Kamis, 19 November 2015

The Cloudy And Rainbow (Part 4)


Juli 2003
            Di sebuah pagi saat hari pertama masuk sekolah, berdirilah seseorang di samping pintu gerbang sekolah, seorang pria dengan seragam putih abunya yang jelas pria itu bukan dari sekolah yang saat ini tengah di kunjunginya seragamnya berbeda dan Dia tidak memakai almamater sekolah itu, justru Dia memakai seragam beralmamater SMA N 03 bukan SMA N 01 sekolah yang saat ini di pijaknya tempat Jihan dan Naura menimba ilmu.
Seperti biasa Naura dan Jihan berangkat sekolah bersama, kini Jihan naik kelas Dua dan Naura naik kelas Tiga saat ini Mereka sama – sama menjadi panitia MOS anak baru di sekolah Mereka, motor bebek Jihan dan suara tawa Mereka berdua melewati pria misterius yang berdiri di samping pintu gerbang sekolah Mereka. Mata pria itu membola saat melihat Naura dan Jihan, ada rasa yang menjalar tiba – tiba di tubuhnya, ada yang bergejolak di dadanya.
“Jihan, Kamu liat cowok yang berdiri disebelah pintu gerbang tadi gak?” tanya Naura saat sudah turun dari motor dan menyerahkan helm kepada Jihan.
“Ya, memang kenapa? Kamu naksir?”
“Gak, kok seragamnya beda yaa? Kaya seragam anak SMA N 03,”
“Iya emang, bahkan Aku sangat mengenal seragam Mereka,”
“Kok bisa?”
“Aku pernah memakai seragam itu,”
“Haa?”
“Aku pernah jadi siswa SMA N 03, dulu sebelum akhirnya memutuskan keluar dan berehat setahun, dan bersekolah disini,”
“Apa sekolah Kita dengan Mereka bermusuhan?”
“Sepertinya tidak,”
“Atau mungkin cowok itu kenal sama Kamu dan nyariin Kamu??”
“Aku gak tahu sayang.. Kamu kepo banget sih?”
“Kan Aku penasaran, soalnya selama Dua tahun sekolah disini belum pernah ada anak SMA lain yang berani berdiri di area sekolah ini, Aku curiga tahu..”
“Coba Aku tanya, Kamu disini oke?”
“Aku mau ikut,”
“Baiklah, tetap pegang tanganku sayang...”
“Iya sayangku...” dengan langkah mantap Jihan menghampiri pria tersebut sedang di belakangnya Naura mengikuti dengan takut – takut bahkan menggenggam tangan Jihan lebih erat.
“Aku takut,”
“Sudah tenanglah..” Naura menggeleng entah kenapa ada rasa takut yang menjalar, sebuah kegelisahan yang tak dapat diartikan.
“Jihan...”
“Naura sayang.. ayolah Kamu bukan gadis penakut,” Naura menurut saat Jihan semakin dekat dengan pria misterius itu.
“Ada yang bisa Ku bantu?” tanya Jihan pada sang Pria, sedang sang pria menatap Jihan penuh amarah, dan Naura membeku di tempat.
“Ada yang bisa Ku ba... au..ish” Naura membekap mulutnya saat tiba – tiba pria misterius yang Naura kenal itu menyerang Jihan, dengan cepat Naura melindungi Jihan.
“Hentikan,!! Pergi Kamu !! pergi ..! Jihan Kamu gapapa kan?” Jihan menggeleng kemudian meringis.
“Naura !! lepaskan Dia !!”
“Gak, pergi Kamu.. pergi !!!” dengan kasar sang pria misterius itu menggenggam tangan Naura dengan maksud menjauhkan Naura, gadis yang amat di cintanya dari Jihan.
“Woe..!! jangan sembarangan sama cewek orang dong,!!” pegangan tangan sang pria mengendur setelah mendapat tatapan tajam dari Jihan dan saat Jihan menyembunyikan Naura di balik badannya.
“Cewek? Naura jelasin ke Aku..”
“Maaf Ryan.. Jihan memang kekasihku, bukankah Kita tidak pernah ada hubungan apapun?”
“Bukannya Kau sangat mencintaiku?”
“Itu dulu, bahkan Aku sudah tak sudi mengingatnya,, sekarang cintaku hanya untuk Jihan pergilah... Jihan ayo masuk Kita ke UKS untuk mengobati lukamu,”
“Naura..” panggil sang pria mencekal tangan Naura namun ditepis kasar oleh Jihan.
“Pergi dari sekolah Kami secara terhormat atau secara hina, itu pilihanmu ayo sayang...” Naura mengangguk membiarkan Jihan menariknya, Naura tahu Jihan marah padanya dan saat ini Naura membutuhkan Jihan yang mau mendengarkan sebuah penjelasan.
            Suasana UKS hening hanya suara ringisan Jihan yang tengah di obati oleh Naura, Naura mendesah sebentar kemudian menatap Jihan penuh harap.
“Aku butuh penjelasan sayangku..”
“Dia orang yang Kusebut mencintaiku tapi tak mengatakannya, namanya Ryan.. Aku tidak tahu kalau Dia akan berbuat seperti itu, maafkan Dia”
“Dia tidak bersalah, semua laki – laki akan berperilaku seperti itu saat melihat gadis yang di cintainya bersama pria lain, mungkin Aku juga akan berperilaku seperti itu jika melihatmu bersama pria lain,”
“Jadi...”
“Aku percaya sama Kamu sayangku.... ish pelan sayang,”
“Maaf, Aku terlalu bahagia,” Jihan tersenyum membawa Naura lebih dekat dengannya. Sedang tak jauh dari pintu UKS  Sandra berdiri dengan senyum liciknya.
“Satu orang dari masa lalu sudah datang Naura, tinggal menunggu satu orang lagi untuk membuatmu menderita Nona Naura terhormat, akh tidak mungkin kelak akan berganti Nona Naura yang malang,” kemudian Sandra berjalan dengan angkuh.
            Suasana sangat ramai saat ini membuat Binta jengah biasanya yang bisa meredakan riuh tawa ini adalah Naura, “Kemana tuh anak berdua?”
“Lagi ada problem kali, tadi Aku liat Mereka ke UKS,”
“Yaudah Kita langsung mulai aja, biar gak molor,”
“Itu lebih baik,”. Binta membuka acara dengan perkenalan dan seusai perkenalan Jihan dan Naura baru saja memasuki kelas.
“Nah ini Dia yang ditunggu – tunggu, best couplenya SMA N 01 mau kenalan?”
“Mauuuuuuu !!!”
“Ayo tuan Putri pangeran, adik – adik Kita ingin tahu nama kalian,”
“Oke deh.. langsung aja kenalin nama Saya Jihan Maulana, biasa di panggil Jihan dan ini Naura Febriani biasa di panggil Naura, dan satu jangan berani – berani mendekati Naura,,”
“Wah – wah yang tadinya udah naksir Naura jadi lemes nih, sabar yaaa kakak – kakak yang lain masih banyak kok,”
“Maunya Kak Naura sama Kak Binta,,” celetuk salah satu adik kelas dan membuat Jihan melotot.
“Karena Kak Naura udah ada yang punya, Aku sama Kak Binta aja deh.. ya yaa” Binta tersenyum malu,
“Cie malu cie..” Naura menyenggol Binta, menggoda jelas Mereka mengenal siapa adik kelas yang dengan lancang mengatakan suka pada Binta. “Adek godain kakak,”
“Andre.. yang sopan akh,”
“Iya Kakak..” Naura terkekeh. Suasana hari itu begitu menyenangkan.
            Ryan membanting tubuhnya di atas ranjang, masih tidak percaya dengan kejadian tadi pagi, sebuah kejadian yang telah membuatnya terluka, ya terluka karena gadis yang sangat dicintainya sudah memiliki kekasih. Masih segar di ingatannya saat Naura lebih membela kekasihnya dari pada Dirinya bahkan mengusir Dirinya.
“Ra.. bukannya dulu tak ada dunia selain mencintaiku?” Ryan mendesah sekarang Dirinya merasa begitu hancur dan menyesal, menyesal kenapa tidak dari dulu meminta Naura menjadi kekasihnya, merasa bodoh dengan ketakutan – ketakutan tak beralasan saat akan menyatakan cinta kepada Naura. Bodoh dungu, bahkan Dirinya merasa lebih buruk dari itu, dulu sudah sangat jelas jika Naura mencintainya namun kenapa justru Dia ragu saat akan menyatakan cinta?. Tidak Naura hanya miliknya dan hanya Dirinya yang boleh memilikinya tak ada yang lain, saat itu juga Ryan bersumpah untuk memiliki Naura ya hanya Dia yang boleh memiliki Naura, hanya Dia tak ada yang lain. Kadang sebuah perasaan yang terlalu dalam dan mendapatkan luka karena perasaan itu membuat sesorang menjadi sangat egois dan berambisi, terobsesi dan itu  bukan lagi cinta semoga Ryan mendapatkan pencerahan.
            MOS sudah usai, sekolah berjalan normal kembali semua tentang orientasi selesai. Di suatu siang yang panas Jihan dan Naura sedang duduk di sebuah kafe sembari mengerjakan tugas sekolah dan tugas OSIS.
“Jihan tadi ada murid baru loh..”
“Oh ya? Cewek apa cowok?”
“Cewek,”
“Syukurlah..”
“Kenapa emang?”
“Kalau cowok nanti pasti naksir Kamu,”
“Kok bisa?”
“Kamu tahu saat nomor Kamu Aku bawa, banyak anak kelas satu yang sms minta kenalan”
“Terus,, terus”
“Yaaa Aku balas aja, biar nyaho mesra – mesraan sama Aku,”
“Usil banget sih?”
“Biarin, biar Mereka kapok,”
“Pantes banyak anak kelas satu yang malu kalau ketemu Aku, terus Mereka juga banyak yang kode – kode gitu, terus pas sms lagi Aku bilang kalau kemarin nomor Aku di bawa Kamu.. dan Mereka gak balas lagi,”
“Hahhaha lucu – lucu itu konyol tahu gak, pasti Mereka mikir yang enggak – enggak deh,”
“Bisa jadi,”
“Ekh yaa.. anak baru itu pindahan dari mana?”
”SMA N 03 sekolah Kamu dulu, mungkin Kamu kenal namanya Putri, Putri Farida” Jihan terdiam sedang Naura masih asyik menulis, karena tak mendapat respon dari Jihan Naura menghentikan aktivitasnya.
“Jihan..” Jihan tak merespon, nama yang baru saja disebutkan Naura adalah nama keramat bagi Jihan sama dengan nama Ryan bagi Naura.
“Jihan ikh.. Kamu kenapa sih?”
“Ekh maaf, ada apa sayang?”
“Gapapa kok,”
“Jangan marah dong,”
“Aku gak marah kok, Aku bingung aja kenapa Kamu tiba – tiba diam”
“Aku lagi mengingat siapa cewek itu,”
“Jangan – jangan mantan Kamu yaa?” Jihan menelan ludahnya, kata – kata itu tepat menusuk relungnya.
“Kalau mantan Aku pasti ingat lah..”
“Beneran?” Naura memicingkan matanya mencari kebenaran ucapan Jihan, dan Naura tahu jika Jihan menyembunyikan sesuatu darinya.
“Temennya mantan?”
“Enggak,”
“Jihan, Kamu gak lagi nyembunyiin sesuatu kan?”
“Enggak kok, percaya deh..”
“Iya deh maaf ya sayang..”
“Gapapa, udah lanjut yuk.. kalau bahas anak baru terus entar gak kelar lagi, entar Kamunya cemburu lagi, siapa tahu itu mantannya Ryan buat move on,”
Omnis Cellula a Cellula adalah pendapat tentang sel dari Rudolph Virchow,” Jihan  terkekeh tahu jika Naura tidak ingin membahas tentang masa lalu.
“Iya – iya , jangan ngambek akh..” Naura tersenyum.
            Naura mendesah saat Putri sang murid baru sangat pandai berbicara dengan santai Naura berusaha menjadi pendengar yang baik kali ini tentunya dengan di temani Binta.
“Kalian berdua tahu gak, Aku punya mantan loh dan sekarang sekolah disini,”
“Bener Put? Siapa ?”
“Rahasia dong Bin,” Naura terdiam, mengingat percakapannya dengan Jihan kemarin siang, perasaannya menjadi tidak enak.
“Ekh Put, Kamu kenal gak sama Ryan?”
“Ryan? Anak tempat sekolahku dulu??”
“Ya,”
“Kenal dong, Dia itu best friend banget orangnya sahabat deket Aku bahkan saat ini masih bersahabat, Dia itu selalu ada dalam suka maupun dukaku,”
“Owh...”
“Emang kenapa Ra??”
“Gak, kemarin ada anak SMA 03 mampir dan ada insiden kecil pada Kami,”
“Yang pas MOS telat itu?”
“Iya,”
“Mungkin bukan Ryan, karena Ryan gak mungkin berbuat seperti itu,”
“Semoga,”
“Emang kemarin kalian di apain??”
“Emm itu si Angel di pukul,”
“Angel?? Siapa?”
“Kekasihku,,”
“Siapa namanya??”
“Namanya J..”
“Ra !! di panggil curut tuh, katanya ada yang harus diselesain,”
“Owh oke, ngobrolnya lanjut nanti yaa” Naura beranjak tahu siapa yang dimaksud Hendra sang adik kelas.
“Ekh Put, emang siapa nama mantan Kamu?”
“Namanya Jihan,” Binta terdiam ada rasa tidak percaya dan percaya menjalar di tubuhnya ada perasaan tidak enak saat murid baru yang saat ini ada dihadapannya adalah mantan pacar kekasih sahabatnya.
“Kenal gak?? Dia itu mantan terbaik dan terindah dan gak tahu kenapa tiba – tiba Jihan mutusin Aku, Kamu tahu Bin? Aku akan sangat membenci pacar Jihan yang sekarang.”
“Kenapa??”
“Karena hanya Aku yang boleh memiliki Jihan,” Binta mangut – mangut tanda mengerti bel masuk menyelamatkannya dari obrolan yang lebih menyakitkan lagi.
            Naura menghampiri Jihan di ruang OSIS, tampak Jihan sedang mondar – mandir frustasi,
“Ada apa sih?”
“Akhirnya Kamu datang juga, Ra bantu Aku..”
“Bantu apa?”
“Sumpah jadi pengurus OSIS itu ribet banget,”
“Memangnya Kamu lagi ngapain?”
“Tadi pembina OSIS minta Aku buat surat, nah soal itu sih Aku sudah belajar dari Kamu nah sekarang Aku gak tahu stempelnya di taruh mana aja.,”
“Haha.. Kamu lucu deh, sini Aku ajarin,” dengan telaten Naura mengajari Jihan cara menyetempel.
“Nah udah selesai kan??”
“Ok, makasih sayang..”
“Sama – sama,”
“Owh iya maaf nanti Aku gak bisa anter pulang soalnya masih banyak yang belum selesai,”
“Iya gapapa kok, Kak Gilang di rumah jadi bisa minta jemput Kak Gilang,”
“Bagus deh kalau gitu, Aku jadi tidak khawatir.. sebagai gantinya lusa Kita ke rumah yaa,, Bunda udah kangen berat sama Kamu, Ayah apalagi..”
“Oke,”
“Besok kan libur, gimana kalau Kita jalan – jalan??”
“Kemana kali ini??”
“Keliling rumah Kamu,”
“Ha???”
“Udah nurut aja, udah bel masuk gih,”
“Iya deh, sampai nanti,”
“Ok, love you sayang..”
“Love you too,” Naura berlalu dari hadapan Jihan, sedang Jihan melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
            Seperti yang telah dijanjikan oleh Jihan, hari ini Jihan berkunjung ke rumah Naura untuk sekedar bersilaturahmi kedatangan Jihan langsung disambut oleh Gilang.
“Han, Kakak mau ngomong sama Kamu,”
“Apa Kak,”
“Udah setahun Kalian jadi sepasang kekasih, dan selama itu pula Naura bahagia.. Kakak mohon sama Kamu, jangan pernah tinggalin Naura kalau Kamu masih mencintainya, jangan rusak kepercayaan Naura, Aku senang karena liat Naura bahagia, dan Kamu harus tahu jagalah Naura, jangan membuat Naura meneteskan air mata kesedihan, adanya Kamu satu tahun ini mengembalikan semangat Naura, asal Kamu tahu semenjak Kakak kuliah Naura jadi kesepian dan kedatangan Kamu mengusir jauh – jauh kesepian itu,”
“Aku tidak bisa berjanji Kak, tapi Aku akan berusaha,” sebenarnya Jihan tidak yakin dengan ucapannya sendiri mengingat orang – orang masa lalu datang dan mungkin itu akan mengganggu hubungan Mereka.
“Hayoo lagi ngerumpiin apa?? Ngomongin Aku ya??”
“Naura, gak boleh gitu tahu,”
“Iya Bu,,, huhu Naura janji,” candaan Jihan dan Naura membuat Gilang terkekeh.
“Kak Gilang sakit? Kok pucet?”
“Gak, lagi gak enak badan aja,”
“Kakak istirahat aja dulu sini Naura anter,” Gilang mengangguk, entah kenapa akhir – akhir ini kesehatannya menurun, dan Gilang tidak tahu apa yang membuat seluruh dunia gelap saat Dia berdiri dari duduknya.
“Kak Gilang !!, Jihan bantu Aku,” Naura panik saat Gilang jatuh pingsan, dengan bantuan Jihan dan beberapa pelayannya Gilang di bawa ke kamar, dengan segera Naura menghubungi dokter.
“Kakak kenapa sih?” jujur Naura sangat khawatir. Jihan mengelus punggung Naura pelan berusaha menenangkan sang kekasih kemudian membawa Naura ke dekapannya, membiarkan Naura menangis di dadanya. Jihan mendesah pelan entah kenapa tiba – tiba Dia merasa takut, takut jika kelak saat Naura bersedih Dia tidak bisa menjadi sandaran, takut jika nanti Naura akan bersedih, takut bahkan sangat takut.
“Kak Gilang gimana Om?? Baik – baik aja kan?” tanya Naura pada pria paruh baya yang merupakan adik sang Ayah, pria yang biasa Naura panggil Om Rizki.
“Tenang Ra.. Kakakmu tidak apa hanya efek lelah, dan butuh istirahat nanti biar Om kasih surat izin ke Yogya, atau Kamu bisa ngasih tahu teman Kakakmu kalau Kakakmu sakit,”
“Iya makasih Om, Kak Gilang beneran gapapa kan??”
“Enggak sayang, hanya butuh istirahat beberapa hari, nanti juga sembuh,”
“Syukurlah, Aku sangat menghawatirkannya Om..”  Pak  Rizki tersenyum mengacak poni keponakannya gemas.
“Adik yang baik, Om pamit yaa,”
“Oke Om, Aku antar yaa..” Pak Rizki mengangguk, sedang Jihan yang sedari tadi hanya diam memandang kepergian keduanya, kemudian pandangannya beralih kepada Gilang yang masih betah terpejam, lagi – lagi rasa takut menjalar dan menguasai hatinya, sebuah ketakutan yang tak bisa di mengerti dan di artikan.
“Kak, Aku takut gak bisa megang ucapanku,, Aku takut sangat takut..” Jihan mendesah kemudian beranjak keluar membiarkan Gilang beristirahat dengan tenang.
“Ra.. kalau Aku yang sakit Kamu bakalan ngerawat Aku gak??” tanya Jihan di taman belakang rumah Naura di hari menjelang sore itu.
“Tentu, Kamu, Kak Gilang sama Ayah adalah laki – laki yang Aku percaya bisa menjaga Aku, dan Akan selalu Aku jaga,” Jihan tersenyum tak mampu berkata apa – apa lagi ucapan Naura membuatnya semakin gelisah.
“Jihan, Aku takut.. Aku takut kalau kelak Kita akan berpisah,” Jihan terdiam kemudian menghela nafas panjang mendekap Naura erat seakan sebuah jawaban dari pertanyaan Naura, sebuah janji yang hanya Jihan ikrarkan dalam hati, sebuah janji bahwa Dirinya tidak akan pernah meninggalkan Naura.
            Binta berdiri dengan gelisah menatap Naura dan Putri yang tengah berbincang ria, bukan lebih tepatnya Putri yang berbicara dan Naura mendengarkan, mendengarkan sebuah kenyataan pahit.
“Ra.. Kamu pasti masih penasaran siapa mantan Aku,”
“Emang siapa??”
“Namanya Jihan,” Naura terdiam perasaannya kacau, Jihan tak berkata jujur padanya dan mungkin inilah yang disembunyikan oleh Jihan, Naura menghela nafas dadanya terasa sesak.
“Ra.. Kamu tahu? Jihan itu perhatian banget sama Aku liat nih fotonya,” Naura menahan tangisnya saat melihat foto – foto yang di tunjukkan oleh Putri, foto saat Putri dan Jihan berpacaran dulu. Binta menghela nafas pendek kemudian bergegas pergi menemui Jihan, dan mendapat penjelasan dari Jihan.
“Jihan !!” Jihan yang saat itu berada di ruang OSIS menoleh saat Binta datang dan memanggilnya dengan suara lantang.
“Ekh, Kak Binta ada apa??”
“Putri mantan Kamu kan??” tanya Binta tanpa basa basi.
“Enggak,”
“Jangan bohong, Putri yang bilang dan Kamu pasti belum bilang sama Naura,” Jihan menunduk menghela nafas pendek. “Ya, Aku tak berani jujur Aku terlalu takut Kak,”
“Asal Kamu tahu, saat ini Putri lagi memamerkan kemesraan saat masih pacaran sama Kamu,” Jihan terdiam pantas jika sedari tadi ada sakit di dadanya yang terasa sesak.
“Kamu punya janji kan??”
“Kita ke sana sekarang Kak,” Jihan bergegas menuju tempat dimana Naura dan Putri berada.
“Ra... Aku bersumpah akan membenci siapapun yang saat ini jadi pacar Jihan, karena Jihan Cuma milik Aku hanya Aku yang boleh memilikinya,” Naura hanya terdiam masih menatap koleksi foto di ponsel Putri. Jihan berdiri di belakang Putri, Naura yang melihatnya menunduk tak berani menatap Jihan dengan wajah terluka seperti ini, karena wajah terluka itu juga tergores di wajah Jihan. Putri masih asik berceloteh tidak tahu ada dua hati yang sama – sama tersakiti.
“Ra.. Kamu tahu gak? Siapa pacar Jihan? Tunjukin orangnya biar Aku jambak rambutnya, karena Aku akan sangat membencinya,, Aku bersumpah Ra.. biar Aku buat wajahnya jadi jelek biar Aku buat gak betah hidup,” Naura menyentuh rambutnya pelan, entah kenapa Dia merasa sangat takut. Jihan berdehem dan itu membuat Putri menoleh dan Naura mendongak.
“Jihan !! ya ampun Aku kangen banget sama Kamu,” Putri langsung memeluk Jihan erat, dan itu membuat hati Naura maupun Jihan terasa ngilu.
“Ini Ra,, mantan Aku, mantan terindah dan mantan yang paling Aku sayang... iya kan Jihan??” Jihan tak menjawab, matanya lurus menatap Naura yang menunduk.
“Maaf Put, Aku mau jemput kekasihku,” Jihan melepas pelukan Putri menghampiri Naura menggenggam tangan Naura dan mengajak Naura pergi, Putri yang melihatnya terpatung tak percaya.
“Kekasih??”
“Ya, kenapa??”
“Ra.. ternyata orang yang seharusnya Aku benci ada dihadapanku?? Muka Dua” Naura tak menjawab hanya diam menunduk.
“Kita mau pergi, Ayo sayang” Naura menurut saat Jihan menuntun langkahnya dan merangkul tubuhnya yang terasa lemas.
“Jihan!! Aku juga mau di anter,, Jihan!!, Naura sialan awas aja hidup Kamu akan menderita,! Jihan Cuma punyaku!, punyaku, !!!” dengan kesal Putri melangkah pergi. Sedang Binta yang berdiri tak jauh dari Mereka hanya mampu menghela nafas.
            Suasana perjalanan Naura dan Jihan kali ini hening, perjalanan yang biasanya menyenangkan kali ini hambar, Jihan menghela nafas pendek menghentikan laju motornya saat sampai di taman.
“Ra.. Kita mampir dulu yaa?” Naura mengangguk, Jihan melihatnya melalui spion. Dengan lembut Jihan menuntun Naura ke taman kemudian memeluk Naura.
“Maaf, Aku gak jujur dari awal..”
“Gapapa, Aku juga pernah mencoba menyembunyikan tentang Ryan dari Kamu,” suara parau Naura membuat Jihan merasa bersalah. Jihan mengelus puncak kepala Naura, menciumnya penuh sayang membiarkan Naura mencari ketenangan di dadanya, yang sesungguhnya juga tidak bisa tenang.
“Aku tahu gimana sakitnya, Kamu boleh nangis, Kamu boleh marah..”
“Aku gak mau itu, yang Aku mau tetap lindungi dan jaga Aku, karena sekarang Aku merasa takut,” Jihan menelan ludahnya, sudah pasti Naura takut dengan ancaman Putri dan Jihan tahu bagaimana sifat Putri yang tidak akan main – main dengan ucapannya.
“Aku berjanji akan melindungimu selalu,” Jihan kembali mengecup puncak kepala Naura penuh sayang.
“Jangan pernah pergi dari Aku,”
“Iya sayang,,”
“Karena Aku mencintaimu, Jihan” Jihan terdiam merasakan ketulusan dari kata yang diucapkan Naura, tidak seperti biasanya saat Naura mengatakan itu.
“Aku tahu, dan Aku juga mencintaimu..” Naura mendekap Jihan semakin erat kemudian menangis di dada Jihan, rasanya terlalu sakit.
“Kalau Kamu  belum baikan, Kita langsung pulang ke rumah Kamu aja,”
“Gak, kasian Bunda pasti udah nungguin,” Naura mendongak menatap Jihan penuh arti, Jihan tersenyum menyeka sisa – sisa air mata di pipi Naura kemudian mengecup dahi Naura lama.
“Cuci muka dulu,”
“Ya,” Naura membasuh wajahnya di air mancur di tengah taman kemudian dengan usil mencipratkannya kepada Jihan, akhirnya Mereka berdua berbasah – basahan, bahagia yaa karena memang seharusnya seperti itu.

To Be Continued 
#Khichand_Lee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar