Kamu akan tergiur, merajuk meminta seperti pada umumnya. Tapi, Kamu malah memarahiku, Kamu bilang kalau Aku jahat, karena membuatmu bersedih. Saat Aku bertanya kenapa. Kamu menjawab, jangan makan es malam – malam, nanti sakit, kalau Kakak sakit Adek jadi sedih. Saat itu Aku menganggap itu sebagai sebuah intermezoo, iklan, tidak berarti meskipun cukup mengena dihatiku, Kamu peduli denganku.
            Aku ingat betapa frustasinya Kamu saat Kamu diputusin pacar dan pacar Kamu pacaran dengan teman sebangkumu, tragis. Kamu mencaci teman sebangkumu, marah dan emosi, akh Kamu memang tidak pernah bisa mengendalikan emosimu. Aku ingat saat lebaran Qurban, Kamu dengan kesal mengatakan bahwa Kamu akan menyembelih teman sebangkumu, dan Aku tertawa, menertawakanmu yang begitu lucu, meskipun hanya sebuah pesan singkat, tapi sangat menarik bagiku.
            Kamu masih ingat?? Saat Aku lewat di depan kelasmu dan temanmu menggangguku yang mau lewat, dan Kamu membelaku, Kamu bilang, Kamu akan selalu melindungiku dari teman – teman jailmu. Manis, itu manis Adekku Sayang. Saat Kamu pada suatu hari mengirimkan kata – kata manis untukku, saat Kamu berkata bahwa Aku adalah Kakak terbaik untukmu saat itu, kalau sekarang Aku bahkan bukan siapa – siapamu.
            Rasanya sudah lama sekali, kan?? Kalau mau hitung maka kira – kira Dua tahun lamanya Kita tidak berjumpa selalu, setelah perpisahan itu, bukan lebih tepatnya setelah kecelakaan itu, dan setelah kehadirannya diantara Kita.
            Masih ingat dengannya?? Cintamu?? Cinta yang Kamu akui sebuah cinta yang tulus, Dia, temanku, teman sekelasku. Aku tidak tahu apa yang terjadi diantara Kalian, yang Aku tahu Kalian tidak sengaja berhubungan lewat pesan singkat kemudian Kamu memintanya untuk menjadi kekasihmu, dan Dia menerimamu. Aku turut bahagia, sungguh. Aku mewanti – wanti kepadanya untuk menjagamu, untuk tidak menyakitimu, untuk tidak membuatmu bersedih, karena jika Dia berbuat seperti itu padamu, Aku akan sangat marah padanya. Tapi, satu hal yang tidak Kamu tahu, Dek. Sahabatku, bercerita bahwa kekasihmu tidak suka padaku, Dia bilang bahwa Aku bukan siapa – siapa Kamu, bahwa Aku terlalu mengaturnya tentang Kamu, nitiplah, jagainlah, bahkan kata sahabatku, Dia bilang Aku punya hak apa berkata seperti itu, dan Dia dengan sombongnya berkata bahwa Aku tidak mengenalmu sedalam Dia mengenalmu. Sakit Dek, sakit sekali, sakit yang tidak pernah Kamu tahu, sakit yang tidak pernah Aku bagi padamu. Hingga pada suatu hari Aku mendengar Kalian putus, Kamu selingkuh dengan banyak perempuan, dan jujur Aku kecewa padamu. Dia marah padaku, Dia marah padaku karena menghilangnya dirimu dari harinya, menghilangnya Kamu dari sekolah. Sungguh Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya, Dia meminta putus kepadamu, dan yang Aku bingungkan adalah saat Kamu malah bersyukur karena Dia memutuskanmu. Aku pernah mendengar ceritanya bahwa Kamu pernah marah – marah sama Dia, Aku tidak tahu harus percaya atau tidak, karena yang Aku tahu jika Kamu memang benar – benar melakukan itu pasti ada alasan kenapa Kamu melakukannya. Dia marah padaku, Dia membenciku. Aku bahkan tidak tahu apa – apa tentang Kalian, Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara Kalian, kenapa Dia harus marah padaku?? Kenapa Dia harus marah padaku dan mengacaukan pentas seni kelas?? Kenapa??. Aku tidak tahu, dan karena ketidak tahuanku itulah Aku meminta maaf padanya, maaf yang sebenarnya Aku tidak tahu meminta maaf karena apa.
            Adekku Sayang, Aku ingin berkata kepadamu, Aku ingin mengatakan ini kepadamu, bahwa Aku sangat menyayangimu, sangat – sangat menyayangimu. Aku tidak tahu sungguh, saat kehadirannya membuatku menjadi jauh darimu, membentang jarak diantara Kita, dan yang harus Kamu tahu adalah, karena Aku tidak mau di benci tanpa alasan. Kamu bersedih, maka Aku lebih sedih, Kamu kecewa maka Aku lebih kecewa, Kamu sakit maka Aku lebih sakit, Kamu rindu maka Aku lebih rindu. Aku yang mengakhirinya, Aku yang membentangkan jarak itu, dan Aku juga yang menyesal.
            Ingatkah Kamu dengan seseorang selain Dia yang mengisi harimu, seseorang yang dengan iseng mengerjaimu, seseorang yang sebetulnya sangat Kamu kenal, karena Dia temanku. Dia yang mengenalkanmu pada seseorang yang semu, Dia yang Kamu minta untuk menjadi kekasihmu, bukan dengan nama aslinya tapi dengan nama samaran. Dan Aku masih tidak tahu, sandiwara apa yang sedang dilakukannya, Aku tidak sepintar yang Kamu kira. Kamu menembaknya, Kamu memanggilnya dengan panggilan sayang, dan Kamu tahu Dia dengan khawatir menceritakannya padaku. Kalau boleh jujur Aku kecewa, dasar... Adekku sekarang seudah menjadi playboy. Bukankah saat itu Kamu sudah mempunyai kekasih?? Bukankah pada saat itu Kamu sudah mempunyai kekasih dimana – dimana?? Kenapa Kamu masih mengharapkan orang lain?? Aku sungguh tidak tahu, sungguh. Aku tidak mengerti jalan pikiranmu, Kamu menjadi tidak terarah lagi, dan Aku menyesalkan itu.
            Kamu ingat ? saat Kamu merajuk kepadaku, saat Kamu tidak mau membalas pesanku, karena Kamu sedang marah padaku. Dan Kamu membuatku tertawa dengan alasanmu, karena Kamu ingin dimanja lagi olehku, karena Kamu merindukanku, karena Kamu mau Aku kembali seperti dulu, karena Kamu mau Aku memanjakanmu seperti dulu. Aku tersenyum, tidak tahu kenapa, yang jelas Aku tersanjung Adekku sayang. Aku tidak tahu harus berbuat apa, disisi lain Aku juga mempunyai masalah dengan percintaan, masih ingatkah Kamu dengan Farid?? Seharusnya Iya. Aku jadi curiga saat Kamu dan Farid mendadak akrab, mendadak saling berbagi, mendadak Kamu menjadi lebih sering menggodaku, dan meledekku. Pasti ada sesuatu yang Kalian sembunyikan, kalau Kamu membaca ini, Aku ingin mendapat jawaban itu. Jawaban pertanyaan – pertanyaanku di atas. Jawaban tentang kenapa Kamu bersikap seolah Kamu tidak mengenalku, jawaban tentang Kamu yang menjadi temperamen kepadanya, jawaban tentang ucapan syukurmu karena di putuskan olehnya, jawaban tentang Kamu yang menjadi playboy. Semuanya.
            Kamu pasti ingat, atau bisa jadi masih melupakan ini, tepat hari Minggu, 26 Januari 2014, saat Aku baru saja selesai belajar kelompok, saat Aku masih sibuk – sibuknya dengan ujian, saat Aku masih ingin fokus menatap masa depan. Dan juga saat Kamu ingin menjenguk temanmu yang sakit, Kita sempat berpapasan bukan?? Dan Kamu masih mengenalku tentunya. Sebentar, tidak ada Satu menit, Kita berbincang. Kemudian berpisah. Dan yang harus Kamu tahu beberapa menit kemudian, atau bisa dikatakan Setengah jam kemudian Aku mendapat sebuah pesan singkat, pesan yang mengatakan bahwa Kamu kecelakaan. Bergetar, takut, khawatir, sakit saat Aku mencari tahu kebenarannya dan saat kebenaran itu memang benar – benar ada. Lemas tubuhku, tak sanggup lagi Aku menopang kakiku, berdebar hatiku saat orang menceritakan kondisimu, saat orang bercerita kepadaku bahwa musibah yang menimpamu terjadi tidak jauh dari tempatku berdiri ingin menyebrang jalan, di gang lain. Awalnya Aku ingin lewat gang yang tidak jauh dari tempat kecelakaanmu, tapi langkah kakiku berkata lain, takdir tidak ingin Aku melihat tragedi itu.
            Berhari – hari Aku merasakan kekosongan, berhari – hari Aku merasakan kehampaan, yaa berhari – hari, dengan sekelumit masalah yang Kamu bawa dan tinggalkan. Dan yang Kamu tidak tahu, Dek. Bahwa meskipun pada kenyataannya ragamu masih terbaring di rumah sakit, Aku masih merasakan kehadiranmu di lingkungan sekolah, Aku masih bisa merasakan bahwa Kamu selalu mengikutiku, bayanganmu. Aku masih merasa bahwa semuanya tidak pernah terjadi, semuanya baik – baik saja. Aku tidak tahu, kenapa bisa seperti itu. Kalau Kamu membaca ini dan tahu jawabannya, maka Aku ingin Kamu memberitahuku jawabannya. Aku memang sudah menanyakannya pada seseorang, dan Dia menjawab bahwa di alam bawah sadarmu, Kamu mengingatku, dan Aku tidak pernah tahu apakah itu nyata atau tidak. Karena yang Aku tahu, normalnya Kamu akan mengingat kekasihmu, bukan siapapun.
            Ada satu hal lagi yang tidak Kamu tahu tentangku, saat Kamu divonis amnesia, amnesia??? Am – ne – si – a??? Bagaimana mungkin !!!. cerita itu hanya ada di film, hanya ada di sinetron, hanya ada di novel, bukan di dunia nyata. Namun meskipun Aku berkali – kali mengelak, kenyataan itu tidak bisa di tolak. Kalau Kamu amnesia, maka Kamu tidak akan mengingatku, mengingat semua yang sudah Kita lalui, mengingat kegalauanmu karena Aku menjauh darimu. Saat Kamu kembali, Kita hanya bisa saling memandang, Kamu memandang penuh tanya dan Aku memandang penuh kerinduan. Aku menyesal.
            Kalau sekarang Kamu sudah ingat, Aku bersyukur tentang itu, Aku ikut bahagia. Karena faktanya Kamu sudah mulai sembuh dari amnesiamu, dari kelainan khayalan yang ternyata sebuah fakta. Kamu mulai mengingatku, bahkan Kamu pernah menuliskan sesuatu di kronologi Facebookku, Kamu ingin kembali seperti dulu, Kamu ingin barcanda lagi seperti dulu. Aku tidak mengerti apa yang terjadi, Kamu mengatakan bahwa Kamu merindukanku, Kamu berkata bahwa Kamu ingin semuanya kembali seperti dulu, namun sayangnya semua yang berakhir akan sulit untuk dimulai. Kalau Kamu bisa menjawab dan tahu jawabannya, tolong, Ku mohon jawablah pertanyaanku. Apakah Kamu masih menyayangiku?? Apakah Kamu masih mengingatku?? Apakah Kamu masih tahu, rasa apa yang sebenarnya Kamu curahkan kepadaku, apa yang Kamu rasakan terhadapku??.
            Sekarang, Kita bertemupun jarang, komunikasi sulit, Aku tidak tahu lagi harus apa, sekarang Aku masih fokus dengan masa depanku, meskipun terkadang di keheningan malam Aku masih sempat mengingatmu. Dan yang tidak Kamu tahu, saat Aku melihatmu dan merasakan kehadiranmu, hatiku bergetar, tubuhku gemetar, dan air mata ingin menetes. Aku merindukanmu sungguh. Adekku sayang, Jika Kamu membaca ini, tolong jawablah pertanyaanku.

Limpung, 10 Januari 2016

#Adekku Sayang, Mifta. 

#Khichand_Lee

Jumat, 08 Januari 2016

Love Hurt (Part 4)

                Silvana dan Andri duduk berdampingan dibangku penonton lapangan basket indoor, melihat anak basket sedang latihan.
“Permainan Arya gak lebih bagus dari Lo,”
“Haha.. gak mungkin lah.. Imposible banget,”
“Lo pernah jadi mvp kan??”
“Ya, tapi itu dulu”
“Masa lalu bukan jadi halangan untuk mengembangkan bakat, Lo bisa jadi kapten basket, lihat permainan Mereka sangat payah, kalau Kak Fajar lihat pasti Dia malu adik kelasnya bermain seperti itu,”
“Sebenarnya.. Arya bisa main basket karena diajarin seseorang, teman SD tepatnya, dulunya Dia pegang bola aja gak bisa, tapi setelah bertemu Dia diajari main basket,”
“Lo pernah satu sekolah??”
“Ya, SMP,”
“Dan Lo kan yang jadi mvp??”
“Iya, setelah itu Gue pindah ke Belanda,”
“Dan gelar mvp pindah ke Arya???”
“Iya,”
“Lo bener – bener aneh, sudahlah ayo Kita kan ada ekstra, setelah ekstra Kita main basket di lapangan Out Door,”
“Boleh, ayo!!” Andri dan Silvana meninggalkan lapangan basket menuju kelas musik. Arya menatap Mereka sekilas, bertanya – tanya kenapa Mereka duduk disana dan melihat anak basket latihan.
“Arya!! Konsen!!” teguran dari pelatih membuyarkan lamunan Arya, mencoba kembali fokus.
                Andri dan Silvana melangkah berdampingan di koridor usai extra, Silvana dengan menenteng biolanya dan Andri yang menyandangkan gitar di pundaknya dengan bola basket di tangannya.
“Hari ini Gue bawa motor, Gue anter pulang yaa??”
“Tapi...” langkah Silvana berhenti, Andri mengikuti memandang penuh tanya, kemudian tersenyum manis.
“Kenapa??”
“Boleh pinjam pulsa Lo gak??, entar Gue ganti, atau anterin Gue ke wartel,”
“Nih, emang buat apa??” Andri menyodorkan ponselnya yang langsung di terima oleh Silvana.
“Buat sms Kakak Gue, Kalau buat nelfon boleh gak??”
“Kenapa gak sms??”
“Kakak Gue lebih suka nelfon,”
“Yaudah, telfon aja,” Silvana tersenyum menggumamkan kata terima kasih, kemudian mengotak atk ponsel Andri. “Hallo, Kak Aku pulang sama Andri yaa.., Iya Kak,” panggilan terputus, Silvana kembali menyerahkan ponsel kepada Andri.
“Sekali lagi terima kasih,”
“Urwell,” Andri tersenyum, mengacak poni Silvana gemas, sedang Silvana sendiri tersenyum manis menatap Andri, Dia akui jika dirinya merasa nyaman di dekat Andri, entah sampai mana batas kenyamanan itu, Dia tidak pernah tahu.
                Arya menatap intens Dua insan yang sedang bermain bola basket di lapangan basket Out Door, saat berjalan pulang dari latihannya. Dua insan itu terlihat lincah bermain basket, bahkan pengalaman bertanding yang pernah di ikutinya, tidak ada yang bisa bermain basket sebagus Mereka, padahal Mereka bermain sesekali bercanda. “Jika sedang bercanda saja, permainan Mereka bagus, apalagi saat pertandingan sungguhan??” Pikir Arya heran. Suara pantulan bola basket tidak lagi terdengar hanya suara gelak tawa yang memenuhi lapangan basket sore itu.
“Gue menang!!” teriak Andri bangga, sembari mengejek Silvana yang sedang kelelahan. Dia baru saja menang  dari Silvana.
“Lo kan curang An, tapi Gue akui Lo hampir nyamain kemampuan Kakak Gue,”
“Lo berlebihan,” cibir Andri tidak suka.
“Imbas kan??” mendengar itu, sontak Andri tertawa, begitupun dengan Silvana.
“An, motornya Gue yang bawa yaa..”
“Ekh.. Gue pake ninja lho,”
“Gak masalah, yaa..”
“Oke, paling nanti Lo gak kuat,”
“Nantang?? Oke, siapa takut,” Silvana menatap Andri tajam, mata kecilnya melotot.
Arya memegang dadanya saat melihat kebersamaan yang terlihat hangan itu, entah bisa dinamakan apa, cemburu kah?? Atau memang ada arti yang lain yang jelas Arya tidak suka melihat Silvana tertawa karena Andri, melihat Andri mengacak – acak poni Silvana. Arya mmeutuskan untuk pergi dari pada terlibat lebih jauh dengan kekesalannya.
                “Van !!! Lo Gila !!! kurangi tu kecepatan !!!” teriak Andri saat Silvana mengendarai ninjanya dengan kecepatan gila dan menerbangkan dedaunan musim gugur, Andri memegang erat cenderung mencengkeram bahu Silvana, memejamkan matanya, sungguh saat ini Dia merasa sedang terbang. Sedang Silvana hanya tersenyum manis, kemudian menghentikan motornya tepat di depan gerbang rumahnya.
“An, Lo gak mau turun??”
“Lo Gila !!! Lo mau nurunin Gue dalam keadaan ngebut?? Gila yaa Lo !!!” teriak Andri lantang, masih menutup matanya. Sedang Silvana terkekeh.
“Emang iya yaa?? Ekh tapi Lo gak ngerasa aneh kan?? Ada angin gak?? Kenceng??”
“Gak,..”
“Jadi..”
“Jadi..” pelan Andri membuka matanya, kemudian menghela nafas lega. “Kita udah sampai,” mendengar itu, membuat Andri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, malu. Andri segera melepaskan tangannya dari bahu Silvana, kemudian turun dari motor.
“Masuk dulu yuk !! pucet tuh,” Andri hanya mengangguk pasrah.
                Arya mengusap wajahnya kasar, manatap Andri yang sedang sibuk memantul – mantulkan bola basket pelan.
“Lo kenapa??”
“Gapapa,”
Beneran??? Muka Lo kusut gitu,”
“Gue bingun Dri,”
“Kenapa??”
“ Gue ke inget masa lalu Gue terus, Gue jadi gak konsen sama latihan,”
“Jadikan ambisi Lo buat pelampiasan, Lo akan tetap mempertahankan gelar Lo kan?? Lo harus bawa piala buat D’ASCALIS,”
“Aku coba,”
“Harus,”
“Kenapa Lo gak main basket lagi??” Andri menghentikan permainannya, membiarkan bola basketnya menggelinding menjauh.
“Karena Gue cacat,”
“Cacat?? Perasaan kemarin Lo baik – baik aja,”
“Lo liat Gue sama Vana main??”
“Iya, ekh..”
“Sebenarnya Gue udah dilarang main basket sama ortu, tapi jujur main sama Vana membuat semangat Gue bangkit lagi, tapi tenang.. Gue gak bakal masuk basket, cinta bukan berarti memiliki,”
“Kenapa Lo bilang kalo Lo cacat??”
“Karena Gue, udah gak sempurna, karena Gue ingin hidup lebih lama lagi, seenggaknya Gue gak bakalan ngecewain ortu,”
“Maksud Lo apa sih??”
“Lo bakal tahu, kelak..” Andri melangkah manjauh dari Arya, menghampiri seorang gadis yang sedang asyik dengan kupu – kupu di tangannya, hingga sesuatu menabraknya.
                Arya terbangun dari tidurnya dengan keringat mmebanjiri pelipisnya. “Huft, Cuma mimpi...” gumam Arya lega, pasalnya mimpinya itu sangat aneh. Arya menatap kesekeliling, Dia baru sadar jika sedari tadi Dia tertidur di atas pohon, untung saja Dia tidak jatuh. Tak jauh dari posisinya Andri dan Silvana sedang asyik bermain basket hingga suara tepuk tangan membuat permainan Mereka berhenti.
“Kalian hebat, Saya tidak tahu jika Kalian berbakat,” ucapan yang dilontarkan pelatih basket bernama Pak Anji itu membuat Andri dan Silvana linglung. “Bahkan permainan Kalian mengalahkan Arya,” Andri dan Silvana berpandangan.
“Emm.. Kita pulang dulu pak.. permisi,” tanpa menghiraukan Pak Anji Mereka mengambil tas Mereka dan pergi.
                Andri dan Silvana tertawa mengingat kejadian di lapangan basket tadi, saat ini Mereka jalan kaki untuk pulang.
“Kayaknya, Kita gak sopan ya??”
“Yaaa begitulah,”
“Ekh An, Lo gak minat gitu, masuk basket??”
“Enggak, emang kenapa??”
“Heran aja,”
“Emang aneh??”
“Gak kok,” Andri menghentikan langkahnya, membiarkan Silvana berjalan terlebih dahulu. Ada sakit yang menusuk yang tiba – tiba menyerang dadanya. Matanya tertuju kepada sebuah semak yang tinggi, kemudian dengan hati – hati Andri melompat, manghiraukan Silvana yang berbicara sendiri.
“Lo di ajak ngomong.. kok gak nya.. An !!! ngeselin tu bocah !!” Silvana merutuki kepergian Andri.
“An.. gak lucu tahu gak,, Auwww.. ish kenapa harus sekarang sih??” Silvana memegang perutnya yang terasa nyeri, Ia merogoh tasnya mencari ponselnya, ponsel barbahasa jepang miliknya. Sedang Andri masih berusaha mengatur nafasnya. “Uhuk.. uhuk..” Silvana menangkap sebuah suara, suara batuk yang terdengar menyakitkan, dengan terus menahan sakit Silvana menghampiri sumber suara dan menadapati Andri tengah mengacak – acak tasnya,
“An.. Lo gapapa kan??”
“Lo juga gapapa kan??”
“Jawabannya tidak, sini Gue bantu..”
“Lo sakit apa??”
“Lo gak perlu tahu, Lo sendiri??”
“Lo juga gak perlu tahu,” Silvana dan Andri masih bersender di tembok dekat pagar hidup itu, perlahan mata Mereka tertutup.

#To Be Continued
#Khichand_Lee

Untuk Sebuah Cinta

Untuk sebuah cinta yang memenuhi kepala
Untuk sebuah rindu yang mungkin alfa dari ingatan
Untuk sebuah kasih yang manis,
Lihatlah cinta ini...
Kekasihku,
Dalam lubuk hati, dan palung yang dalam
Aku sungguh benar,
Benar merasakannya
Cinta....
Merasakan cinta
Cinta yang selembut riak ombak membelai telanjang kaki
Cinta yang selembut sepoi yang mengajarkan arti bahagia
Cinta yang sesejuk air yang selalu mengguyur kegersangan diri ini
Cinta yang seterang cahaya yang mengusik gelap dan dinginnya hati
Cinta yang selalu ada meski nafas tak lagi berhembus....
‪#‎Khichand_Lee‬