Senin, 05 September 2016

Lost - Part 3

Semuanya berjalan baik – baik saja, lyara yang sudah kembali ke sekolah dan bercengkrama dengan teman – teman dan Guru sejarahnya. Disusul lana yang masuk beberapa hari kemudian, lana terlihat sehat sangat sehat sampai – sampai lyara merasa seperti mimpi kalau lana pernah sakit. Namun bukan itu yang menjadi intinya, banyak potongan puzzle yang masih belum ditemukan untuk menyusun takdir Mereka.
            Ulangan kenaikan kelas sudah berlalu, penerimaan raport juga sudah dilaksanakan, upacara perpisahan untuk kelas Tiga juga terselenggara dengan baik. Lyara sedang bergerak riang saat ini, di depan ruang kelas baru Mereka, matanya bersinar ceria,di hadapannya dea dan aira juga tengah tertawa menimpali perkataan lyara. Sedangkan lana yang sudah duduk di kursinya hanya menggeleng – gelengkan kepalanya, sekaligus merasa bersalah juga, karenanya lyara jarang bertemu dengan kedua temannya. Lana tersenyum kecil kemudian memasang earphone di telinganya, Dia butuh ketenangan. Lyara tersenyum manis saat telah sampai di kursinya, dengan usil lyara menyentil telinga lana yang tersumpal earphone, membuat lana yang akan jatuh tertidur terkesiap bangun, kemudian mengucek – ngucek matanya, menatap lyara yang tengah terkikik geli. “Ada apa Ra??”
“Aku mau duduk,” mendengar jawaban lyara membuat lana tersenyum kikuk, kemudian menggeser tubuhnya. “Ku dengar hari ini ada anak baru,” ucapan lana membuat lyara yang baru saja mengeluarkan buku barunya yang bergambar hewan lucu menatap lana penuh antusias. “Wah ! Kau jadi penguping sekarang,” ucapan lyara membuat lana mendengus sebal. “Aku tidak sengaja mendengarnya, dan kabarnya Dia masuk kelas Kita,”
“Benarkah?? Wah !! menyenangkan sekali sepertinya,” ucapan lyara yang selalu antusias membuat lana mengacak – acak poni gadis itu, membuat lyara mendesah sebal kemudian berpura – pura kesal, lana panik dan berusaha membujuk lyara. Pemandangan itu membuat seseorang yang duduk tak jauh dari Mereka merasa panas, dan sakit hati. Mendengar suara tawa lyara dan lana membuatnya merasa jika Dia juga pantas mendapatkan itu. Suara canda itu lenyap, begitupun suara – suara lain di kelas itu, suara ketukan sepatu yang terdengar menyeramkan membuat mulut sekelas itu diam. “Selamat pagi anak – anak, selamat datang di kelas baru Kalian, XI IPA 1,”
“Pagi...” siswa yang berjumlah 31 anak itu menjawab sekenanya, pandangan Mereka tertuju kepada sosok asing disamping guru yang merupakan wali kelas Mereka itu. Sedangkan lyara menatap sosok itu sembari mengingat sesuatu kemudian Dia membuka tasnya mencari ponselnya menatap potret seseorang di wallpaper kuncinya, kemudian kembali menatap sosok itu, berulang kali. “Ya !!! Ada Lee Hyun Woo disini !!” teriakan lyara membuat semua kepala menoleh ke arahnya, sedangkan lana menatap gadis teman semejanya itu tajam. “Ada apa lyara?? Apa Kau baru saja mendapatkan info dari teman K-popmu??” suara wali kelasnya tidak membuat lyara berhenti bergumam, lyara kesal dengan wali kelas barunya itu, heran juga kenapa guru sejarah itu menjadi wali kelas IPA, bukan IPS saja. “Tidak, tapi pria disamping Anda, Akh Pak guru Anda terlihat kalah pamor dengannya,” celetukan lyara mengundang tawa diseluruh kelas tak terkecuali sosok asing yang belum sempat memperkenalkan diri itu. Guru sejarah itu menghela nafas sebal.”Diam semuanya, nak.. silahkan berkenalan dengan teman – temanmu,” sosok asing itu tersenyum manis, membuat lyara kembali melihat ponselnya. “Halo semua.. perkenalkan namaku..”
“Namamu.. Lee Hyun Woo kan?? Apa Kau sekarang tinggal di Indonesia??” ucapan sosok itu terpotong ucapan lyara, sedangkan lana sudah menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya. “Lyara... Dia bukan Lee... Hyun.. Woo..” ucapan terbata sang wali kelas, disambut tawa oleh lyara “Pak guru, Anda pasti tidak mendapat berita terbaru dari teman K-pop Anda,” ucapan lyara membuat guru sejarah bernama Pak Herman itu geram, kemudian menarik nafas panjang, Dia tidak ingin membuat murid nakalnya itu keluar, tidak ingin kejadian saat kelas Sepuluh terulang karena mempermainkan gadis nakal itu. “Lanjut nak.. Lana.. bisa tolong bekap mulut teman semejamu??” lana mengangkat kepalanya, menatap lyara yang masih menatap ponselnya bergantian dengan sosok asing di di depan kelas, tapi lana sadar jika tatapan anak baru itu berbeda kepada lyara, membuat lana membekap mulut lyara dan menutup kedua telinga lyara dengan earphone miliknya. Lyara sempat ingin protes, namun gagal, pergerakan lana lebih lincah sekarang. Lyara hanya mampu menatap nanar ke depan, berusaha melihat anak baru itu menyebutkan namanya, namun lana segera memalingkan wajahnya, Dia tidak pernah tahu kalau lana akan berbuat seperti ini padanya, membuat lyara mendadak sedih.
            Lyara menatap dias dan hamdi penuh kekesalan, gadis itu berceloteh panjang lebar karena tepat saat bel istirahat berbunyi lana langsung menariknya ke kantin. Dias dan hamdi menyimak baik – baik cerita lyara tentang anak baru di kelas Mereka.
“Aku masih tidak percaya kalau Lee Hyun Woo akan bersekolah di sini, bukannya masih ada sekolah yang lebih elit??”
“Benar itu Dia?? Dia bisa bahasa Indonesia??” tanya Dias penasaran. “Bukanlah Kak, wajahnya memang blasteran Indonesia Korea,” jawaban lana membuat lyara mendelik sebal. “Itu memang Dia tahu !!” sanggahan lyara membuat hamdi menghela nafas panjang. “Lyara, dengar..” hamdi menarik sepupunya ke dalam pangkuannya, persis seperti seorang Ayah yang memangku anak gadisnya. Sedangkan lyara mendongak, menatap hamdi mencoba mendengarkan ucapan sepupunya itu baik – baik. “Kalau itu Dia, Dia tidak akan bersekolah disini, dan pastinya Dia bukan anak SMA Lyara,,,” lyara mangut – mangut tanda mengerti. Lana melotot, semudah itukah hamdi meyakinkan lyara?? Sedangkan Pak herman saja kewalahan menghadapi keras kepalanya gadis itu, ucapannya sedari tadi juga tak diindahkan oleh lyara. “Jadi begitu..”
“Iya lyara..” lyara menatap hamdi sekali lagi “Hanya mirip,” hamdi mengangguk, menyentil hidung lyara gemas, membuat lyara tertawa. “Turun, Kamu tambah berat aja,” ucapan hamdi membuat lyara mengerucutkan bibirnya kemudian memukul lengan hamdi gemas, membuat hamdi tertawa lebar, begitupun dengan dias dan lana. Dan pemandangan itu lagi – lagi membuat seseorang merasa terbakar.
            Dewa mendesah sebal, Dia mengambil bukunya kemudian mengipas – ngipaskannya ke tubuhnya, Dia merasa sangat gerah meskipun kipas angin masih menyala di kelasnya. Baru saja semua teman sekelasnya dan mayoritas perempuan meminta berkenalan dengannya, membuat mendengus sebal kemudian tersenyum sendiri saat mengingat acara perkenalannya di depan kelas tadi, membuatnya menoleh ke arah seberang, di meja nomor 2 dekat jendela. Gadis itu, gadis yang menyebutnya dengan nama asing, nama yang bahkan tidak di kenalnya, gadis yang terang – terangan menunjukkan ketidaksukaannya kepada wali kelas Mereka, gadis nakal yang berani, gadis yang jujur dan mungkin polos. Dewa kembali tersenyum sendiri Dia merasa inilah rasanya jatuh cinta pandang pertama.
“Kak dias lebih sayang padaku dari pada Kamu, wlee,” suara yang sejak tadi ditunggunya membuat dewa merapikan penampilannya, Dia ingin berkenalan. “Tapi Kak dias kakakku,” tapi pria disamping gadis itu membuat nyali dewa ciut, ada sepercik ragu dalam hatinya, “Apakah mungkin Mereka pacaran??” batinnya, entah kenapa tiba – tiba hatinya terasa sakit.
“Buktinya, Kak dias yang membayarkan makananku,” lyara menghentikan langkahnya di depan kelas. “Kak dias juga membayar makananku,” adu mulut itu terhenti saat seseorang berteriak kesal kepada Mereka. “Kalian ini !! hentikan omong kosong Kalian !!” sentakan yang diikuti memisahkan jarak diantara Mereka membuat posisi lyara yang kurang beruntung dan siap terjatuh, tubuhnya terdorong keras. “Aw..” pekiknya pelan, membuat lana panik dan menghampiri lyara. “Apa – apaan Kamu Aira !!” aira ternyata, orang yang sudah menengahi pertengkaran lana dan lyara dengan kasar. “Kalian yang apa – apaan !!! Kalian itu sudah SMA kelas sebelas, masih jaman gitu bertengkar buat yang gak penting???” jawaban aira membuat lana mengepalkan tangannya, lana membantu lyara bangkit dan saat akan menampar pipi aira lyara mencegahnya. “Jangan, mungkin Aira lagi PMS, jadinya sensitif.. Ra,, maafin Kita yaa?? Kalau Kita berisik, ayo Lan duduk dengan tenang,” lana mengikuti langkah lyara, gadis itu sangat pengertian ternyata, juga peduli atau mungkin mencoba berpikir positif.
            Dewa menatap pemandangan itu dengan tatapan penuh tanya, gadis yang tadi menengahi pertengkaran sepasang kekasih itu terlihat sangat marah, bagaimana mungkin jika gadis yang tadi memanggilnya dengan nama asing itu terlihat tenang dan mencoba berpikir tenang dan tidak ceroboh, tatapan dewa beralih kepada pria yang duduk bersama gadis yang menyebutnya sebagai Lee Hyun Woo. Pria itu terlihat menanyakan sesuatu kepada teman semejanya, atau bisa dikatakan kekasihnya, mengingat itu membuat dewa kembali merasa hatinya perih, tatapannya beralih kepada gadis dengan rambut diikat ekor kuda yang duduk diam disamping gadis yang samar Dia dengar bernama Aira, gadis itu terlihat bingung sedangkan aira hanya diam, cuek membuka bukunya kemudian membacanya. Dewa mencoba menerka ada apa dengan Mereka berempat?? Dewa menghela nafas panjang saat bel masuk berbunyi, sebagian teman – teman sekelasnya terutama Kaum perempuan menyapanya.
“Santai aja Wa, cewek – cewek disini emang gitu, entar kalau Kamu udah punya pacar Mereka bakal mundur sendiri.. ekh ngomong – ngomong Kamu udah punya pacar??” celotehan teman semejanya  yang Dia tahu bernama Bastian membuatnya tersenyum “Aku juga udah nyantai Bas, pacar mah gak ada, belum ada yang cocok buat di bawa ke Mama,”
“Tapi udah cocok dibawa ke Papa kan??” pertanyaan bastian membuat raut wajah dewa berubah. “Aku tidak yakin,”
“Ekh, bukannya sekolah di Jakarta lebih bagus yaa?? Kenapa malah disini??”
“Aku kira disini Aku lebih baik,” jawabnya sekenanya, sebenarnya bukan itu alasannya, ada banyak alasan yang membuatnya pergi dari kota kelahirannya, dewa menghela nafas panjang, mengingat itu membuat dadanya sesak.
            Hamdi menatap heran lyara yang duduk termenung di depan jendela kamarnya, menatap kupu – kupu yang tengah menari manja diantara bunga. Lyara terlihat sedang berpikir. “Tidak istirahat??” lyara menoleh, menatap hamdi kemudian menggeleng dan kembali ke pemandangannya. “Ada masalah??” lyara hanya diam, kemudian menghela nafas panjang “Aku hanya lelah, katakan pada Kak Lusita.. Aku tidak bisa menemaninya saat datang, Dia akan bertemu dengan Kakak hari ini kan??” hamdi hanya mengangguk, membiarkan lyara menutup pintu kamarnya. Hamdi menghela nafas panjang, memijat pelipisnya akhir – akhir ini kepalanya sering terasa sakit, hamdi mendongak saat sadar, sesuatu mengalir dari hidungnya. “Sial !! mimisan lagi” desisnya pelan kemudian segera berlalu ke kamar. Di dalam kamar, lyara masih bersandar di pintu “Kakak pasti capek, Kali ini Aku akan selesaikan semuanya sendiri Kak, Aku gak mau lihat Kakak mimisan lagi,” lyara menyeka air matanya pelan, tubuhnya merosot dalam hati kecilnya ingin sekali lyara membuat hamdi bahagia dengan mendatangkan Om dan Tantenya ke Indonesia, membuat kejutan untuk hamdi, berulang kali lyara membujuk dan selalu berakhir dengan kegagalan, membuatnya merasa Dia gagal menjadi adik yang baik untuk hamdi.
            Lana memandang langit – langit kamarnya kosong, masih teringat jelas ekspresi lyara saat melihat anak baru tadi. Masih teringat jelas pula saat Dia memergoki si anak baru curi – curi pandang ke arah lyara. Tidak. Lana tidak akan membiarkan lyara jatuh ke tangan siapapun, lyara harus tetap disampingnya apapun yang terjadi. Mendadak Dia teringat dengan aira, gadis yang dengan kasar mendorong lyara hingga jatuh, gadis yang jelas – jelas merupakan sahabat lyara, membentak lyara dan membuat lyara jatuh. Ada apa dengan aira?? Marahkah aira kepadanya?? Atau kepada lyara?? Tapi kenapa lyara terlihat begitu tenang?? Lana menghela nafas panjang, kepalanya tiba – tiba pusing, Dia butuh istirahat.
            Dewa membuka pintu gerbang rumah barunya, kemudian berjalan tenang menelusuri halaman rumahnya yang bisa dibilang cukup luas. Hamdi melihat seseorang yang sedang menyiram tanaman. “Siang Ma..” wanita paruh baya itu hanya mengangguk, membuat dewa menghela nafas panjang, Dia memejamkan matanya kali ini rasa sakit dihatinya melebihi sakit saat tahu gadis yang dicintainya sudah mempunyai pacar.
            Hamdi membuka pintu rumah keluarga besar Dharma saat seseorang menekan bel, hamdi tersenyum saat menyambut tamunya. “Masuk Lus,” hamdi menggeser tubuhnya, membiarkan gadis seumurannya dengan wajah sederhana itu masuk, gadis berambut panjang yang sengaja diurai itu menyebarkan wangi shampo, membuat hamdi tersenyum. “Lyara kemana Ham??” tanya gadis itu, Lusita. “Kecape’an, tadi diisengin lana.. lagi tidur anaknya, Dia minta maaf gak bisa nemenin Kamu,” gadis itu tersenyum membuat lesung pipinya terlihat dan itu mau tak mau mau membuat hamdi ikut tersenyum. “Aku suka kalau lihat Kamu lagi senyum, lesung pipimu itu lho..” ucapan hamdi membuat lusita terkekeh. “Kamu bisa aja,” pipi lusita memerah, gadis itu tersipu ternyata. Lusita adalah kekasih hamdi, sudah sejak SMP berhubungan tapi jarak jauh karena lusita sekolah di luar negeri, namun kali ini lusita lebih memilih merayakan kelulusannya di Indonesia, bersama hamdi kekasihnya.
“Lus, besok Kamu berangkat pertama??” lusita mengangguk. “Iya, Aku dapat XII IPA 1,” mendengar apa yang diucapkan lusita, membuat hamdi tersenyum senang. “Itu kelasku,”
“Wah!! Benarkah?? Asyik!!” lusita ikut berseru senang. Hamdi mengangguk- ngangguk, namun kemudian hamdi memasang wajah sedih. “Kenapa Ham??”
“Lyara,”
“Ada apa dengannya??”
“Apa Kamu bisa jadi Kakak perempuan yang baik untuknya??”
“Maksudmu??” hamdi menghela nafas panjang. “Sebenarnya Aku tidak tenang saat meninggalkannya di kamar tadi, sepertinya Dia ada masalah Perempuan, Kali ini Aku tidak bisa memangkunya dan menasehatinya,” lusita tersenyum menggenggam tangan hamdi, mengelus kulit hamdi yang sawo matang itu, “Aku pasti ngerti,” hamdi tersenyum, Dia merasa sangat beruntung kali ini, sejenak melupakan kesedihannya tentang keluarganya.
            Dias berbaring di atas ranjangnya, menatap langit – langit kamarnya kosong, Dia masih terbayang – bayang ucapan hamdi. “Hari ini, kelas lyara ada anak baru, dan Dia langsung berseru jika anak baru itu adalah Lee Hyun Woo, aktor yang di idolakan lyara gara – gara suka lihat film,Aku ingin tahu apa reaksi lyara saat melihat anak baru di kelas Kita dan itu perempuan, apa Dia akan menyebutnya sebagai salah satu anggota SNSD??” dia memang tertawa saat hamdi melontarkan ucapan itu. Tapi dias masih memikirkan ucapan hamdi, apakah yang diucapkan sahabatnya sejak kelas Satu SMA itu benar atau tidak, karena biasanya apa yang diucapkan hamdi adalah hipotesa yang tepat. Dias bangkit dari posisinya, kemudian memandang ponselnya. Hamdi menelfonnya, “Wah kali ini sepertinya, lyara akan menyebut anak baru di kelas Kita Park Shin Hye,” hamdi berkata seperti itu sembari tertawa, Dia tengah menggoda lyara yang sedang menangis melihat film korea. “Sedang apa gadis nakal itu??” tanyanya. “Menonton film korea,”
“Dasar Movie Lovers, lain kali ajak Dia ke bioskop,” hamdi tertawa renyah, membuat dias mau tak mau juga ikut tertawa. “Ly,, Dias mengataimu sebagai movie lovers,,,” dias tersenyum hamdi dan lyara selalu menjadi hiburan asyik saat sedang bersedih. “Yas, kata gadis nakal itu, besok lana akan dipiting dan dibawa kehadapanmu..” tawa dias pecah, “Sudah dulu yaa.. gadis nakal itu sedang butuh pelukan, besok tampillah lebih rapi, selamat malam,” dias hanya tersenyum, meletakkan ponselnya diatas meja. Memang candaan hamdi dan lyara bisa menghiburnya saat sedih atau galau, tapi kalau Mereka yang membuatnya seperti itu, siapa yang bisa mengobatinya?? Dias menghela nafas panjang, membanting tubuhnya di atas kasur memejamkan matanya.
            Hari masih pagi saat lyara datang ke sekolah, dengan kesal lyara duduk di kursinya, merogoh tasnya dan mengambil dasi yang belum sempat di pakainya, kemudian memakainya dengan gerutuan. “Hey,” lyara mendongak menatap penuh tanya kepada sosok di hadapannya, lyara melongok ke belakang sosok itu. “Lana??”
“Ini Aku,,” dahi lyara mengerenyit, Dia tidak ingat apapun. “Lee Hyun Woo..” lyara tertawa pelan. “Jangan bermimpi, ini masih pagi.. jelas – jelas kalau Lee Hyun Woo di Korea bukan disini..” ucapan lyara membuat sosok di hadapannya bingung, Dia tidak mengerti kenapa lyara tidak mengingatnya. “Ly..!” panggilan seseorang membuat perhatian Mereka teralih, hamdi muncul dengan tergopoh – gopoh, sejenak hamdi menatap seorang pria yang tak di kenalnya berdiri di hadapan lyara. “Ada apa Kak??” bukannya menjawab hamdi malah menatap pemuda di hadapan lyara intens, kemudian tanpa kata menarik lengan lyara lembut, meninggalkan sosok imut dengan kulit putih itu diantara kebingungannya. “Aneh,” gumamnya pelan.
            Hamdi melepaskan pegangannya di lengan lyara setelah sampai di depan pintu gerbang, tangannya beralih merapikan dasi lyara yang tidak terikat rapi. “Kamu ini, kapan Kamu bisa mengikat dasi dengan benar??” lyara mendengus sebal. “Kalau Kakak tidak menyuruhku untuk cepat, Aku pasti bisa menyimpulkan dasiku sendiri,” hamdi terkekeh, benar juga tadi pagi Dia yang membangunkan lyara dan meminta lyara bersiap lebih cepat agar datang lebih pagi. Ya, Mereka datang lebih pagi Setengah jam, suasana sekolah masih sepi. “Kakak boleh bertanya??” lyara hanya mengangguk, duduk di dekat pos satpam. “Cowok itu siapa??” lyara terlihat berpikir sebentar kemudian tersenyum, menggeleng “Gak tahu, anak baru mungkin,” hamdi mengangguk mafhum, paham dengan keterbatasan lyara padahal hamdi tahu kalau adik kelas barunya itu adalah anak baru di kelas lyara yang disebut lyara sebagai Lee Hyun Woo, hamdi mengakui itu dengan warna kulit yang putih bersih dan ada gurat - gurat korea di wajah adik kelasnya itu, hamdi membenarkan ucapan lana yang mengatakan kalau anak baru itu blasteran Indo-Korea. “Kak..” hamdi menoleh menatap lyara yang juga tengah menatapnya. “Sebenarnya Kakak ngapain ngajak Aku kesini??” hamdi tersenyum kecil, Dia sampai lupa memberitahu lyara untuk apa mengajaknya ke depan pintu gerbang. “Menjemput Lusita,”
“Wah !! Kak lusita sekolah disini?? Sayang sekali,, padahal di Amerika pasti lebih bagus,”
“Karena Dia terlalu mencintaiku,” ucapan hamdi membuat lyara memukul lengan hamdi sebal. “Aku tidak tahu kenapa Kak lusita mau menjadi pacar Kakak??” celetukan lyara membuat hamdi tertawa kemudian mengacak poni sepupunya gemas. “Ly, benar Kamu tidak mengingat siapa cowok tadi??” lyara menggeleng lemas. “Dia pasti mengingatku, kenapa Aku tidak bisa menjadi teman baru yang baik yaa??” nada sedih lyara membuat hamdi tersenyum kecut, bertahun – tahun baru kali ini lyara menyesali kekurangannya yang satu itu. “Kau harus berkenalan dengannya,” lyara menghela nafas berat. “Aku tidak tahu apa Aku bisa melakukannya atau tidak,” hamdi tersenyum meraih dagu lyara, menatap lyara dalam “Kau bisa melakukannya,” dan itu membuat seseorang merasa terkhianati.
            Dewa masih berpikir keras di kursinya, duduknya tidak tenang, dewa sangat bingung saat ini, sangat bingung dengan lyara yang bahkan tidak mengingatnya sama sekali, padahal masih teringat jelas diingatannya saat lyara memanggilnya dengan nama korea yang asing, yang setelah Dia cari tahu lewat internet adalah salah satu aktor terkenal di negeri ginseng itu dan Dia akui agak mirip dengannya tapi aktor itu lebih beruntung. Dewa menghela nafas panjang, memejamkan matanya yang terasa lelah. “Kau bergadang tadi malam??” suara bastian membuat dewa membuka matanya, kemudian tersenyum manis. “Kau berangkat pagi sekali Wa?? Biasanya Aku yang paling pagi, tapi kali ini sepertinya Aku yang Ketiga,” dewa tersenyum “Aku sudah terbiasa berangkat pagi,” bastian mengangguk paham, kemudian duduk di kursinya, disebelah dewa. “Kau anak yang rajin sepertinya,” dewa kembali tersenyum kemudian teringat sesuatu. “Bas, Aku ingin bertanya,” bastian yang akan menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya terhenti, menatap dewa penuh tanya. “Apa??” tanyanya berusaha peduli dengan teman barunya. “Tentang lyara, kenapa lyara tidak mengingatku??” bastian tersenyum, menegakkan tubuhnya. “Ya, Dia memang seperti itu, Kau tidak akan begitu dikenalnya jika hanya pernah satu kali bertemu dengannya, Aku juga pernah mengalaminya, tapi kalau Dia sudah bisa mengingatnya Dia akan selalu mengingat namamu, itu juga terjadi padaku,” bastian akan kembali menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya namun kembali terhenti saat dewa mengucapkan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya. “Apa lyara mempunyai kelainan??”
            Lusita menatap pintu gerbang SMA Harapan kagum, Dia segera turun dari mobil Ayahnya berpamitan dan menghampiri hamdi dan lyara yang tengah duduk berdua di dekat pos satpam. “Hey !” sapanya ceria, membuat lyara yang sedari tadi menunduk, mengangkat kepalanya dan langsung memeluk lusita “Selamat datang di Harapan !! Kau kah gadis sial yang dicintai Kak Hamdi??” mendengar ucapan lyara membuat lusita tertawa pelan, menatap hamdi yang tengah tersenyum menatapnya. “Aku gadis beruntung lyara, tapi tidak seberuntung Kamu,” ucapan lusita membuat lyara terdiam kaku, berusaha tersenyum. “Kak, berhubung kak lusita sudah datang.. Aku ke kelas dulu yaa, Ku rasa Aku harus berkenalan dengan teman baruku,” hamdi hanya mengangguk tidak peduli, tatapannya masih tertuju kepada lusita, kekasih yang sangat dicintainya.
            Lana bertemu dengan lyara di koridor saat Dia akan mencari gadis itu, lyara terlihat berjalan dengan lesu, tatapannya kosong membuatnya terdiam dan bertanya – tanya. “Ly!!” serunya memanggil, membuat lyara mendongak kemudian tersenyum sumringah dan berlari – lari kecil menghampiri lana. “Hey !!” sapa lyara setelah sampai di hadapan lana, sedangkan lana tersenyum “Kau datang pagi sekali hari ini,” lyara mengangguk “Ya, Kak hamdi ingin menjemput kekasihnya di pintu gerbang,”
“Pantas saja kalau kak dias bilang kak hamdi tidak pernah tertarik dengan gadis manapun di seluruh pelosok Harapan,” lyara hanya terkekeh, “Kak hamdi itu setia, Dia sangat baik tidak sembarang wanita bisa mendapatkannya dengan mudah,” lana tersenyum mengacak poni lyara gemas.
            Aira duduk lesu di kursinya, Dia tidak tahu kenapa Dia bisa seperti ini, Dia tidak tahu kenapa Dia merasa apa yang dimiliki lyara tidak dimilikinya. Dia iri dengan lyara yang memiliki hampir segalanya. Aira menghela nafas panjang, ditatapnya lyara yang tengah berjalan bersama lana, seperti biasa. “Aira !!” lyara berseru memanggil aira kemudian menghampiri aira dengan langkah riang. “Dimana Dea??” mendengar suara lyara membuat aira tiba – tiba menyesal, aira tersenyum manis. “Seperti biasa, bukannya sahabat Kita yang satu itu sangat suka keliling lapangan??” lyara tertawa mendengar jawaban aira. “Hey !! jangan sembarangan bicara!! Kali ini Aku tidak mau keliling lapangan,” dea yang datang langsung menyambung pembicaraan membuat tawa Mereka pecah. “Ku pikir Kamu masih menyukai olahraga pagi,” celetukan lyara membuat tawa Mereka kembali. Namun tidak ada yang tahu jika lyara menyimpan sebuah kegelisahan dalam hatinya.
            Dewa menyodorkan tangannya ke arah lyara yang tengah membaca buku di perpustakaan, lana sedang pergi ke kantin sendiri, dan itu merupakan sebuah kesempatan bagus untuk dewa. Lyara yang tengah membaca, menurunkan bukunya menatap dewa dengan alis bertaut. “Kamu lagi..” dewa tersenyum “Kenalkan namaku Dewa Sindhunata, panggil saja dewa,” lyara menatap tangan dewa ragu, kemudian membalas jabatan tangan dewa “Lyara, senang berkenalan denganmu,” dewa mengangguk tersenyum senang, kemudian duduk di hadapan lyara. “Boleh Aku duduk disini??” lyara mengangguk tersenyum manis. Dalam hati dewa merasa kalau lyara adalah gadis unik yang pernah di kenalnya. Tak lama lana datang menatap dewa lama. “Owh, Kau sudah kembali,, biarkan dewa duduk disini, Dia teman baru Kita kan?? Wa?? Apa Kau mengenal Lana??” dewa menggeleng polos membuat lyara tersenyum “Wa, perkenalkan ini lana, teman semejaku..” dan ucapan lyara membuat dewa menghela nafas lega, dan hatinya merasa tenang, sangat tenang.


#ToBeContinued
#Khichand_Lee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar