Kamis, 19 November 2015

The Cloudy And Rainbow (Part 14)


Naura sadar dan itu langsung membuat Binta bergegas pergi ke rumah sakit dan menemui sahabatnya. Naura nampak melamun saat sampai disana dan mendapat laporan jika sahabatnya itu tidak mau makan dan meminum obatnya, dengan langkah ragu Binta menemui Naura yang masih termenung.
“Ra..maaf,” Naura menoleh menatap Binta penuh rindu.
“Binta..” dengan segera Binta menubruk tubuh sahabatnya itu, melepas rindu sedang Naura menangis.
“Semuanya hancur Ta...” Binta melepas pelukannya kemudian duduk di sisi Naura.
“Ceritalah,” Naura mulai menerawang ke jendela, mengingat lagi momen  menyakitkan yang pernah dialaminya.
“Aku tahu sesuatu yang buruk akan terjadi saat Putri tahu siapa Aku, awalnya Aku biasa aja tapi lama kelamaan Mereka keterlaluan, seminggu sebelum ulang tahun Jihan Mereka jebak Aku ngancem Aku, mereka bilang Jihan akan terluka kalau Aku gak ngelakuin itu,” Naura menyeka air mata yang menetes di pipinya menjeda ucapannya sebentar. “Aku mencintai Jihan, jadi Aku menuruti apa kata Mereka, dan terjebak untuk kedua kalinya Mereka menyuruh Aku sujud sama Ryan dan berkata kalau Aku cinta sama Ryan, di situ Aku merasa takut bahkan sangat takut, kabar baiknya Mereka memberiku waktu beberapa bulan sebelum akhirnya Aku dipaksa oleh Mereka memutuskan Jihan, sejak itu Aku banyak membuat kenangan indah bersama Jihan, tertawa. bahagia.. dan mulai jarang menghabiskan waktu sama Kamu, Aku minta maaf untuk itu sebenarnya Aku tahu kalau Kamu putus sama Alex” air mata Naura kembali menetes tapi Naura tidak menyekanya. “Puncaknya saat hari terakhir UN, di situ kesempatan terakhir Aku bareng sama Jihan, dan Kamu tahu saat Aku pulang Ayah sama Ibu bertengkar dan Mereka memutuskan untuk bercerai, Kak Gilang orang yang paling Aku butuhin saat itu pergi ikut sama Ayah ke Yogya, Aku tahu Ta.. Kamu pasti mau bilang ada ponsel, tapi gak segampang itu Ta... baik Ayah maupun Ibu melarang Kita untuk berhubungan, bahkan semua ponsel Aku dan simcard di buang sama Ibu, di situ Aku merasa bahwa duniaku akan berakhir, kenapa Aku gak mati aja Ta.. kenapa?? Kenapa di saat Aku tahu cerita sedih itu terjadi maka akan ada cerita sedih kedua, Aku benci kenapa Aku gak mati aja malam itu, agar Aku gak ngrasain pedihnya cerita sedih kedua, Best couplenya SMA 01 putus, dan itu hanya karena masalah sepele, kenapa Aku gak mati aja Ta...??” Binta memeluk Naura erat, air matanya ikut menetes untuk ukuran Naura yang hidup dalam kerapuhan masalah hati menjadi berat ternyata. “Aku mencintainya Ta.. Cuma Dia Ta... Cuma Jihan, bahkan Aku juga menyakiti hatinya dan Kamu tahu hati Aku turut sakit karenanya.. Aku mencintainya Ta... mencintai Jihan dan Dia satu – satunya, Aku butuh Ayah Ta.. butuh Ibu... butuh Kak Gilang... butuh Kamu, butuh Jihan..” Bu Alya menyeka air matanya, Dia mendengar semuanya semua isi hati Putrinya sejujurnya Dia juga tidak menginginkan perpisahan ini, bahkan perlahan Dirinya mulai merasa kehilangan separuh jiwanya, dengan segera Dia meninggalkan ruang rawat Naura tidak sanggup lagi. Binta semakin mendekap erat Naura membiarkan sahabatnya menangis di bahunya. Tak jauh dari tempat Aunty Sara dan Rinz dan tak jauh dari ruang perawatan Jihan berdiri memegang dadanya yang terasa ngilu dan sakit, tahu apa yang dirasakan oleh Naura, Jihan mendesah masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya dan mungkin bisa sedikit banyak mampu mengalihkan perhatiannya, Jihan berbalik sebelum Aunty Sara atau pria yang tak Dia tahu namanya menyadari kehadirannya. Rinz menatap intens Jihan yang berbalik dan dengan segera menyenggol lengan Aunty Sara.
Aunty, Aku melihat Jihan,”
“Dimana??”
“Tadi Dia disana,”
“Tidak ada siapa – siapa disana, pasti efek lapar nih,” Rinz hanya menatap kecewa padahal Dia yakin sekali bahwa orang yang dilihatnya adalah orang yang sama yang ada di bingkai foto di kamar Naura.
“Ayo Kita makan,” Rinz mengangguk mengikuti langkah wanita paruhbaya itu.
            Binta melepaskan pelukannya saat tangis Naura mereda, dengan lembut Binta menyeka sisa – sisa air mata di pipi Naura.
“Dengar, mulai sekarang buktikan pada dunia bahwa Kamu adalah Naura yang kuat, Naura yang gak pernah menyerah,Naura yang selalu tersenyum, Naura yang selalu semangat, seperti Naura sebelum mengenal Jihan, Naura yang ditakuti adik kelasnya, Naura yang selalu berbuat konyol dengan sahabatnya, Naura yang usil jahil dan Naura yang disegani banyak orang seperti Naura yang pernah berkata seperti bahwa Kadang, banyak berharap harus banyak menelan kekecewaan Tapi.. banyak berharap artinya banyak cita – cita Dan...banyak cita – cita itu salah satu ciri seorang pemimpi Dan.. seorang pemimpi pasti akan mengejar harapannya agar tidak kecewa, Dan.. gagal satu bukan masalah besar, karena masih banyak mimpi – mimpi dan cita – cita yang harus dikejar, Dan.. menyesali yang telah gagal adalah sia karena masih banyak pintu yang harus dibuka, Naura yang berkata seperti itu saat teman atau sahabatnya yang gagal dalam ulangan atau tes,” Binta merapikan rambut panjang Naura yang berantakan.
“Naura yang rusuh saat pelajaran olahraga karena Rehan dan Oji membuat rambutmu kotor, Naura yang suka gangguin Rehan, Naura yang suka diam kalau teman sekelas ngeles gara – gara bosan belajar, Naura yang dulu,”
“Tapi Aku gak mau jadi Naura yang dulu,”
“Kenapa??”
“Aku mau jadi Naura yang lebih baik dari kemarin,” Binta tersenyum kembali memeluk Naura erat, Dia berhasil.
“Makan yaa, biar cepet sembuh atau mau minta disuapin Rinz??”
“Rinz???” Naura nampak mengingat – ingat sesuatu.
“Pria tampan paras blasteran, yang mau liburan,”
“Rinz?? Akh ya, Kamu kenal??”
“Kenal lah, Dia yang pertama kali inisiatif bawa Kamu ke rumah sakit, Dia yang khawatir banget sama Kamu,” pipi Naura memerah.
“Cie merah cie,”
“Apaan sih, Aku juga baru kenal sama Rinz, dan kalau gak salah namanya itu Prinz,”
“Rinz, Naura”
“Aku belum selesai bicara,Ta..”
“Hehe, lanjutkan”
“Namanya emang Prinz tapi Dia lebih suka di panggil Rinz, dalam bahasa Jerman Prinz artinya Pangeran,”
“Sama dong kaya Prince,”
“Bukan Prince, tapi Prinz beda dong,”
“Iyadeh,”
“Ngambek??”
“Gak tahu,” Naura tertawa di ikuti Binta, Rinz yang baru makan siang bersama Sara tersenyum melihatnya.
“Dari mana Kamu tahu??”
“Dia mengoceh sepanjang malam,” apa yang diucapkan Naura membuat Rinz malu.
            Kesehatan Naura pulih dengan cepat, dan hari ini Naura diperbolehkan pulang dan itu membuat Binta tersenyum senang, dengan semangat Binta menyisir rambut panjang Naura sesekali membuat rambut Naura tertarik dan Naura mengaduh kemudian menggerutu kesal sedang Binta hanya mengeluarkan cengiran khasnya, di tengah asyiknya kebersamaan Mereka Bu Alya menghampiri Mereka Binta tersenyum sopan kemudian meninggalkan Naura membiarkan Naura berdua bersama Ibunya.
“Ibu,”
“Sayang..” Bu Alya memeluk Naura hangat, Naura tersenyum karenanya.
“Kamu beneran udah baikan??” Naura mengangguk tersenyum, meskipun wanita dihadapannya telah menggoreskan luka, tapi Naura tak sedikitpun membencinya.
“Ibu senang mendengarnya,”
“Aku juga, Ibu pasti capek kerja terus,” Bu Alya hanya tersenyum meraih sisir yang ditinggalkan Binta, menyisir lembut rambut Putrinya.
“Kamu putus sama Jihan??”
“Iya, mau gimana lagi sama kan kaya Ayah dan Ibu,”
“Kamu pasti masih sangat mencintainya,”
“Tentunya, kalau Ibu??”
“Mungkin Ibu juga, Kamu tahu kadang Kita merasakan kehilangan seseorang saat orang itu sudah tidak ada dalam hidup Kita,”
“Seperti lampu yang dibutuhkan saat gelap??”
“Ya, ada orang bilang kehilangan adalah cara menunjukkan betapa berartinya seseorang dalam hidup Kita,”
“Ibu kehilangan Ayah??,” Bu Alya hanya tersenyum simpul, mulai menata rambut Naura, hal yang sudah sangat lama tidak dilakukannya.
“Kalau misalnya Kalian kembali apa Ibu akan berubah??”
“Tentu sayang, itupun kalau Ayahmu masih memberi kesempatan kedua, kalau Ayahmu masih mencintai Ibu,”
“Kalau Ayah masih cinta sama Ibu, apa Kalian akan kembali??”
“Ibu tidak tahu, jika Ibu dan Ayahmu memang ditakdirkan berjodoh, Kami pasti akan bersatu kembali sayang..”
“Ibu, Naura boleh minta??”
“Apa???”
“Izinkan Aku pergi ke Yogya,”
“Tentu sayang, tapi hanya liburan setelah itu Kamu kuliah di Paris bersama Rinz,”
“Makasih Bu,” Naura memeluk sang Ibu erat dan baru kali ini Dia merasakan arti keluarga, ini yang Dia cari sebuah kebersamaan. Bu Alya mengelus puncak kepala Naura penuh kasih air matanya menetes.
“Ibu nangis??”
“Ibu nangis bahagia karena lihat Kamu udah sehat,” Naura tersenyum untuk saat ini dia merasa begitu bahagia.
“Yang lain kemana Bu??” Bu Alya hanya mengangkat bahu membuat Naura kesal sendiri.
WELCOME HOME NAURA !!
            Tulisan besar – besar di spanduk langsung menyambut kedatangan Naura, dan membuat Naura terharu.
“Apa artinya??”
“Kau ini, setelah hampir Satu minggu tidak sadar dan Dua minggu di rumah sakit apa tidak rindu rumah??” Naura terkekeh mendengarnya, ada banyak orang disana ada Auntynya, para pelayannya, Rinz, Sandra dan Binta namun ada yang kurang, Ayahnya dan Kakaknya, masih segar diingatannya saat Dia mengalami hal yang sama beberapa tahun silam,dan Ayah dan Kakaknya yang paling bersemangat menyiapkan kejutan untuknya.
“Ra..” Naura menyeka air matanya saat sang Ibu menegurnya.
“Kamu senang??”
“Aku bahagia banget,” mendengar jawaban Naura membuat seisi rumah lega.
“Kau tahu, tadi ada perdebatan lucu antara Sandra, Rinz dan Aunty Sara,Aku punya rekamannya, perdebatan Tiga bahasa sekaligus,”
“Kok bisa??”
“Bisalah, bahasa Prancis, Ingris dan medok tulen,”
“Binta..sekali lagi bilang seperti itu,” Naura terkekeh melihat tingkah Binta dan Sandra. Hari itu Mereka bahagia. Di saat yang lain sedang berpesta Rinz menghampiri Naura yang duduk di sofa.
“Aku senang melihatmu kembali,” Rinz mengambil posisi di samping Naura.
“Aku juga,”
“Akan Aku tunggu hingga Kamu sembuh untuk mengajakku jalan – jalan,”
“Kita liburan di Yogya,”
“Yogya?? Wah Aku ingin selalu kesana,”
“Lusa Kita berangkat,”
“Tapi Kamu belum sembuh benar,”
“Kau tahu Rinz, ragaku baik – baik saja, hanya hati yang terluka dan itu bukan masalah selagi Aku masih bisa mengendalikannya, karena luka itu berangsur sembuh,”
“Syukurlah Kalau begitu, kalau boleh tahu apa Kamu sangat mencintai ex special boyfriendmu?? Hingga Kamu terluka??”
“Kurasa,” Rinz tersenyum simpul.

To Be Continued
#Khichand_Lee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar