Jumat, 22 Mei 2015

Love Hurt : Part 1

Padang ilalang tersebar di sepanjamg dan seluas pandangan. Sepasang anak adam dan hawa berlarian membelai ilalang yamg berdiri tegak dan menari dibelai sang bayu,seolah mengajak sepasang anak adam itu menari bersama. Diantara ilalang berdiri dengan pongah kincir yang berputar dibelai sang bayu, berputar dan terus berputar.
"Hhh.." Silva mendesah menatap hamparan ilalang yang mulai meninggi.
"Kenapa Sil??" tanya Arya heran memergoki sahabatnya termenung.
"Ar, lulus SD ini Kamu mau lanjut kemana?"
"Kemana aja deh asal sama Kamu,"
"Ihh, gak kreatif..!"
"Biarin Aku kan pengen jaga Kamu,"
"Ar, kalo Kamu berpisah sama orang yang Kamu sayang.. apa yang akan Kamu lakukan?"
"Kamu aneh,, ada apa denganmu?"
"Jawab Aku.."
"Aku pasti sedih..:( "
"Kekanak kanakkan, bukankah orang itu gak mau Kamu sedih??"
"Aku tak mengerti maksudmu,"
"Maaf,, Aku harap Kamu gak marah, Aku.... dan keluargaku akan pindah ke Jepang.."
"Jepang??!!"
"Iya, Aku mau saja tetap disini,, tapi dilarang"
"Cukup Sil, kenapa Kamu kaya' gini? kenapa Kamu ninggalin Aku?"
"Hiks... maaf Ar..."
"Kapan take off??"
"Petang ini"
"Kau.. Aku kecewa denganmu,!!"
"Maaf Ar.."
"Sebenarnya Aku ingin menjadikanmu kekasih di SMP nanti,, Aku mencintaimu" Arya beranjak pergi meninggalkan Silva yang menangis senggukan.
"Karna Aku ingin duduk bersamamu lebih lama,, Aku juga mencintaimu" lirih Silva diantara isakannya meninggalkan kincir yang tetap berputar dan berputar, menyambut senja yang menampakkan jingganya.
Saksi bisu sebuah kebisuan, dimana kuas pertama  diurai diatas kanvas, memenuhi lenbaran putih yang kosong dengan cat warna yang meninggalkan sejuta keindahan dan kenikmatan tersendiri bagi peminatnya.

~
Disiang yang mulai teduh saat matahari nulai bersiap ke peraduan, seorang gadis kecil menangis senggukan menatap cairan merah kental di kakinya.
"Kamu kenapa?" tanya seorang anak laki laki yang lebih tua satu tahun dari gadis itu, yang bak seorang malaikat datang membantu.
"Kakiku, atit.. gak bisa buat jalan hiks.."
"Kok bisa?"
"Tadi ada om om jahat nglebut sepeda Silva, telus.. Silva jatoh.. beldalah lagi,," anak laki laki itu meniup luka di lutut gadis itu. "Kamu siapa? hiks..?"
"Kenalin Aku Arya,"
"Owh, Alya.."
"Arya,, bukan Alya"
"Aku kan masih cadel Al.."
"Iya deh Sisil.."
"Namaku Silva bukan Sisil," Mereka tertawa dan dibalik jingganya senja itu, jari kelingking mereka bertautan. Senja mengiringi langkah kecil Mereka. Anak laki-laki yang menggendong gadis kecil di sepanjang jalanan kompleks, sesekali Mereka tertawa, Mereka bahagia, bahagia yang tulus dari hati hingga kesedihan dan kesakitan ikut tersenyum.
~

*
5 tahun kemudian....
Padang ilalang itu kosong, hanya kincir yang masih kokoh berputar dan berputar. Bangku putih diantara ilalang itu nampak kusam dan dihuni helai-helai daun yang mengering bekas musim gugur. Ialangnya mulai tinggi hampir menutupi sebagian tubuh kincir itu. Arya tersenyum miris menatap miris metahari yang mulai kembali ke peraduan, menatap bangku panjang berwarna putih yang kosong, bayangannya menembus ke masa 5 tahun yang lalu.
~
"Ajari Aku dong Ar." Pinta Silva memelas
"Gak,, wlee :p " Silva mengerucutkan bibirnya.
"Kamu pelit sekali,,"
"Kalau Kamu bisa menangkapku, Aku akan mengajarimu," Silva dan Arya berkejaran dengan pakaian putih merah Mereka yang belum di ganti. "Hahaha.. lepasin Sil,, geli .. !!" teriak Arya saat Silva menggelitiki tubuhnya.
"Geli yaaa?? ohh Arya geli,, ternyata haha :D "
"Aduh lepasin Sil,, hahaha "
"Ajarin makanya,,"
"Gak !! hahaha mau"
"Yaudah Aku gak mau berhenti..."
"Oke,, nanti Aku ajarin,, sekarang lepasin dulu" Arya tersenyum nakal, sejurus kemudian kembali berlari. Mereka berkejaran menembus ilalang yang tingginya hampir sedagu Mereka. Tak jauh dari Mereka, diatas bangku putih tergeletak due buah gitar yang sengaja dislendehkan berdampingan, gitar coklat dan gitar putih berpolet biru karibia, tanpa Mereka sadari kertas yang sengaja ditindah gitar itu terbang terbawa sang bayu.
~
Arya terdiam saat merasa kakinya menginjak sesuatu, selembar kertas yang sudah lusuh. Dia tersenyum miris Dia ingat kertas itulah yang selalu dicari Silva, sahabat yang menempati tahta tertunggu di hatinya setelah iru dan kakak prempuannya.
"Yaahh.. kertasnya ilang"
"Kok bisa??" emang tadi Kamu taruh dimana?"
"Di bawah gitar tapi sekarang kok gak ada yaa??"
"Kebawa angin kali."
"Yaahh padahal buatnya susah,"
"Ntar bisa buat lagi," Silva mengangguk lesu sedang Arya berusaha menghiburnya.
Arya segera melipat kertas itu dan memasukkannya ke tas, Dia tidak mau berlama-lama disana, karna baginya itu sangat menyakitkan, mengingat rindu yang kian membelenggunya.

*
Pagi ini lorong sekolah sepi, kemana semua siswa di SMA D'ASCALIS ini?. Jawabannya di depan mading, sepertinya redaksi mading kembali menerbitkan berita baru "Wah,, keren, Dia jadi kapten basket !!"
"Setelah ini apalagi yaa??"
"Tau tuh.." begitulah beberapa celetukan yang keluar dari mulut para gadis yamg berkerumun di depan mading. Sedang yang menjadi pusat pembicaraan, duduk santai di kelasnya dengan earphone menggantung di telinganya dengan buku pelajaran yang tengah dibacanya.
"Habis ini pecarmu itu akan menjadi apalagi yaa??"
"Apapun nanti yang jelas, Gue akan tetep jadi pacarnya haha"
"Iya deh.. tapi Lo gak cemburu gitu?? Dia ngedate mulu sama buku,"
"Enggaklah.."
"Ris.. Ris" gadis cantik bernama Riris itu hanya tersenyum menatap kedua sahabatnya seakan berkata "Denger yaaa,,, Dima Amrin,, Dia gak bakal sejahat itu sama Gue", sedang kedua sahabatnya hanya tertawa melihat ekspresi Riris "Gak lucu tau gak..!"
sedang Arya, pria yang menjadi pusat pembicaraan tadi hanya menggeleng-gelengksn kepalanya, Dia berusaha membaca goresan diatas sebuah kertas yang tintanya agak luntur, tapi yang Dia heran kenapa kertasnya tidak rusak di tempat terbuka selama 5 tahun.
"Kertasnya langka, gak bakal rusak selama 10 tahun, meskipun ditempat terbuka, terus tintanya dengan kualitas terdepan kan sayang kalo ilang :( " Dia terngiang ucapan Silva 5 tahun yang lalu.
"Arya,," panggil seseorang mengalihkan perhatiannya dari kertas yang Ia selipkan diantara bukunya. "Kertas apa itu?" belum sempat menjawab orang itu sudah bertanya kembali. Andri orang itu Andri sahabatnya sejak SMP.
"Bila saatnya nanti Aku pergi jangan bersedih,, Aku pergi karna ingin duduk berdua lebih lama denganmu,, Apa maksudnya??"
"Gue juga tau itu bacanya apa,, tapi ini yang tulisannya burem Gue gak bisa baca,,"
"Sini biar Gue bantu" Andri mengambil alih kertas tersebut dari tangan Arya
"Maksud Lo??"
"Ya.. bantu baca ni tulisan laaah, tapi butuh waktu yang lama," senyum Arya mengembang
"Thanks, sob"
"Urwell, btw unu dari Riris??"
"Gak, itu dari seseorang,udah Lo gak perlu tau, tugas Lo cuma baca ntu tulisan"
"Oke,, hehe.."
Arya menarik nafas lega karna Andri tak banyak bertanya tentang kertas itu, "Duduk berdua lebih lama denganmu... Apa maksudnya??" batun Arya menyadari ada yang ganjal di salah satu kalimat di kertas itu.

To Be Continue.....
#Khichand_Lee 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar