ONE
DAY (Suatu Hari
yang bermakna) By Khichand_Lee
31
Januari 2018
Pagi
ini matahari nampak malu – malu di ufuk di timur, sepercik cahayanya meneteskan
embun sejuk di dedaunan hijauku segar rasanya, apalagi saat melihat mahkotanya
yang mulai mekar dan menyambut matahari. Namun ada yang aneh di pagi hari yang
harusnya menjadi awal semangat ini, seorang pria tengah menunduk frustasi,
setetes beningnya jatuh membasahi rerumputan yang dipijaknya. “Maaf..” lirih
gadis yang duduk disampingnya, yang sedari tadi menemaninya dan mengelus
punggungnya. Pria itu tak menjawab, Dia menunduk dalam, jauh dalam lubuknya Dia
merindukan seseorang dan sangat mengkhawatirkan seseorang yang mungkin tak
perlu lagi dikhawatirkan karna mungkin orang yang saat ini sangat dirindukannya
telah pergi jauh dan tak akan pernah kembali dan ada Tuhan yang akan selalu
menjaga. Aku terenyuh kemudian menggugurkan daunku yang menguning, menuntunnya
pada bayu agar tetap tulus menjalankan kewajibannya gugur atas nama ketulusan.
Panji – panji ketulusan memang bukan hal yang mudah untuk dicari, begini.. akan
Aku jelaskan Setiap insan pasti mempunyai ketulusan hanya saja ketulusan itu
ada yang terlihat dan ada juga yang tak terlihat. Ini kisah biasa yang
mengisahkan perjalanan hidup dua insan yang menyadari akan hadirnya sebuah
ketulusan, ketulusan yang nampak nyata namun hanya dianggap angin lalu seakan
itu hanya sebuah bualan yang tak ada gunanya. Ketulusan yang terpendar dalam
asa yang terendap dalam. Tak seorangpun menebaknya hanya saja ketulusan itu
akan terlihat nyata oleh orang – orang disekitarnya karna ketulusan yang
terlambat disadari akan membawa pelakunya kepada jurang penyesalan, percayalah
penyesalan adalah hal yang paling menyakitkan di dunia ini dimana tak ada yang
bisa memutar waktu meski ribuan kali meminta dan bersimpuh.
September
2013
Aku
menggeliatkan kuncup – kuncup mahkotaku,
memasuki musim penghujan membuatku agak jengah. Namun ada satu hal yang
membuatku betah bertahan disini di taman ini, taman yang tanahnya membuatku
kokoh dan sebagai balasan Aku membawakan dedaunanku yang menguning lewat bayu,
Akh Aku bangga pernah mempunyai dedaunan ini karna Mereka telah rela berkorban
atas nama ketulusan yang tak akan ternoda, karna Mereka sadar daun yang jatuh
tak bisa menyalahkan angin, karna memang kodratnya untuk jatuh dan memberikan
juga menebar ketulusan atau sekedar menjadi tempat berteduh dari terik matahari
atau ganasnya badai, daun yang kecil ini bisa membuatku kokoh, karna semua yang
besar berawal dari kekuatan yang kecil yang bekerjasama, tanpa Mereka mungkin
Aku sudah lenyap sedari dulu.
“Kakak Sayang...” suara berat
seseorang yang memanggil seseorang mengalihkan pandanganku, membiarkan bayu
membawa daun- daunku begitu saja. “Iya adikku sayang??” sahut seseorang yang
merupakan seorang gadis cantik yang duduk di samping seorang pria, Ya.. Mereka
tengah duduk bersama di taman ini tepatnya di sampingku, sudah lama Aku
mendapati Mereka duduk disana bahkan mungkin sejak usia Mereka masih kanak –
kanak dan Mereka masih melakoni aktivitas itu, hebat.
“Adek boleh gak? Tidur di paha
Kakak?” Sang Gadis menoleh, nampak meragu.
“Tapi.. bagaimana dengan
kekasihmu?”
“Kak Naura sayang... Prita tidak
apa kok,” sang gadis bernama Naura nampak berfikir sejenak,
“Tapi.. Adek Ryanku sayang...”
“Kakak jahat !!” Naura menghela
nafas, saat pria yang di panggilnya Ryan itu merajuk, Pria yang merupakan
sahabatnya sejak kecil, Pria yang usianya lebih muda darinya. Naura tersenyum
manis kemudian menepuk paha kanannya “Yaudah, sini..” Ryan mengangguk senang
kemudian merebahkan kepalanya di paha Naura. Naura tersenyum saat tangannya di
tuntun oleh Ryan agar mengelus puncak kepala Ryan, sedang Naura hanya menuruti
sahabat yang sudah Dia anggap sebagai Adik kandung ini, dengan lembut Naura
membelai rambut Ryan.
“Kak,”
“Ya?”
“Itu bunga apa ya??” telunjuk Ryan menunjuk kearahku yang sedari tadi memperhatikan Mereka, Naura tersenyum manis “Itu Krisan,” Krisan, ya namaku Krisan bunga yang melambangkan ketulusan bunga yang warna – warni rupanya bunga yang akan menjadi saksi kisah Mereka.
“Itu bunga apa ya??” telunjuk Ryan menunjuk kearahku yang sedari tadi memperhatikan Mereka, Naura tersenyum manis “Itu Krisan,” Krisan, ya namaku Krisan bunga yang melambangkan ketulusan bunga yang warna – warni rupanya bunga yang akan menjadi saksi kisah Mereka.
“Lukisan?” Naura menggeleng
“Bukan, Krisan adek sayang..”
“Owh, Krisan tah, cantik yaa
Kak,”
“Ya, memang”
“Kak tau gak? Hanya ada dua
wanita yang Aku sayangi di dunia ini,”
“Pasti Ibu dan Prita kan?” Ryan
menggeleng
“Bukan, tapi Ibu dan Kakak, cinta
sama sayang itu beda lho..”
“Tapi Kita harus mencintai Ibu
lho..”
“Akh Kakak mah.. suka ngeles..” Naura
terkekeh mengacak rambut Ryan gemas “Kakak..” Ryan merengut karna rambutnya
menjadi berantakan, sedang Naura hanya terkekeh.
Desember
2013
Siang
ini agak mendung ternyata, memasuki tahun baru yang datang sebentar lagi, Akh..
tahun baru yang banyak dinanti orang, lucu sekali rasanya. Siang ini awan –
awan putih menggantung, nampak akan menumpahkan isinya, air – air suci yang
menyejukkanku juga tanah – tanah yang Kupijak, meskipun mentari masih menikmati
kebersamaan bersama bumi ini. Indah sekali memang dan Aku menyukainya. Tiba –
tiba Aku merasakan ada yang aneh pada diriku, seseorang sepertinya telah
memetik tangkaiku Akh benar, Ryan yang memetiknya, Aku penasaran untuk apa Ryan
memetik tangkaiku, “Makasih krisan cantik,” gumamnya membelaiku lalu beranjak
pergi menuju bangku putih yang sepertinya sudah Dia kontrak bersama Naura, Aku
meringis bahkan Ryan tak meminta izin padaku, Akh sudahlah.. manusia memang
seperti itu,mengesalkan dan suka enak sendiri. Tapi ntah bagaimana Aku
mengagumi dua insan itu Ryan dan Naura, Mereka selalu nampak romantis dan
kompak seakan tak ada cela untuk membuat Mereka bermusuhan. Naura dengan segala
kekurangan dan kelebihannya berusaha menjadi Kakak yang baik untuk Ryan. Ryan
dengan segala kekurangan dan kelebihannya berusaha menjadi adik yang baik untuk
Naura, membela Naura dan melindungi Naura, Mereka seakan menggambarkanku.
Tak
lama berselang Naura duduk disamping Ryan, tatapan dan ekspresinya nampak
berbeda tidak sehangat dan setulus biasanya. Namun jika diamati lebih dekat
matanya menyiratkan kebingungan,kebimbangan,dan kegelisahan siapapun bantu
Naura membuang semuanya agar Dia tidak berakhir dalam kurungan penyesalan.
“Kusut banget perasaan,” celetuk
Ryan mendapati wajah Naura yang nampak kusut. Naura hanya diam tak membalas
masih setia dengan wajah tanpa ekspresi dan tatapan dingin yang menikam, Aku
semakin tak mengerti.
“Kakak marah sama Adek?” Ryan kembali
bersuara, “Kalau Iya, maaf..” Naura memandang lurus kearah depan, tak berani
menatap Ryan yang menuntut penjelasan “Gak ada yang salah,” Naura menghela
nafas sebentar “Tapi hubungan Kita yang salah,” apa yang baru saja Naura
katakan membuatku heran.
“Maksud Kakak?”
“Lebih baik Kita berjauhan, Kakak
gak mau jadi PHO di hubunganmu dengan Prita,” Ryan semakin heran, Aku apalagi.
“Bukannya Adek udah bilang Kak,
Prita memakluminya,”
“Mata dan hati tidak pernah
berbohong, Kakak bisa melihat kecemburuan disana,”
“Kak.. tatap Adek,” Ryan meraih
pundak Naura agar Naura menghadap kearahnya dan menatapnya namun nihil, Naura
tak sedikitpun mengangkat kepalanya, sepertinya Naura enggan menatap mata Ryan
karna mungkin Naura tak akan sanggup menatap mata Ryan.
“Kak,.. kenapa??” Ryan
mengguncangkan bahu Naura, membuat Naura meringis dan ntah kenapa Naura
terisak, Ryan mendekap Naura erat meskipun Naura mencoba memberontak. Dalam
hati Ryan merasa bingung dan bertanya – tanya namun juga ada rasa sakit dihatinya,
airmatanya dipelupuk. Aku bertanya – tanya apa gerangan yang membuat ketulusan
Mereka terkhianati dan tergores luka yang terendap dalam di hati Mereka.
Naura
berhenti memberontak saat Dirinya merasakan kehangatan saat perlahan air suci
menetes dari awan yang sedari tadi menggantung. Sepertinya alam turut berduka
atas keputusan tentang ketulusan ini. Ketulusan yang sebenarnya telah terpatri
dan mengakar kuat di hati Mereka.
“Gak papa kok Kak, mulai sekarang
Adek gak akan berlebihan lagi.. maaf Kak”
“Kakak yang minta maaf Adek
sayang..”
“Kakak udah basah..” Ryan melepas
jaket yang dikenakannya, kemudian meletakkannya di bahu Naura, Naura
memberanikan diri menatap mata Ryan dan Dia bisa melihat kepedihan disana,
membuatnya semakin merasa bersalah “Maafkan Kakak Adek sayang...” batinnya
sedih. Aku semakin terenyuh meihat kasih sayang yang semakin terlihat gamblang
saat Naura menggunakan jaketnya untuk memayungi Mereka berdua “Nanti adek
sakit, Ayo Kita berteduh !” Ryan mengangguk.
“Tunggu Kak,” Ryan memungut dua tangkai
Krisan yang tadi dipetiknya dibawah bangku, kemudian melangkah beriringan
menuju pohon mangga yang rimbun dan kokoh Mereka duduk berdampingan dibawahnya.
“Kak, ini buat Kakak..” Naura
menoleh menatap setangkai krisan yang basah dan sedikit kotor terkena percikan
air hujan di tangan kanan Ryan.
“Tangan Adek benar kan??” Naura menatap Krisan itu, Naura ingat bahwa
Dirinyalah yang mengajari Ryan memberi mengunakan tangan kanan. Akh memang
Naura pernah memukul tangan Ryan yang memberinya es krim menggunakan tangan
kiri, dan membuat Ryan meringis dan kesal, memang ketulusan selalu
diperlihatkan dengan cara yang berbeda. Naura meraih krisan itu dengan tangan
kirinya dan refleks Ryan memukul tangan Naura “Pakai tangan kanan Kak,” Naura
menunduk menatap punggung tangannya yang kemerahan sepertinya Ryan memukulnya
terlalu keras.
“Sakit ya? Maaf..” Naura
menggeleng
“Tidak apa,” Naura menyodorkan tangan kanannya
“Tangannya benar kan?”
Ryan mengangguk kemudian
tersenyum tipis saat melihat krisan yang dipetiknya berpindah tangan. Ketulusan
itu masih terlihat saat Ryan dengan lembut mengusap kemerahan di punggung
tangan Kiri Naura kemudian mengecupnya “Nah.. sembuh deh,”
Naura tersenyum kemudian meraih
tangan Ryan “Makasih untuk semuanya,” Ryan tersenyum simpul “Bolehkah?” Naura
mengangguk tanpa melepaskan genggaman tangannya. Naura dan Ryan memainkan
krisannya sesekali tertawa.
Bolehkah Aku berdo’a? Bolehkah
Aku meminta? Kenapa takdir begitu kejam kepada Mereka? Bolehkah Aku meminta?
Jangan biarkan tirai takdir dan masa memisahkan jarak, membentangkan jarak
diantara Mereka, Tuhan.. bukankah Mereka saling menyayangi, kenapa takdir
selalu saja menyapa? Bukankah banyak diluar sana yang tak saling menghargai dan
tidak mempunyai kasih sayang yang tulus? Bukankah masih banyak diluar sana yang
hanya menjadi bayang bayang sahabatnya? Muncul saat terang dan menghilang saat
gelap, bukankah masih banyak diluar sana yang berteman karna uang? Bukankah
masih banyak diluar sana yang tak menghargai sahabatnya, yang tak saling mengerti
dan mementingkan egonya? Bukankah masih banyak diluar sana yang tak saling
menyayangi? Jika memang ini ketentuan-Mu, Aku hanya meminta satu hal Tuhan..
tolong kuatkan Mereka Tuhan...
21
Januari 2014
Rintik
hujan masih tersisa diantara daun – daun yang menitikkan bekas embun pagi ini,
sejak hari itu Aku jarang melihat Naura atau Ryan datang ke taman ini,
nampaknya kesibukan mulai memeluk Mereka, namun Aku meragu jika Mereka sibuk,
mungkin lebih tepatnya menyibukkan diri tak jarang saat Ryan atau Naura
berkunjung, Mereka memetik krisan lalu melepas satu per satu mahkotanya yang
kini berserakan dibawah bangku kesayangan Mereka, kesedihan sangat terlihat di
mata Mereka. Memang benar kata orang, mata bisa menceritakan lebih banyak dari
pada mulut. Kehilangan benar – benar telah menguasai Mereka. Matahari mulai
meninggi mulai menghangatkanku dan rerumputan hijau yang nampak segar, membuat
air yang menggenang nampak menyusut, gelap.. Akh kenapa tiba – tiba gelap ya??
“Krisan..” lirih seseorang yang
sangat Ku kenal, Ryan datang dengan mata penuh luka.
“Bolehkah Aku memetik bungamu
lagi?” Aku mengangguk
“Kau tahu,? Aku sangat
merindukannya,”
“Merindukan siapa?” suara lain
yang terdengar melengking membuat Ryan nampak gugup.
“Eummmmm.. merindukanmu
tentunya,” jawab Ryan kikuk.
“Sebenarnya siapa sih pacarmu
itu?” sungguh Aku tak menyukai gadis
bersuara tak sopan itu.
“K.. kau siapa lagi?”
“Kenapa Kau tak merindukanku?”
“Aku merindukanmu sayang..”
“Kalau Kau sayang padaku,
berhenti merindukan Naura!!”
“Maksudmu?”
“Kau mengabaikanku akhir – akhir
ini,”
“Maaf Prita, akhir – akhir ini Aku
sibuk,” sesal Ryan
“Bolehkah Aku meminta sesuatu
padamu?”
“Apa??”
“Aku akan memaafkanmu, jika Kau
mau mentraktirku di restoran jepang,” Ryan mengangguk lesu menuruti apa yang
diminta kekasihnya, meskipun terkadang Ryan merasa risih saat kekasihnya menggandengnya seperti ini. Akh
sebenarnya apa yang ada di otak Ryan, masih mempertahankan kekasih seperti
Prita, akh tidak Kurasa gadis itu hanya pelariannya kalau tidak salah Ryan
masih mempunyai kekasih lain di luar sana.
“Ryan??!! Dia siapa?!” Ryan kikuk
saat melihat gadis yang menghalangi perjalanannya yang merupakan kekasih
gelapnya, benar kan apa yang Ku katakan?.
“Emmm..”
“Aku pacarnya, Kau siapa?”
Plakkkk !!!!!
“KITA PUTUS!!!!!” sentak gadis
tadi, membuat Prita mengerenyit heran.
“Apa maksudmu?!”
“Dia baru menembakku seminggu
yang lalu !!!” Prita menganga setengah tak percaya.
“Jadi...”
Bugh !!!!!
Gadis lain datang dan langsung
memukul Ryan membuat sudut bibir Ryan robek.
“KITA PUTUS!!! DASAR PLAYBOY
!!!!” kedua gadis itu pergi dengan membawa amarah, sedang Ryan hanya pasrah.
Kini giliran Prita yang menatap tajam Ryan.
“Aku gak nyangka, Kamu berani
mengkhianati Aku,” tak jauh dari posisi Mereka, Naura mematung tak percaya
dengan adegan yang baru saja dilihatnya.
Plaakkkk!!!!!
“KITA PUTUS !!!!” Prita pergi
setelah menghadiahi Ryan sebuah tamparan. Ryan menunduk masih tak percaya
dengan apa yang terjadi dengannya, Ryan tertawa lirih, menertawakan
kebodohannya. Sedang Naura terisak, airmatanya mengalir deras hatinya perih dan
sakit.
Ketulusan
adalah hal yang langka, namun bukan berarti kealpaan ketulusan dari hidup Kita
membuat Kita memporak – porandakan ketulusan orang lain.
“Arggghh !!!!” Ryan meremas
rambutnya frustasi, tak peduli pada air suci yang ntah kenapa turun lagi,
lututnya melemas, Ryan jatuh terduduk, setetes airmatanya membaur bersama hujan.
Ryan mendongak saat hujan tak lagi membasahi tubuhnya,
“Nanti Adek sakit,” suara itu,
tatapan itu dan sosok itu sekarang ada di hadapannya setelah hampir satu bulan
absen dari hidupnya.
“Kakak...” lirih Ryan tak
percaya, Naura tersenyum menyodorkan tangan kanannya.
“Ayo !! obati lukamu,” Ryan
menerima sodoran tangan Naura kemudian memeluk Naura erat.
“Adek kangen sama Kakak,” gumam
Ryan tepat ditelinga Naura, Naura tersenyum, membalas pelukan Ryan. “Kakak
juga..”
“Ayo Kita main air !!” Naura
mengangguk, dengan segera Ryan menarik lengan Naura untuk berlarian diantara
Aku,Asoka,Tapak Dara dan Kiara, Kami berasa menjadi orangtua Mereka saat
melihat kebersamaan dan tawa itu.
Lembayung
mulai menampakkan bias senjanya, memperlihatkan bayangan Merpati yang asyik
mengibaskan bulunya yang lembab terkena air hujan. Naura dan Ryan kembali duduk
di bangku kesayangan Mereka.
“Kak,.. Adek capek banget,” keluh
Ryan saat Naura selesai membenahi kotak p3k yang baru digunakan untuk mengobati
Ryan, Naura tersenyum kemudian menepuk paha kanannya, dengan semangat Ryan
meletakkan kepalanya di paha kanan Naura. Dengan lembut Naura membelai rambut
Ryan.
“Kenapa Adek jadi playboy??”
“Karna Adek kesepian, gak ada
Kakak membuat dunia terasa kosong,”
“Tapi gak gitu juga kan??”
“Iya sih.. tapi gak tahu kenapa
Adek jadi kaya’ gitu,”
“Adek terlihat sangat lelah, Adek
ngapain aja??”
“Extra sama kursus,”
“Maaf ya Dek..”
“Gak kok, Kakak gak salah,”
“Tapi..”
“Adek terlalu takut.. terlalu
takut kehilangan Kakak, apalagi Kakak udah kelas Tiga,” Naura tersenyum,
“Hadapi aja yang ada, jangan
terlalu takut,”
“Pasti Kak, pasti..” Mereka
tersenyum, memainkan bunga Krisan ditangan Mereka, sesekali tertawa seolah
bunga Krisan itu tokoh pewayangan. Akh.. indah sekali Tuhan Dua anak manusia
itu? Mereka mengajarkan tentang arti ketulusan, ketulusan yang telah mengendap
dalam hati Mereka. Tak ada yang tahu apakah besok Tuhan masih memberi
kesempatan, atau malah besok tak pernah hadir untuk Mereka. Apapun yang terjadi
kuatkan Mereka Tuhan....
Minggu,
26 Januari 2014
Mendung
masih menggantung di awan – awan,
mewarnai keseriusan belajar sekelompok anak, maklum saja Mereka memang berada
di ujung tingkat. Naura nampak serius dengan detik – detik matematika
dihadapannya.
“Ra, Anterin Aku ketemu Dion
yaa..” Naura mengangguk, mengiyakan permintaan sahabat perempuannya itu.
“Katanya, Dia sama Ryan mau
nengok Riko,”
“Emang, Riko kenapa??”
“Sakit, alerginya kambuh
katanya?” Naura hanya mengangguk kembali menekuni pekerjaannya.
Taman,
26 Januari 2014 12:00 PM
Takdir...
Ku mohon jangan biarkan kebersamaan di depan mataku ini berakhir, jangan Kau
rebut canda tawa itu, Tuhan.. jika memang seperti itu, apapun yang terjadi
kuatkan Mereka Tuhan. Ryan dengan semangat merangkai mahkota berhiaskan Krisan
untuk Naura.
“Jadi deh....”
“Wihh.. keren banget Dek..!!”
“Sini Adek pakein yaa..” Ryan
mulai memasangkan mahkota hasil tangannya di atas kepala Naura.
“Kakak akan selalu jadi bidadari
buat Adek, Kakak terbaik yang pernah Adek kenal., berjanjilah..” Ryan
mengangkat jari kelingkingnya, membuat Naura mengerenyit.
“Berjanjilah untuk tetap tegar,
apapun yang terjadi,” Naura tersenyum mengangguk menyambut kelingking Ryan.
“Berjanjilah untuk tabah,sabar
dan kuat apapun yang terjadi..” janji sederhana dan seakan Mereka mengetahui
Jika Mereka akan menghadapi masalah serius di esok hari.
26
Januari 2014, 01:30 PM
Naura baru sampai di rumahnya saat Dion mengabarkan
kepadanya jika Ryan kecelakaan, membuatnya yang baru saja meletakkan tasnya
yang berisi buku – buku dan belum sempat mengistirahatkan tubuhnya berlari
tergesa. Tubuhnya gemetar saat menerima pesan dari Dion , bahkan kedua
orangtuanya heran melihat Naura berlari tergesa seperti orang kesetanan.
Dan Aku hanya mampu merapal dalam
hati `Kuatkan Mereka Tuhan.....`
Naura sudah sampai di rumah sakit
dan mendapati kedua orangtua Ryan dan Kakak kandungnya.
“Bagaimana Tante??” wanita paruh
baya itu menggeleng lemas, membuat tubuh Naura melemas, tubuhnya bersender di
dinding, Riko yang baru datang langsung menghampiri Naura dan memeluk Naura.
“Tenang, Ryan kan kuat..” Naura menatap Riko nanar, Dia bisa melihat ruam
kemerahan di beberapa bagian tubuh Riko, laki – laki di hadapannya benar –
benar kambuh alerginya.
“Aku takut Rik..” Riko hanya
mampu mendekap Naura erat, meminjami dadanya untuk Naura.
“Ryan pasti kuat...” Naura
mengangguk saat Riko terus melafalkan kata itu lirih di telinganya.
Takdir... takdir memang sangat
pandai membuat orang terkejut, membolak – balikkan keadaan dalam hitungan jam
atau bahkan menit atau bahkan detik, takdir... takdir menampar keras orang –
orang yang merugi, yang menyia-nyiakan apa yang telah di beri, dan takdir akan
tersenyum saat tangisan mulai terdengar.
Naura memandang kotak biru muda
di pangkuannya, kemudian meraba mahkota krisan yang dibuatkan Ryan untuknya,
yang saat ini di genggamnya.
“Kakak akan selalu jadi bidadari
buat Adek, Kakak terbaik yang pernah Adek kenal..” Naura menghembuskan
nafasnya, membuat catatan kecil untuk digantungkan di mahkota berhias krisan
hasil karya Ryan.
14
Februari 2014
Naura
bergegas ke rumah sakit saat Riko menghampirinya di taman, saat Dirinya sedang memetik krisan, senyum merekah di bibirnya
saat Riko datang dan menyampaikan kabar bahagia ini, dan saat ini Riko tengah
menggandengnya yang juga sama senangnya mendengar Ryan sudah siuman. Mereka
mendapati kedua oarng tua dan Kakak Ryan yang duduk termenung.
“Om.. Tante.. Kak.. Kita boleh
masuk?” Mereka bertiga mengangguk.
“Bersabarlah..” pesan Ibu Ryan
sesaat sebelum Mereka masuk ke kamar rawat Ryan.
“Kalian siapa??” suara parau Ryan
membuat Riko semakin mempererat genggamannya pada Naura, Tubuh Mereka membeku.
“Adek gak kenal Kakak?”
“Aku tak mengenalmu.. maaf,”
“Lalu.. bagaimana denganku? Apa
Kau mengenalku?”
“Aku juga tak mengenalmu.. maaf,”
“Aku...” suara Naura terhenti,
nafasnya tercekat Dua tangkai krisan yang sempat di petiknya tadi jatuh begitu
saja.
“Kami minta maaf... benturan di
kepalanya membuat Ryan amnesia.. kami benar – benar minta maaf..” Naura
menguatkan genggaman tangannya pada Riko.
“Bersabarlah..” bisik Riko pelan,
“Aku juga berusaha untuk bersabar, bagaimanapun juga Dia sahabatku..” Naura
menatap Ryan yang nampak linglung, kemudian menarik nafas dalam dan melepaskan
genggamannya dari Riko tersenyum lalu memungut kembali krisan yang sempat
terjatuh, perlahan Naura menghampiri Ryan dan menyodorkan Krisannya dengan
tangan kanannya.
“Katanya Kamu belum kenal Aku,
Jadi Kita kenalan, terimalah ini..sebagai tanda perkenalan Kita,” dengan ragu
Ryan menerimannya kemudian menjabat tangan Naura.
“Aku Ryan...”
“Aku Naura,, senang berkenalan
denganmu, Aku pamit dulu..” setelah mengatakan itu Naura bergegas keluar dari
ruangan yang membuat dadanya sesak, Naura membekap mulutnya menahan isakannya
agar tak terdengar namun nihil, karna bukan hanya isakannya yang keluar tapi
juga erangannya, sakit, pedih tentang sebuah kenyataan yang baru diterimanya
namun tak bisa Dia terima.
“Ryan amnesia..” kata – kata itu
terus berputar di kepalanya, terlalu sinetron cerita yang biasanya hanya ada di
sinetron atau film atau bahkan novel yang sering Naura baca kini benar – benar
terjadi dan itu terjadi padanya. Ini film-Nya.. Tuhan yang menyutradarainya.
`Kuatkan Mereka Tuhan.....`
31
Januari 2017
Sejak
itu, Aku tak pernah melihat Mereka lagi, bukan jarang namun tak pernah lagi,
meskipun Tiga tahun telah berlalu, sepi kosong hening, penghuninya nampak
murung karna tak ada lagi canda tawa yang pecah di sini, hanya ada tatapan
kosong Riko yang merindukan gadisnya, gadis yang sangat dicintainya. Tatapan
kosong Rena, sahabat Naura yang kehilangan saat hari Valentine itu, atau tanda
tanya besar di kepala Ryan saat melihat taman ini, dan ayunan tapak dara oleh
sang bayu yang tak bersemangat. Meskipun Tiga tahun berlalu daun tetap pada
takdirnya, meskipun Tiga tahun yang telah berlalu ini, usiaku semakin tua dan
ringkih, batang – batangku mengering. Tiga tahun yang terlewat ini hanya
tentang Mereka Aku bercerita kepada anak cucuku, yang Aku minta pada Tuhan
hanya satu, biarkan Aku menyaksikan kembali pertemuan Mereka, apapun
keadaannya.
Dengan kosong Kupandang arah
jalan berharap menemukan Mereka, dan disana Aku melihat seorang gadis yang
Kunanti berlari menyebrang tanpa menoleh kanan kiri padahal saat itu sebuah
motor melaju kencang kearahnya nayris terjadi kecelakaan jika sang pengendara
itu tak mengerem, gadis itu tersungkur. Pengendara itu nampak panik saat
melihat sang gadis, dengan segera Dia menolongnya setelah melepas helm yang di
pakainya, dan Apa yang kini jadi permohonanku terkabul. Mereka bertemu, bertemu
kembali.
“Kau tak apa?” sang pengendara
nampak khawatir dengan sang gadis, Dia langsung menolong sang gadis untuk
berdiri dan sang pengendara termenung saat melihat siapa yang hampir di
tabraknya, gadis yang selama ini Dia rindukan, gadis yang selalu muncul saat
Dia berusaha mengingat masa lalunya. Pengendara ceroboh itu adalah Ryan.
“Kak Naura??” sang gadis yang
merupakan Naura itu, menatap Ryan bingung.
“Kau siapa?” Ryan menghela nafas
kesal.
“Baru juga Tiga Tahun gak ketemu,
masa’ gak inget? Ini Adek Kak, Ryan..”
“Memangnya Kita pernah bertemu?”
Apa maksud semua ini? Kenapa
takdir begitu aneh?.
“Aku Ryan Kak,, Apa Kakak gak
ingat?” Naura menggeleng linglung, membuat Ryan frustasi.
“Naura !!!” suara seseorang
membuat Mereka menoleh dan mendapati seseorang tergopoh – gopoh menghampiri
Mereka, bukan tepatnya menghampiri Naura.
“Ya Tuhan... Kau membuatku panik,
mencarimu.. apa Kau tak membuat masalah lagi?? Maaf sekali tuan, dan
terimakasih sudah mau menjaganya sebentar, Naura ayo pulang..!” Naura
menggeleng.
“Tunggu Fakhri, Aku ingin
bertanya, apa Aku mengenal orang ini? Atau mungkin Kau mengenalnya, siapa tahu
dia temanmu?” Fakhri nampak mengamati Ryan.
“Aku Ryan,” Fakhri mangut –
mangut tanda mengerti,
“Ya, Dia temanku...” Ryan
mengeryit heran, pasalnya Dia tak mengenal siapa Fakhri.
“Kau duduk di sini jangan kemana
– mana, Aku akan berbicara padannya sebentar,” Naura mengangguk polos, seperti
anak kecil yang baru saja di nasehati orang tuanya, pandangannya tertuju
padaku, Naura menatapku dengan mata yang berbinar dan perlahan bangkit dari
duduknya dan menghampiriku. Bahu Ryan melemas saat Fakhri menuturkan sesuatu
padanya, “Dia penderita Alzheimer, dan Gagal Jantung, setiap hari Aku akan
mengawasinya karna Dia bisa, seperti tadi kabur dan berlari yang nantinya akan
berakibat fatal, Dua setengah Tahun Naura hidup seperti ini, kadang Naura hanya
dibiarkan tertidur, di bius agar Dia tidak kemana – mana dan membahayakan
dirinya,”
“Apa masih bisa sembuh, seperti
penderita amnesia?” Fakhri menggeleng lemah.
“Tidak, keluarganya juga sudah
pasrah dan memilih menghabiskan waktu bersama Naura, sebelum akhirnya Naura
akan pergi,” Ryan mendesah kemudian menoleh kearah dimana Naura tadi diperintah
untuk duduk dan tidak mendapati Naura disana,
“Kak Naura ???” mata Ryan
bergerak liar, dan menemukan sosok Naura di dekatku sedang bermain krisan
seperti tokoh pewayangan.
“Syukurlah.. Dia tidak pergi
jauh,” Ryan hanya diam, apa yang saat ini dilakukan Naura membuatnya ingat jika
dulu saat Mereka bersama, Mereka sering memainkan itu.
“Aku harus menjemput Naura, dan
membawanya pulang dengan segera,” Ryan mengikuti langkah Fakhri menuju Naura
yang masih tetap bermain.
“Hey perawat !! lihat bunga ini
sangat cantik !!”
“Ya memang,” Ryan hanya terdiam.
“Bunga cantik ini apa namanya??”
“Krisan,”jawab Ryan cepat,
airmatanya di pelupuk, dulu Dia yang bertanya sekarang Dia yang menjawab.
“Kri... san ??”
“Ya.. apa Kau mau Kubuatkan mahkota
dari krisan?” Naura mengangguk senang, Ryan tersenyum tipis dan mulai merangkai
krisan menjadi sebuah mahkota.
“Dimana Aku bisa menemuinya??”
tanya Ryan saat Mereka akan berpamitan, dan melihat Naura nampak bahagia
mengenakan mahkota hasil karya Ryan. “Disini..” Fakhri menyodorkan secarik
kertas kepada Ryan, kemudian menggandeng Naura untuk pulang.
“Dada... Bye... lalu apalagi
perawat?”
“Sampai bertemu kembali,”
“Ya.. sampai bertemu kembali..”
Ryan mengangguk, setetes beningnya jatuh membasahi pipinya.
“Sampai bertemu kembali Kakak
sayang..” Ryan jatuh terduduk, lututnya melemas, kenapa semua ini harus terjadi
Tuhan..
Takdir,
entah kenapa selalu menjadi kambing hitam atas apa yang terjadi, jarak itu
semakin jauh, saat sebuah kata yang membuat manusia pasrah dan mencoba
menerima. Takdir melemahkanmu, tapi takdir juga menguatkanmu.
“Krisan, Alzheimer dan Amnesia
memporak – porandakan kisah Kami, siapa yang harus disalahkan? Apa ini memang
takdir Tuhan?” malang sekali kalian, tapi ketahuilah Naura ,,, Ryan... Tuhan
hanya akan memberi cobaan sesuai kemampuannya.
`Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan`
31
Januari 2018
Setelah
lama temenung, Ryan membuka kotak biru muda dipangkuannya, Ryan mendapati
setangkai krisan yang telah mengering, bahkan mahkotanya sudah rontok semua dan
nyaris menjadi debu.
Maafkan
Kakak Adek sayang.. sehari sebelum Adek memberikan ini, Prita datang padaku,
maaf. Goresan
rapi itu menjawab semua pertanyaannya selama ini. Ryan meraih tangkai Krisan
yang lain. Harusnya ini jadi hadiah saat
pertama kali Adek sadar, namun sayang.. ini hanya jadi hadiah perkenalan,
maaf.. lain kali hati – hati yaa.
Ryan melipat kembali kertasnya,
kemudian meraih sebuah rangkaian mahkota yang kini hanya tinggal tangkai –
tangkai yang mengering dan rapuh.
Kakak
akan selalu jadi bidadari buat Adek, Kakak terbaik yang pernah Adek kenal...
Berjanjilah
untuk tetap tabah,sabar dan kuat apapun yang terjadi,
Itu
ucapanmu Dek, janji Kita.. maka BERJANJILAH
Ryan menghela nafas sebentar,
kemudian mentapku. “Semua ini Ku berikan Empat tahun lalu, dan Kak Naura masih
menyimpannya.. juga barang – barang yang lain.. Andai.. sekarang Aku hanya bisa
berandai – andai. Gadis disampingnya hanya terdiam.
“Kau sudah berjanji, dan Kau
harus menepatinya,” Ujar sang gadis mengingatkan.
“Ya.. Aku berjanji, semoga Kakak
tenang disana,”
Kuatkan Mereka Tuhan....
Ryan, Naura pasti bangga
melihatmu, karna telah menepati janji. Berbahagialah dan tetap mengunjungiku,
menengokku yang tak lagi mampu berdiri.
Lihatlah....
Naura, dengan sabar dan penuh
kasih
Mencoba melindungi Ryan sang
pemuda labil
Menepati janji untuk sebuah janji
yang telah Mereka ikrarkan
Dengan sabar mencoba berteman
kembali dengan takdir
Mencoba tabah, meski rapuh
Mencoba kuat meski lapuk
Mancoba acuh meski dalam hati
merindu
Dia tulus.. sangat tulus
Memberikan apa yang Ryan butuhkan
Tanpa mengharap balas jasa
Meskipun takdir mempermainkannya
Lihatlah...
Ryan, pemuda labil itu dengan
penuh kasih
Mencoba melindungi Naura, gadis
lembut itu
Menepati janji yang pernah
terlupa
Mencoba berteman baik dengan
takdir
Tak lelah mencoba dan mencoba
Saat hanya dijawab gelengan
kepala oleh Naura
Atau sebuah pertanyaan yang sama
Dengan sabar Dia tetap bertahan,
mencoba untuk menebus waktu yang hilang
Meskipun pada akhirnya Naura
pergi dan tak kembali
Menjemput keabadiannya..
Jauh.. hingga Dia tak mampu
menggapainya lagi
14
Februari 2018
Seorang
pemuda dengan wibawa datang menghampiriku, “Hey, Krisan apa kabarmu?” ucapnya,
akh Ryan Dia terlihat lebih tegar sekarang, seperti biasa Dia memetik
tangkaiku, Dia mengeluarkan ponselnya memutar sebuah video, video yang diambil
beberapa tahun yang lalu. Di dalam video itu Naura dengan mahkota dikepalanya
menyanyi bersama Ryan yang memainkan gitarnya.
Melihat
tawamu..
Mendengar
senandungmu
Terlihat
jelas dimataku
Warna
– warna indahmu
Menatap
langkahmu
Meratapi
kisah hidupmu
Terlihat
jelas bahwa dirimu
Anugrah
terindah yang pernah ku miliki
Sifatmu
nan selalu redakan ambisiku
Tepikan
khilafku
Dari
bunga yang layu
Saat
kau disisiku
Kembali
dunia ceria
Tegaskan
bahwa kamu
Anugrah
terindah yang pernah Kumiliki
Belai
lembut jarimu
Sejuk
tatap wajahmu
Hangat
peluk janjimu
Anugrah
terindah yang pernah kumliliki...
Naura
dan Ryan, Dua anak manusia yang selalu mencoba dan mencoba, yang tak
menyalahkan takdir atas apa yang terjadi pada Mereka, hingga akhirnya sang
waktu berhenti berputar setelah sang bayu tiada lagi berhembus,
Mereka bersatu atas nama
ketulusan
Saat Tuhan menyatukan Mereka
Di atas badai yang menerjang
Ini hanya sebuah kisah di taman
kecil ini,
Taman favorit Dua anak manusia
itu,
Tentang sebuah ketulusan
Ketulusan abadi meski terbentang
takdir
Perlahan ketulusanpun menyibak
tirai takdir.
Angin berhembus, membelai tubuh
Ryan yang membeku di atas bangku panjang kesayangan Mereka, seiring dengan
tubuhku yang merapuh lalu mengering dan lenyap.
Perlahan ketulusanpun menyibak
tirai rakdir........
`SELESAI`
Tidak ada komentar:
Posting Komentar