Semuanya berjalan
baik – baik saja, lyara yang sudah kembali ke sekolah dan bercengkrama dengan
teman – teman dan Guru sejarahnya. Disusul lana yang masuk beberapa hari
kemudian, lana terlihat sehat sangat sehat sampai – sampai lyara merasa seperti
mimpi kalau lana pernah sakit. Namun bukan itu yang menjadi intinya, banyak
potongan puzzle yang masih belum ditemukan untuk menyusun takdir Mereka.
Ulangan kenaikan kelas sudah
berlalu, penerimaan raport juga sudah dilaksanakan, upacara perpisahan untuk
kelas Tiga juga terselenggara dengan baik. Lyara sedang bergerak riang saat
ini, di depan ruang kelas baru Mereka, matanya bersinar ceria,di hadapannya dea
dan aira juga tengah tertawa menimpali perkataan lyara. Sedangkan lana yang
sudah duduk di kursinya hanya menggeleng – gelengkan kepalanya, sekaligus
merasa bersalah juga, karenanya lyara jarang bertemu dengan kedua temannya.
Lana tersenyum kecil kemudian memasang earphone di telinganya, Dia butuh
ketenangan. Lyara tersenyum manis saat telah sampai di kursinya, dengan usil
lyara menyentil telinga lana yang tersumpal earphone, membuat lana yang akan
jatuh tertidur terkesiap bangun, kemudian mengucek – ngucek matanya, menatap
lyara yang tengah terkikik geli. “Ada apa Ra??”
“Aku mau duduk,”
mendengar jawaban lyara membuat lana tersenyum kikuk, kemudian menggeser
tubuhnya. “Ku dengar hari ini ada anak baru,” ucapan lana membuat lyara yang
baru saja mengeluarkan buku barunya yang bergambar hewan lucu menatap lana
penuh antusias. “Wah ! Kau jadi penguping sekarang,” ucapan lyara membuat lana
mendengus sebal. “Aku tidak sengaja mendengarnya, dan kabarnya Dia masuk kelas
Kita,”
“Benarkah?? Wah !!
menyenangkan sekali sepertinya,” ucapan lyara yang selalu antusias membuat lana
mengacak – acak poni gadis itu, membuat lyara mendesah sebal kemudian berpura –
pura kesal, lana panik dan berusaha membujuk lyara. Pemandangan itu membuat
seseorang yang duduk tak jauh dari Mereka merasa panas, dan sakit hati.
Mendengar suara tawa lyara dan lana membuatnya merasa jika Dia juga pantas
mendapatkan itu. Suara canda itu lenyap, begitupun suara – suara lain di kelas
itu, suara ketukan sepatu yang terdengar menyeramkan membuat mulut sekelas itu
diam. “Selamat pagi anak – anak, selamat datang di kelas baru Kalian, XI IPA
1,”
“Pagi...” siswa yang
berjumlah 31 anak itu menjawab sekenanya, pandangan Mereka tertuju kepada sosok
asing disamping guru yang merupakan wali kelas Mereka itu. Sedangkan lyara
menatap sosok itu sembari mengingat sesuatu kemudian Dia membuka tasnya mencari
ponselnya menatap potret seseorang di wallpaper kuncinya, kemudian kembali
menatap sosok itu, berulang kali. “Ya !!! Ada Lee Hyun Woo disini !!” teriakan
lyara membuat semua kepala menoleh ke arahnya, sedangkan lana menatap gadis
teman semejanya itu tajam. “Ada apa lyara?? Apa Kau baru saja mendapatkan info
dari teman K-popmu??” suara wali kelasnya tidak membuat lyara berhenti
bergumam, lyara kesal dengan wali kelas barunya itu, heran juga kenapa guru
sejarah itu menjadi wali kelas IPA, bukan IPS saja. “Tidak, tapi pria disamping
Anda, Akh Pak guru Anda terlihat kalah pamor dengannya,” celetukan lyara
mengundang tawa diseluruh kelas tak terkecuali sosok asing yang belum sempat
memperkenalkan diri itu. Guru sejarah itu menghela nafas sebal.”Diam semuanya,
nak.. silahkan berkenalan dengan teman – temanmu,” sosok asing itu tersenyum
manis, membuat lyara kembali melihat ponselnya. “Halo semua.. perkenalkan
namaku..”
“Namamu.. Lee Hyun
Woo kan?? Apa Kau sekarang tinggal di Indonesia??” ucapan sosok itu terpotong
ucapan lyara, sedangkan lana sudah menenggelamkan wajahnya di antara lipatan
tangannya. “Lyara... Dia bukan Lee... Hyun.. Woo..” ucapan terbata sang wali
kelas, disambut tawa oleh lyara “Pak guru, Anda pasti tidak mendapat berita
terbaru dari teman K-pop Anda,” ucapan lyara membuat guru sejarah bernama Pak
Herman itu geram, kemudian menarik nafas panjang, Dia tidak ingin membuat murid
nakalnya itu keluar, tidak ingin kejadian saat kelas Sepuluh terulang karena
mempermainkan gadis nakal itu. “Lanjut nak.. Lana.. bisa tolong bekap mulut
teman semejamu??” lana mengangkat kepalanya, menatap lyara yang masih menatap
ponselnya bergantian dengan sosok asing di di depan kelas, tapi lana sadar jika
tatapan anak baru itu berbeda kepada lyara, membuat lana membekap mulut lyara
dan menutup kedua telinga lyara dengan earphone miliknya. Lyara sempat ingin
protes, namun gagal, pergerakan lana lebih lincah sekarang. Lyara hanya mampu
menatap nanar ke depan, berusaha melihat anak baru itu menyebutkan namanya,
namun lana segera memalingkan wajahnya, Dia tidak pernah tahu kalau lana akan
berbuat seperti ini padanya, membuat lyara mendadak sedih.
Lyara menatap dias dan hamdi penuh
kekesalan, gadis itu berceloteh panjang lebar karena tepat saat bel istirahat
berbunyi lana langsung menariknya ke kantin. Dias dan hamdi menyimak baik –
baik cerita lyara tentang anak baru di kelas Mereka.
“Aku masih tidak
percaya kalau Lee Hyun Woo akan bersekolah di sini, bukannya masih ada sekolah
yang lebih elit??”
“Benar itu Dia?? Dia
bisa bahasa Indonesia??” tanya Dias penasaran. “Bukanlah Kak, wajahnya memang
blasteran Indonesia Korea,” jawaban lana membuat lyara mendelik sebal. “Itu
memang Dia tahu !!” sanggahan lyara membuat hamdi menghela nafas panjang.
“Lyara, dengar..” hamdi menarik sepupunya ke dalam pangkuannya, persis seperti
seorang Ayah yang memangku anak gadisnya. Sedangkan lyara mendongak, menatap
hamdi mencoba mendengarkan ucapan sepupunya itu baik – baik. “Kalau itu Dia,
Dia tidak akan bersekolah disini, dan pastinya Dia bukan anak SMA Lyara,,,”
lyara mangut – mangut tanda mengerti. Lana melotot, semudah itukah hamdi
meyakinkan lyara?? Sedangkan Pak herman saja kewalahan menghadapi keras
kepalanya gadis itu, ucapannya sedari tadi juga tak diindahkan oleh lyara.
“Jadi begitu..”
“Iya lyara..” lyara
menatap hamdi sekali lagi “Hanya mirip,” hamdi mengangguk, menyentil hidung
lyara gemas, membuat lyara tertawa. “Turun, Kamu tambah berat aja,” ucapan
hamdi membuat lyara mengerucutkan bibirnya kemudian memukul lengan hamdi gemas,
membuat hamdi tertawa lebar, begitupun dengan dias dan lana. Dan pemandangan
itu lagi – lagi membuat seseorang merasa terbakar.
Dewa mendesah sebal, Dia mengambil
bukunya kemudian mengipas – ngipaskannya ke tubuhnya, Dia merasa sangat gerah
meskipun kipas angin masih menyala di kelasnya. Baru saja semua teman
sekelasnya dan mayoritas perempuan meminta berkenalan dengannya, membuat
mendengus sebal kemudian tersenyum sendiri saat mengingat acara perkenalannya
di depan kelas tadi, membuatnya menoleh ke arah seberang, di meja nomor 2 dekat
jendela. Gadis itu, gadis yang menyebutnya dengan nama asing, nama yang bahkan
tidak di kenalnya, gadis yang terang – terangan menunjukkan ketidaksukaannya
kepada wali kelas Mereka, gadis nakal yang berani, gadis yang jujur dan mungkin
polos. Dewa kembali tersenyum sendiri Dia merasa inilah rasanya jatuh cinta
pandang pertama.
“Kak dias lebih
sayang padaku dari pada Kamu, wlee,” suara yang sejak tadi ditunggunya membuat
dewa merapikan penampilannya, Dia ingin berkenalan. “Tapi Kak dias kakakku,”
tapi pria disamping gadis itu membuat nyali dewa ciut, ada sepercik ragu dalam
hatinya, “Apakah mungkin Mereka pacaran??” batinnya, entah kenapa tiba – tiba
hatinya terasa sakit.
“Buktinya, Kak dias
yang membayarkan makananku,” lyara menghentikan langkahnya di depan kelas. “Kak
dias juga membayar makananku,” adu mulut itu terhenti saat seseorang berteriak
kesal kepada Mereka. “Kalian ini !! hentikan omong kosong Kalian !!” sentakan
yang diikuti memisahkan jarak diantara Mereka membuat posisi lyara yang kurang
beruntung dan siap terjatuh, tubuhnya terdorong keras. “Aw..” pekiknya pelan,
membuat lana panik dan menghampiri lyara. “Apa – apaan Kamu Aira !!” aira
ternyata, orang yang sudah menengahi pertengkaran lana dan lyara dengan kasar.
“Kalian yang apa – apaan !!! Kalian itu sudah SMA kelas sebelas, masih jaman
gitu bertengkar buat yang gak penting???” jawaban aira membuat lana mengepalkan
tangannya, lana membantu lyara bangkit dan saat akan menampar pipi aira lyara
mencegahnya. “Jangan, mungkin Aira lagi PMS, jadinya sensitif.. Ra,, maafin
Kita yaa?? Kalau Kita berisik, ayo Lan duduk dengan tenang,” lana mengikuti
langkah lyara, gadis itu sangat pengertian ternyata, juga peduli atau mungkin
mencoba berpikir positif.
Dewa menatap pemandangan itu dengan
tatapan penuh tanya, gadis yang tadi menengahi pertengkaran sepasang kekasih
itu terlihat sangat marah, bagaimana mungkin jika gadis yang tadi memanggilnya
dengan nama asing itu terlihat tenang dan mencoba berpikir tenang dan tidak ceroboh,
tatapan dewa beralih kepada pria yang duduk bersama gadis yang menyebutnya
sebagai Lee Hyun Woo. Pria itu terlihat menanyakan sesuatu kepada teman
semejanya, atau bisa dikatakan kekasihnya, mengingat itu membuat dewa kembali
merasa hatinya perih, tatapannya beralih kepada gadis dengan rambut diikat ekor
kuda yang duduk diam disamping gadis yang samar Dia dengar bernama Aira, gadis
itu terlihat bingung sedangkan aira hanya diam, cuek membuka bukunya kemudian
membacanya. Dewa mencoba menerka ada apa dengan Mereka berempat?? Dewa menghela
nafas panjang saat bel masuk berbunyi, sebagian teman – teman sekelasnya
terutama Kaum perempuan menyapanya.
“Santai aja Wa,
cewek – cewek disini emang gitu, entar kalau Kamu udah punya pacar Mereka bakal
mundur sendiri.. ekh ngomong – ngomong Kamu udah punya pacar??” celotehan teman
semejanya yang Dia tahu bernama Bastian
membuatnya tersenyum “Aku juga udah nyantai Bas, pacar mah gak ada, belum ada
yang cocok buat di bawa ke Mama,”
“Tapi udah cocok
dibawa ke Papa kan??” pertanyaan bastian membuat raut wajah dewa berubah. “Aku
tidak yakin,”
“Ekh, bukannya
sekolah di Jakarta lebih bagus yaa?? Kenapa malah disini??”
“Aku kira disini Aku
lebih baik,” jawabnya sekenanya, sebenarnya bukan itu alasannya, ada banyak
alasan yang membuatnya pergi dari kota kelahirannya, dewa menghela nafas
panjang, mengingat itu membuat dadanya sesak.
Hamdi menatap heran lyara yang duduk
termenung di depan jendela kamarnya, menatap kupu – kupu yang tengah menari
manja diantara bunga. Lyara terlihat sedang berpikir. “Tidak istirahat??” lyara
menoleh, menatap hamdi kemudian menggeleng dan kembali ke pemandangannya. “Ada
masalah??” lyara hanya diam, kemudian menghela nafas panjang “Aku hanya lelah,
katakan pada Kak Lusita.. Aku tidak bisa menemaninya saat datang, Dia akan
bertemu dengan Kakak hari ini kan??” hamdi hanya mengangguk, membiarkan lyara
menutup pintu kamarnya. Hamdi menghela nafas panjang, memijat pelipisnya akhir
– akhir ini kepalanya sering terasa sakit, hamdi mendongak saat sadar, sesuatu
mengalir dari hidungnya. “Sial !! mimisan lagi” desisnya pelan kemudian segera
berlalu ke kamar. Di dalam kamar, lyara masih bersandar di pintu “Kakak pasti
capek, Kali ini Aku akan selesaikan semuanya sendiri Kak, Aku gak mau lihat
Kakak mimisan lagi,” lyara menyeka air matanya pelan, tubuhnya merosot dalam
hati kecilnya ingin sekali lyara membuat hamdi bahagia dengan mendatangkan Om
dan Tantenya ke Indonesia, membuat kejutan untuk hamdi, berulang kali lyara
membujuk dan selalu berakhir dengan kegagalan, membuatnya merasa Dia gagal
menjadi adik yang baik untuk hamdi.
Lana memandang langit – langit
kamarnya kosong, masih teringat jelas ekspresi lyara saat melihat anak baru
tadi. Masih teringat jelas pula saat Dia memergoki si anak baru curi – curi
pandang ke arah lyara. Tidak. Lana tidak akan membiarkan lyara jatuh ke tangan
siapapun, lyara harus tetap disampingnya apapun yang terjadi. Mendadak Dia
teringat dengan aira, gadis yang dengan kasar mendorong lyara hingga jatuh,
gadis yang jelas – jelas merupakan sahabat lyara, membentak lyara dan membuat
lyara jatuh. Ada apa dengan aira?? Marahkah aira kepadanya?? Atau kepada
lyara?? Tapi kenapa lyara terlihat begitu tenang?? Lana menghela nafas panjang,
kepalanya tiba – tiba pusing, Dia butuh istirahat.
Dewa membuka pintu gerbang rumah
barunya, kemudian berjalan tenang menelusuri halaman rumahnya yang bisa
dibilang cukup luas. Hamdi melihat seseorang yang sedang menyiram tanaman.
“Siang Ma..” wanita paruh baya itu hanya mengangguk, membuat dewa menghela
nafas panjang, Dia memejamkan matanya kali ini rasa sakit dihatinya melebihi
sakit saat tahu gadis yang dicintainya sudah mempunyai pacar.
Hamdi membuka pintu rumah keluarga
besar Dharma saat seseorang menekan bel, hamdi tersenyum saat menyambut
tamunya. “Masuk Lus,” hamdi menggeser tubuhnya, membiarkan gadis seumurannya
dengan wajah sederhana itu masuk, gadis berambut panjang yang sengaja diurai
itu menyebarkan wangi shampo, membuat hamdi tersenyum. “Lyara kemana Ham??”
tanya gadis itu, Lusita. “Kecape’an, tadi diisengin lana.. lagi tidur anaknya,
Dia minta maaf gak bisa nemenin Kamu,” gadis itu tersenyum membuat lesung
pipinya terlihat dan itu mau tak mau mau membuat hamdi ikut tersenyum. “Aku
suka kalau lihat Kamu lagi senyum, lesung pipimu itu lho..” ucapan hamdi
membuat lusita terkekeh. “Kamu bisa aja,” pipi lusita memerah, gadis itu
tersipu ternyata. Lusita adalah kekasih hamdi, sudah sejak SMP berhubungan tapi
jarak jauh karena lusita sekolah di luar negeri, namun kali ini lusita lebih
memilih merayakan kelulusannya di Indonesia, bersama hamdi kekasihnya.
“Lus, besok Kamu
berangkat pertama??” lusita mengangguk. “Iya, Aku dapat XII IPA 1,” mendengar
apa yang diucapkan lusita, membuat hamdi tersenyum senang. “Itu kelasku,”
“Wah!! Benarkah??
Asyik!!” lusita ikut berseru senang. Hamdi mengangguk- ngangguk, namun kemudian
hamdi memasang wajah sedih. “Kenapa Ham??”
“Lyara,”
“Ada apa
dengannya??”
“Apa Kamu bisa jadi
Kakak perempuan yang baik untuknya??”
“Maksudmu??” hamdi
menghela nafas panjang. “Sebenarnya Aku tidak tenang saat meninggalkannya di
kamar tadi, sepertinya Dia ada masalah Perempuan, Kali ini Aku tidak bisa
memangkunya dan menasehatinya,” lusita tersenyum menggenggam tangan hamdi,
mengelus kulit hamdi yang sawo matang itu, “Aku pasti ngerti,” hamdi tersenyum,
Dia merasa sangat beruntung kali ini, sejenak melupakan kesedihannya tentang
keluarganya.
Dias berbaring di atas ranjangnya,
menatap langit – langit kamarnya kosong, Dia masih terbayang – bayang ucapan
hamdi. “Hari ini, kelas lyara ada
anak baru, dan Dia langsung berseru jika anak baru itu adalah Lee Hyun Woo,
aktor yang di idolakan lyara gara – gara suka lihat film,Aku ingin tahu apa
reaksi lyara saat melihat anak baru di kelas Kita dan itu perempuan, apa Dia akan
menyebutnya sebagai salah satu anggota SNSD??” dia
memang tertawa saat hamdi melontarkan ucapan itu. Tapi dias masih memikirkan
ucapan hamdi, apakah yang diucapkan sahabatnya sejak kelas Satu SMA itu benar
atau tidak, karena biasanya apa yang diucapkan hamdi adalah hipotesa yang
tepat. Dias bangkit dari posisinya, kemudian memandang ponselnya. Hamdi
menelfonnya, “Wah kali ini sepertinya, lyara akan menyebut anak baru di kelas
Kita Park Shin Hye,” hamdi berkata seperti itu sembari tertawa, Dia tengah menggoda
lyara yang sedang menangis melihat film korea. “Sedang apa gadis nakal itu??”
tanyanya. “Menonton film korea,”
“Dasar Movie Lovers,
lain kali ajak Dia ke bioskop,” hamdi tertawa renyah, membuat dias mau tak mau
juga ikut tertawa. “Ly,, Dias mengataimu sebagai movie lovers,,,” dias
tersenyum hamdi dan lyara selalu menjadi hiburan asyik saat sedang bersedih.
“Yas, kata gadis nakal itu, besok lana akan dipiting dan dibawa kehadapanmu..”
tawa dias pecah, “Sudah dulu yaa.. gadis nakal itu sedang butuh pelukan, besok
tampillah lebih rapi, selamat malam,” dias hanya tersenyum, meletakkan
ponselnya diatas meja. Memang candaan hamdi dan lyara bisa menghiburnya saat
sedih atau galau, tapi kalau Mereka yang membuatnya seperti itu, siapa yang
bisa mengobatinya?? Dias menghela nafas panjang, membanting tubuhnya di atas
kasur memejamkan matanya.
Hari masih pagi saat lyara datang ke
sekolah, dengan kesal lyara duduk di kursinya, merogoh tasnya dan mengambil dasi
yang belum sempat di pakainya, kemudian memakainya dengan gerutuan. “Hey,”
lyara mendongak menatap penuh tanya kepada sosok di hadapannya, lyara melongok
ke belakang sosok itu. “Lana??”
“Ini Aku,,” dahi
lyara mengerenyit, Dia tidak ingat apapun. “Lee Hyun Woo..” lyara tertawa
pelan. “Jangan bermimpi, ini masih pagi.. jelas – jelas kalau Lee Hyun Woo di
Korea bukan disini..” ucapan lyara membuat sosok di hadapannya bingung, Dia
tidak mengerti kenapa lyara tidak mengingatnya. “Ly..!” panggilan seseorang
membuat perhatian Mereka teralih, hamdi muncul dengan tergopoh – gopoh, sejenak
hamdi menatap seorang pria yang tak di kenalnya berdiri di hadapan lyara. “Ada
apa Kak??” bukannya menjawab hamdi malah menatap pemuda di hadapan lyara
intens, kemudian tanpa kata menarik lengan lyara lembut, meninggalkan sosok
imut dengan kulit putih itu diantara kebingungannya. “Aneh,” gumamnya pelan.
Hamdi melepaskan pegangannya di
lengan lyara setelah sampai di depan pintu gerbang, tangannya beralih merapikan
dasi lyara yang tidak terikat rapi. “Kamu ini, kapan Kamu bisa mengikat dasi
dengan benar??” lyara mendengus sebal. “Kalau Kakak tidak menyuruhku untuk
cepat, Aku pasti bisa menyimpulkan dasiku sendiri,” hamdi terkekeh, benar juga
tadi pagi Dia yang membangunkan lyara dan meminta lyara bersiap lebih cepat
agar datang lebih pagi. Ya, Mereka datang lebih pagi Setengah jam, suasana
sekolah masih sepi. “Kakak boleh bertanya??” lyara hanya mengangguk, duduk di
dekat pos satpam. “Cowok itu siapa??” lyara terlihat berpikir sebentar kemudian
tersenyum, menggeleng “Gak tahu, anak baru mungkin,” hamdi mengangguk mafhum,
paham dengan keterbatasan lyara padahal hamdi tahu kalau adik kelas barunya itu
adalah anak baru di kelas lyara yang disebut lyara sebagai Lee Hyun Woo, hamdi
mengakui itu dengan warna kulit yang putih bersih dan ada gurat - gurat korea
di wajah adik kelasnya itu, hamdi membenarkan ucapan lana yang mengatakan kalau
anak baru itu blasteran Indo-Korea. “Kak..” hamdi menoleh menatap lyara yang
juga tengah menatapnya. “Sebenarnya Kakak ngapain ngajak Aku kesini??” hamdi
tersenyum kecil, Dia sampai lupa memberitahu lyara untuk apa mengajaknya ke
depan pintu gerbang. “Menjemput Lusita,”
“Wah !! Kak lusita
sekolah disini?? Sayang sekali,, padahal di Amerika pasti lebih bagus,”
“Karena Dia terlalu
mencintaiku,” ucapan hamdi membuat lyara memukul lengan hamdi sebal. “Aku tidak
tahu kenapa Kak lusita mau menjadi pacar Kakak??” celetukan lyara membuat hamdi
tertawa kemudian mengacak poni sepupunya gemas. “Ly, benar Kamu tidak mengingat
siapa cowok tadi??” lyara menggeleng lemas. “Dia pasti mengingatku, kenapa Aku
tidak bisa menjadi teman baru yang baik yaa??” nada sedih lyara membuat hamdi
tersenyum kecut, bertahun – tahun baru kali ini lyara menyesali kekurangannya
yang satu itu. “Kau harus berkenalan dengannya,” lyara menghela nafas berat.
“Aku tidak tahu apa Aku bisa melakukannya atau tidak,” hamdi tersenyum meraih
dagu lyara, menatap lyara dalam “Kau bisa melakukannya,” dan itu membuat
seseorang merasa terkhianati.
Dewa masih berpikir keras di
kursinya, duduknya tidak tenang, dewa sangat bingung saat ini, sangat bingung
dengan lyara yang bahkan tidak mengingatnya sama sekali, padahal masih teringat
jelas diingatannya saat lyara memanggilnya dengan nama korea yang asing, yang
setelah Dia cari tahu lewat internet adalah salah satu aktor terkenal di negeri
ginseng itu dan Dia akui agak mirip dengannya tapi aktor itu lebih beruntung.
Dewa menghela nafas panjang, memejamkan matanya yang terasa lelah. “Kau
bergadang tadi malam??” suara bastian membuat dewa membuka matanya, kemudian
tersenyum manis. “Kau berangkat pagi sekali Wa?? Biasanya Aku yang paling pagi,
tapi kali ini sepertinya Aku yang Ketiga,” dewa tersenyum “Aku sudah terbiasa
berangkat pagi,” bastian mengangguk paham, kemudian duduk di kursinya,
disebelah dewa. “Kau anak yang rajin sepertinya,” dewa kembali tersenyum
kemudian teringat sesuatu. “Bas, Aku ingin bertanya,” bastian yang akan
menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya terhenti, menatap dewa
penuh tanya. “Apa??” tanyanya berusaha peduli dengan teman barunya. “Tentang
lyara, kenapa lyara tidak mengingatku??” bastian tersenyum, menegakkan
tubuhnya. “Ya, Dia memang seperti itu, Kau tidak akan begitu dikenalnya jika
hanya pernah satu kali bertemu dengannya, Aku juga pernah mengalaminya, tapi
kalau Dia sudah bisa mengingatnya Dia akan selalu mengingat namamu, itu juga
terjadi padaku,” bastian akan kembali menenggelamkan wajahnya diantara lipatan
tangannya namun kembali terhenti saat dewa mengucapkan sesuatu yang tidak
pernah terpikirkan olehnya. “Apa lyara mempunyai kelainan??”
Lusita menatap pintu gerbang SMA
Harapan kagum, Dia segera turun dari mobil Ayahnya berpamitan dan menghampiri
hamdi dan lyara yang tengah duduk berdua di dekat pos satpam. “Hey !” sapanya
ceria, membuat lyara yang sedari tadi menunduk, mengangkat kepalanya dan
langsung memeluk lusita “Selamat datang di Harapan !! Kau kah gadis sial yang
dicintai Kak Hamdi??” mendengar ucapan lyara membuat lusita tertawa pelan,
menatap hamdi yang tengah tersenyum menatapnya. “Aku gadis beruntung lyara,
tapi tidak seberuntung Kamu,” ucapan lusita membuat lyara terdiam kaku,
berusaha tersenyum. “Kak, berhubung kak lusita sudah datang.. Aku ke kelas dulu
yaa, Ku rasa Aku harus berkenalan dengan teman baruku,” hamdi hanya mengangguk
tidak peduli, tatapannya masih tertuju kepada lusita, kekasih yang sangat
dicintainya.
Lana bertemu dengan lyara di koridor
saat Dia akan mencari gadis itu, lyara terlihat berjalan dengan lesu,
tatapannya kosong membuatnya terdiam dan bertanya – tanya. “Ly!!” serunya
memanggil, membuat lyara mendongak kemudian tersenyum sumringah dan berlari –
lari kecil menghampiri lana. “Hey !!” sapa lyara setelah sampai di hadapan
lana, sedangkan lana tersenyum “Kau datang pagi sekali hari ini,” lyara
mengangguk “Ya, Kak hamdi ingin menjemput kekasihnya di pintu gerbang,”
“Pantas saja kalau
kak dias bilang kak hamdi tidak pernah tertarik dengan gadis manapun di seluruh
pelosok Harapan,” lyara hanya terkekeh, “Kak hamdi itu setia, Dia sangat baik
tidak sembarang wanita bisa mendapatkannya dengan mudah,” lana tersenyum mengacak
poni lyara gemas.
Aira duduk lesu di kursinya, Dia
tidak tahu kenapa Dia bisa seperti ini, Dia tidak tahu kenapa Dia merasa apa
yang dimiliki lyara tidak dimilikinya. Dia iri dengan lyara yang memiliki
hampir segalanya. Aira menghela nafas panjang, ditatapnya lyara yang tengah
berjalan bersama lana, seperti biasa. “Aira !!” lyara berseru memanggil aira
kemudian menghampiri aira dengan langkah riang. “Dimana Dea??” mendengar suara
lyara membuat aira tiba – tiba menyesal, aira tersenyum manis. “Seperti biasa,
bukannya sahabat Kita yang satu itu sangat suka keliling lapangan??” lyara
tertawa mendengar jawaban aira. “Hey !! jangan sembarangan bicara!! Kali ini
Aku tidak mau keliling lapangan,” dea yang datang langsung menyambung
pembicaraan membuat tawa Mereka pecah. “Ku pikir Kamu masih menyukai olahraga
pagi,” celetukan lyara membuat tawa Mereka kembali. Namun tidak ada yang tahu
jika lyara menyimpan sebuah kegelisahan dalam hatinya.
Dewa menyodorkan tangannya ke arah
lyara yang tengah membaca buku di perpustakaan, lana sedang pergi ke kantin
sendiri, dan itu merupakan sebuah kesempatan bagus untuk dewa. Lyara yang
tengah membaca, menurunkan bukunya menatap dewa dengan alis bertaut. “Kamu
lagi..” dewa tersenyum “Kenalkan namaku Dewa Sindhunata, panggil saja dewa,”
lyara menatap tangan dewa ragu, kemudian membalas jabatan tangan dewa “Lyara,
senang berkenalan denganmu,” dewa mengangguk tersenyum senang, kemudian duduk
di hadapan lyara. “Boleh Aku duduk disini??” lyara mengangguk tersenyum manis.
Dalam hati dewa merasa kalau lyara adalah gadis unik yang pernah di kenalnya.
Tak lama lana datang menatap dewa lama. “Owh, Kau sudah kembali,, biarkan dewa
duduk disini, Dia teman baru Kita kan?? Wa?? Apa Kau mengenal Lana??” dewa
menggeleng polos membuat lyara tersenyum “Wa, perkenalkan ini lana, teman
semejaku..” dan ucapan lyara membuat dewa menghela nafas lega, dan hatinya
merasa tenang, sangat tenang.
#ToBeContinued
#Khichand_Lee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar